Tuesday, 19 July 2011

Rebecca

Resensi Film: Rebecca (****/4)

Tahun Keluar: 1940
Negara Asal: USA
Sutradara: Alfred Hitchcock
Cast: Laurence Olivier, Joan Fontaine, George Sanders, Judith Anderson

Plot: Seorang pengantin muda menemukan bahwa kenangan dari almarhumah istri pertama suaminya ternyata masih begitu kuat mempengaruhi suami dan kehidupan tempat tinggalnya (IMDb).

Alfred Hitchcock pernah berkata:
Rebecca bukan film khas Hitchcock; ini adalah cerita novel. Ceritanya bergaya kuno. Ini adalah film dengan setting kuno.
Hitchcock mungkin tidak menganggap Rebecca sebagai film khasnya, tetapi dari banyak segi Rebecca nampak seperti film-2 khas Hitchcock yang lain. Dikeluarkan pada tahun 1940, dibintangi oleh Laurence Olivier dan Joan Fontaine, Rebecca adalah film pertama Hitchcock di Hollywood dan film pertamanya di bawah produser David O. Selznick.

Romans bernuansa gothic yang menghantui, Rebecca dimulai dengan salah satu dari naratif yang paling termasyhur dalam literatur, "Tadi malam aku bermimpi mengunjungi Manderley lagi …" Kalimat ini diucapkan oleh Joan Fontaine sementara film menampilkan mimpinya: puri gelap dan terbengkalai di tengah semak-2 yang tak terurus. Heroine tak bernama yang diperankan oleh Fontaine adalah pusat dari cerita ini, yang dimulai dari Monte Carlo, dimana dia bekerja sebagai pendamping tamasya untuk Nyonya Van Hopper yang orangnya suka menuntut. Tamasya mereka berubah menjadi menarik ketika Maxim de Winter, dimainkan oleh Olivier, masuk ke dalam scene. Nyonya Van Hopper dengan cepat mengisi latar belakang de Winter: kaya raya dan duda yang sedang berkabung atas kematian istrinya akibat kecelakaan perahu setahun sebelumnya. Ketika Nyonya Van Hopper terserang flu, pendamping tamasyanya mulai pergi menemani de Winter, dan sebelum kunjungan mereka di Monte Carlo berakhir, de Winter telah memintanya untuk menjadi istrinya.

Joan Fontaine
Setelah bulan madu, pasangan suami istri baru tersebut akhirnya tiba di Manderley dan disambut oleh sepasukan staf rumah tangga yang dikepalai oleh Nyonya Danvers, dimainkan oleh Judith Anderson, seorang wanita setengah baya yang berwajah tanpa ekspresi. Nyonya de Winter baru mengalami kesulitan memenuhi peran barunya sebagai kepala rumah tangga; karena latar belakangnya yang kelas pekerja, sehingga dia tidak tahu bagaimana caranya memimpin staf rumah tangga. Bertingkah serba salah, Nyonya Danvers mulai berbicara tentang Rebecca, yaitu almarhumah Nonya de Winter pertama: bagaimana dia mengatur Manderley, dimana dan kapan dia melakukan aktivitas hariannya, misalnya korespondensi. Kepercayaan diri sebesar apapun yang berhasil dikumpulkan oleh Nyonya de Winter yang baru selalu dipatahkan oleh Nyonya Danvers, dan kita dapat melihat teror yang ditimbulkan oleh Nyonya Danvers terhadap majikan barunya ketika dia dengan grogi menyembunyikan pecahan patung milik Rebecca yang dia jatuhkan dari meja daripada mengatakannya secara terus terang.

Judith Anderson
Tetapi de Winter sendiri tidak menyadari bahwa istri barunya sedang mengalami masalah, bahkan setelah Nyonya Danvers memamerkan kamar tidur almarhumah Nyonya de Winter pertama dan menggunakan monogram "R" (Rebecca) untuk seluruh kain-2an yang digunakan di Manderley. Nyonya Danvers membicarakan almarhumah Nyonya de Winter pertama dengan nada hormat, seraya menambahkan bahwa Nyonya de Winter yang baru tidak mungkin dapat menyamai wibawanya atau menggantikan posisinya. Ada jurang pemisah yang tak terjembatani antara staf rumah tangga yang tua dan Nyonya de Winter yang muda: Mereka mengharapkan dirinya bertingkah laku seperti seorang dari kelas atas dan mempunyai wibawa seperti almarhumah bekas majikannya. Ketidaksukaan Nyonya Danvers terhadap kenaifan Nyonya de Winter yang baru sangat jelas terlihat.

