Ketika Cinderella berfilsafat ...
Tahun Keluar: 1954
Negara Asal: USA
Sutradara: Billy Wilder
Cast: Humphrey Bogart, Audrey Hepburn, William Holden
Di bawah arahan Billy Wilder (Double Indemnity, The Lost Weekend, Sunset Boulevard, Stalag 17, Witness for the Prosecution), yang juga ikut menggarap script adaptasi dari teaternya, Sabrina adalah kisah Cinderella modern yang berhasil dengan sangat baik menggabungkan antara elemen-2 klasik fairy-tale dengan elemen-2 modern realitas dari jamannya -- menjadikan film ini drama romantic comedy yang pas untuk mereka yang sudah dewasa atau tua sekalipun atau bahkan mereka yang tidak menyukai romantic comedy.
Sabrina (Audrey Hepburn) adalah anak pengemudi keluarga industriawan Larrabee, Thomas (John Williams), yang berasal dari Inggris yang pindah ke Amerika Serikat “satu paket” dengan mobil Rolls-Royce ketika keluarga tersebut mengimpor mobil tersebut. Lahir dan besar di kompleks perumahan Larrabee, Sabrina mengenal dengan sangat baik dua anak laki-2 keluarga tersebut, Linus (Humphrey Bogart) yang serius dan workaholic, dan David (William Holden) yang sebaliknya -- senang pesta, gonta-ganti pasangan, dan baginya setiap hari adalah hari Minggu; khususnya David yang usianya sebaya yang ketika kecil sering bermain bersama. Witing tresno jalaran soko kulino, Sabrina menyimpan “crush” terhadap David yang obviously terlalu sibuk dengan ego dan urusannya sendiri untuk menyadari hal tersebut. Ayah Sabrina, bahagia dan puas dengan status dan posisinya (juga notabene berasal dari generasi yang berbeda dan masyarakat yang berbeda pula), tidak merestui sikap Sabrina karena menurutnya setiap orang sudah mempunyai tempat sendiri-2 dan Sabrina sebaiknya tidak menciptakan “riak” yang bisa mengganggu tatanan yang sudah harmonis tersebut. Karena alasan ini, ayahnya mengirim Sabrina ke Paris, pertama untuk belajar masak, kedua untuk melupakan David. Sekembalinya dari Paris, Sabrina memang berubah -- berubah menjadi lebih modis, lebih percaya diri, tetapi tetap menyimpan “crush” terhadap David. Kali ini Sabrina berhasil “sweep David off his feet”, membuat dia mabuk kepayang, sampai lupa bahwa dia sudah bertunangan dengan wanita dari keluarga yang merupakan partner bisnis keluarganya. Melihat situasi berbahaya ini, Linus berusaha menyabotase usaha David mendekati Sabrina, sekaligus mengalihkan perhatian Sabrina dari David ke dirinya.
Berhasilkah Linus memisahkan Sabrina dari David?
Tetapi hati-2, cinta bukanlah permainan yang dapat dengan gampang disetir, karena jalannya bisa mengarah ke mana saja, termasuk ke penyetirnya sendiri :-)
Didukung cast utama yang masing-2 adalah bintang ternama pada jamannya, plus telah mengantongi piala Oscar ketika film ini dibuat, kharisma mereka bertiga berhasil mengatasi halangan usia yang ada, sedemikian rupa sehingga karakter-2 yang mereka mainkan tetap believable. Holden berusia 11 tahun lebih tua dari Hepburn, sedang Bogart 30 tahun lebih tua darinya -- 4 tahun lebih tua dari Williams yang memerankan ayah Sabrina :-) Penampilan Williams khususnya, aktor Inggris yang “sangat Inggris” -- yang selalu tampil meyakinkan dalam film-2 Alfred Hitchcock, memberi “jangkar” yang kuat terhadap tema masyarakat berkelas yang menjadi contentious issue (pusat argumen) dalam film ini.
Berhasilkah cinta mengalahkan, mendobrak tatanan masyarakat yang menurut ayah Sabrina sudah harmonis dan sebaiknya jangan diganggu tersebut?
Sinematografi hitam-putih kontras tajam dari Charles Lang membumbui kisah Cinderella modern ini dengan nuansa “noir” yang membangkitkan perasaan “doom” -- sesuatu yang buruk bakalan terjadi, sama seperti dalam film-2 Wilder yang lain. Kostum-2 elegan yang dikenakan Hepburn, gaun pesta warna hitam (black cocktail dress) khususnya, hasil kolaborasi antara Edith Head -- yang mendandani hampir semua leading ladies dalam film-2 Hitchcock, dan Hubert de Givenchy, berhasil bersinar terang melampaui batasan warna hitam-putih filmnya. Last, but not least, soundtrack lagu-2 pengiring, La vie en rose karya Louiguy dan Edith Piaf khususnya, yang dinyanyikan sendiri oleh Hepburn dengan suaranya yang “shaky” (without dubbing, thank goodness!), melengkapi film ini dengan melodi yang manis dan melankolis.
What a perfect combination.
No comments:
Post a Comment