Akhirnya, terbongkarlah bahwa de Winter dan istri pertamanya sesungguhnya saling membenci satu sama lain dan dia secara tidak sengaja membunuhnya. Tetapi de Winter akhirnya dinyatakan tidak bersalah, setelah beberapa scenes yang mirip dengan film Hitchcock sebelumnya, Blackmail (1929), dan ketika jelas bahwa de Winter dan istri barunya mempunyai kesempatan untuk hidup bahagia, Nyonya Danvers membakar Manderley, membiarkan dirinya ikut terbakar di dalam kamar tidur almarhumah bekas majikannya sementara api menyelimuti sekitarnya.

Manderley sendiri adalah karakter penting dalam film ini; kita mengetahui sejarah puri ini sementara cerita bergulir, dan menemukan rahasia-2 di dalamnya. Secara visual, film dimulai dan diakhiri dengan tulisan "Rebecca," dan tiga perempat dari film berlangsung di puri ini.

Film ini adalah film kedua Hitchcock yang dia ambil dari novel karya Daphne du Maurier, setelah Jamaica Inn (1939), dan Selznick selalu menekankan pada Hitchcock untuk berpatokan pada plot yang sama seperti novelnya, yang saat itu merupakan novel paling laris. Satu-2nya perubahan yang ada adalah dalam film Nyonya Danvers berusia lebih muda. Obsesinya dengan almarhumah bekas majikannya mempunyai nuansa hubungan lesbian -- terbaca dari karakter Nyonya de Winter pertama yang membuat Nyonya Danvers sangat terkesima. Juga ada fakta simetris dimana Nyonya de Winter pertama meninggal tenggelam, sementara Nyonya Danvers meninggal terbakar. Judith Anderson memainkan perannya yang menghantui dengan sangat menjiwai.

Rebecca dibuat pada tahun 1939, tetapi sengaja dikeluarkan pada tahun 1940, karena Selznick tidak ingin film ini menyaingi filmnya yang lain, Gone With the Wind (1939). Vivien Leigh, bintang dari GWTW dan istri dari Laurence Olivier, melakukan audisi untuk peran Nyonya de Winter yang baru . Tetapi jadwal shooting di GWTW tidak memungkinkan Leigh bekerja untuk Rebecca, selain itu Joan Fontaine berhasil menangkap kenaifan dan ke-kurang percaya-an diri Nyonya de Winter muda dengan sangat indah -- Fontaine berakting tidak hanya menggunakan ekspresi wajahnya saja, tetapi seluruh tubuhnya. Sementara Olivier sedikit menunjukkan sikap moody-nya, sama seperti setahun sebelumnya dalam Wuthering Heights (1939).

Bahkan dalam proyek pertamanya ini, Hitchcock dan Selznick tidak harmonis. Hitchcock terbiasa bekerja secara bebas, mulai dari menyusun materi yang sesuai dengan tujuannya sampai menulis artikel di surat kabar yang secara tidak langsung mempromosikan filmnya. Tetapi Selznick adalah tipe manajer mikro yang menginginkan segala sesuatunya harus sesuai dengan caranya. Dia terus menerus memberi saran atau mengirim memo kepada Hitchcock, yang Hitchcock sebisa mungkin abaikan. Dapat dibayangkan, betapa frustrasinya Hitchcock yang pindah dari Inggris ke Hollywood, hanya untuk menyadari bahwa walaupun dia mempunyai reputasi, dia telah dipekerjakan untuk membuat film yang sesuai dengan visi Selznick, bukan visinya sendiri. Namun demikian, Rebecca meraih popularitas yang tinggi dan memenangkan Academy Award untuk Film Terbaik (menjadi satu-2nya film Hitchcock yang memenangkan kategori tersebut) dan Sinematografi Terbaik, dan menerima nominasi untuk 9 kategori yang lain. (H&M)

Memenangkan Academy Award untuk:
  • Best Cinematography, Black-and-White (George Barnes)
  • Best Picture (Selznick International Pictures)

Menerima nominasi Academy Award untuk:
  • Best Actor in a Leading Role (Laurence Olivier)
  • Best Actress in a Leading Role (Joan Fontaine)
  • Best Actress in a Supporting Role (Judith Anderson)
  • Best Art Direction, Black-and-White (Lyle R. Wheeler)
  • Best Director (Alfred Hitchcock)
  • Best Effects, Special Effects (Jack Cosgrove (photographic), Arthur Johns (sound))
  • Best Film Editing (Hal C. Kern)
  • Best Music, Original Score (Franz Waxman)
  • Best Writing, Screenplay (Robert E. Sherwood, Joan Harrison)

Cerita (****)
Screenplay (****)
Karakter (****)
Akting (****)

Keseluruhan: ****/4

Rebecca dapat anda temukan di eBay.com

No comments: