Friday 15 June 2012

High Society

Resensi Film: High Society (7.8/10)

Tahun Keluar: 1956
Negara Asal: USA
Sutradara: Charles Walters
Cast: Bing Crosby, Grace Kelly, Frank Sinatra

Plot: Remake dari The Philadelphia Story (1940) -- ketika reporter majalah gosip muncul sehari sebelum hari perkawinan (kedua)-nya, Tracy Samantha Lord terpaksa menjalani "crash course" tentang masa lalu dengan bekas suaminya, ketidakharmonisan hubungan dengan ayahnya, dan ... menemukan siapa dirinya, the truth about herself! -- tetapi digarap dengan memasukkan musik dan lirik (IMDb).

Melihat rating High Society di IMDb, penulis termasuk salah satu dari sedikit film critic yang memberi review positif untuk film ini. Mengapa? Berganti setting dari Philadephia ke Newport, Rhode Island, High Society mempunyai detil plot dan karakter-2 yang sama dengan film pendahulunya -- sebagian dari dialognya, walaupun tidak sama persis, verbatim, juga sama dengan dialog dalam film pendahulunya. Satu perbedaan critical di antara keduanya adalah High Society menggantikan sebagian (besar) dialog yang tajam dan sarkastik dari Donald Ogden Stewart dengan sembilan musik dan lirik yang top-notch dari Cole Porter -- membuat High Society menjadi film yang energetic dan entertaining. Memang betul, gara-2 penggantian tersebut High Society menjadi kekurangan satire yang tajam, sarkasme yang lucu, dan karakterisasi yang kompleks (tiga hal yang membuat The Philadelphia Story unggul), tetapi ... untuk penulis, musik dan lirik dari Cole Porter berhasil dengan sangat baik 'make up' (bahasa Jawa-nya, 'nempuhi') kekurangan-2 tersebut. Ini adalah alasan atau excuse dari penulis :-)

Betul, penulis dapat membuktikan mengapa High Society patut menerima review positif. High Society memiliki 4 elemen yang menarik:

1) Romans; lebih romantik, tetapi tidak pernah sentimental atau berlebihan.

2) Dialog; walaupun kekurangan "pukulan telak" (seperti telah dijelaskan di atas), tetapi tetap menarik. Sebagai contoh: dialog paling menarik, without a doubt, adalah antara Tracy Samantha Lord (Grace Kelly) dan Macaulay "Mike" Connor (Frank Sinatra) ketika mereka berkendara di seputar Newport: mula-2 bercanda, tetapi kemudian berubah menjadi sarkastik tentang topik kekayaan, orang kaya, dan perbedaan kelas sosial. Aha ! ... ini yang penulis tunggu-2, yang terasa kurang digali di film pendahulunya. Dalam beberapa scene sebelumnya, dialog antara Mike dan rekan fotografer-nya, Elizabeth Imbrie (Celeste Holm), ketika mereka 'ngrasani' habis-2an orang kaya juga witty (orisinil, tajam, dan sekaligus humorous) dan tentu saja dengan dosis prejudice yang cukup tinggi. Dialog witty tersebut kemudian diakhiri dengan mereka berduet menyanyikan lagu yang juga witty, liriknya satiris dan menggelitik, "Who Wants to be a Millionaire?" -- siapa yang nyangka lebih dari 40 tahun kemudian ada acara Game Show di TV yang memperoleh namanya dari judul lagu tersebut?! Dan mereka yang menghayati lirik lagu tersebut pasti tidak akan ikut acara permainan berhadiah tersebut :-)

3) Superstar cast; penyanyi bersuara bass-baritone, sekaligus aktor, Bing Crosby berperan sebagai bekas suami Tracy, C.K. Dexter Haven, screen goddess Grace Kelly sebagai Tracy, dan penyanyi swing, juga sekaligus aktor, Frank Sinatra sebagai reporter, Mike -- ketiganya mempunyai chemistry yang klop! Well, saat itu Crosby sesungguhnya sudah agak "has been", maksudnya ketenarannya sudah mulai turun; Sinatra sedang memerlukan publisitas baru setelah beberapa tahun absen dari menyanyi; tetapi Kelly sedang berada di puncak popularitasnya. Tetapi sekarang, melihat film ini sebagai film klasik, ketiganya adalah superstar pada jamannya. Semuanya, termasuk Kelly, mendapat kesempatan untuk menyanyi, dan wow ... mereka tampil prima dan mempesona. Cast pendukung, Louis Calhern berperan sebagai Uncle Willie tampil komik sebagai sasaran konspirasi Tracy, Lydia Reed sebagai adik Tracy tampil cheeky untuk mengimbangi sarkasme kakaknya, dan terutama Celeste Holm sebagai Elizabeth Imbrie menjadi sidekick yang berhasil mengimbangi kharisma para pemeran utamanya. Dan satu lagi ... penyanyi jazz legendaris, Louis Armstrong (!), tampil sebagai dirinya sendiri.

4) Musik dan lirik yang super indah dari Cole Porter (seperti telah disebutkan di atas); musiknya melantunkan melodi yang lembut dan intim, yang menitikberatkan pada lirik dan gaya yang cantik. Armstrong membuka film dengan lagu berirama calypso "High Society" yang ringan dan mudah, liriknya menceritakan latar belakang cerita yang bakal disampaikan. Sinatra dan Holm berduet menyanyikan "Who Wants to be a Millionaire?" yang satiris dan menggelitik. Crosby dan Kelly berduet menyanyikan "True Love" yang romantik dan timeless. Crosby dan Armstrong berduet menyanyikan "Now You Has Jazz" yang smooth dan energetic, yang merupakan puncak performance dalam film ini (this is a must-see-performance!) Crosby dan Sinatra berduet menyanyikan "Well, Did You Evah?" yang catchy dan classy. Crosby dan Sinatra masing-2 tampil mempesona membawakan lagu-2 solonya: "I Love You, Samantha" (Crosby) -- instrumental dari Armstrong betul-2 romantic dan dreamy, "You're Sensational" dan lagu berirama rumba "Mind If I Make Love To You" (Sinatra). Hasil akhirnya, High Society adalah salah satu dari musical-2 terbesar produksi studio MGM. Tidak seperti musical-2 jaman sekarang yang sering-2 merupakan sekedar usaha untuk menjual soundtracks, High Society tidak hanya mempunyai bunyi dan suara, tetapi juga mempunyai hati dan jiwa!

Soundtracks selengkapnya dari High Society adalah sebagai berikut:

  • "High Society" (calypso) - Louis Armstrong
  • "Little One" - Bing Crosby
  • "Who Wants to be a Millionaire?" - Frank Sinatra & Celeste Holm
  • "True Love" - Bing Crosby & Grace Kelly
  • "You're Sensational" - Frank Sinatra
  • "I Love You, Samantha" - Bing Crosby
  • "Now You Has Jazz" - Bing Crosby & Louis Armstrong
  • "Well, Did You Evah?" - Bing Crosby & Frank Sinatra
  • "Mind If I Make Love To You" (rumba) - Frank Sinatra

Performance dalam film ini memberi hidup dan vitalitas kepada karakter-2nya, dan musiknya membuat film ini tidak pernah kehilangan pesonanya.

Dari segi akting, walaupun Crosby yang berperan sebagai C.K. Dexter Haven tidak sebaik Cary Grant dalam film pendahulunya, Crosby berhasil menampilkan karakter yang simpatik, yang membuat penonton secara instinctive menyukai dirinya -- penonton ingin dia "menjinakkan" Tracy (ingat "The Taming of the Shrew"-nya Shakespeare?) dan "menjatuhkan Tracy dari pedestal-nya" (to knock the goddess off her pedestal) :-) Sedang Sinatra, lebih daripada James Stewart dalam film pendahulunya, menambahkan kualitas masculinity untuk perannya sebagai Macaulay Connor. Dan tidak dapat dipungkiri, the real scene-stealer dalam film ini adalah Kelly! Kelly, yang karier aktingnya pendek tetapi spektakuler, menunjukkan bagaimana pesona dirinya dapat menaklukkan hati penonton di seluruh dunia. Walaupun interpretasi Kelly terhadap karakter Tracy Samantha Lord tidak dapat mengalahkan interpretasi Katharine Hepburn terhadap karakter tersebut, Kelly nonetheless berhasil memerankan Tracy dengan meyakinkan (tampil lovely, sekaligus icy). High Society adalah film terakhir Kelly sebelum dia menikah dengan Pangeran Rainier dari Monaco dan mengundurkan diri dari dunia perfilman.

Dari segi arahan, sutradara Charles Walters menjaga semuanya "low-key". Dan dengan musik dan lirik yang super indah dan para aktor/penyanyi yang super prima, mereke justru tampil bersinar dan cemerlang, sedemikian rupa sehingga tidak ada sesuatupun yang terasa kurang. Well done.

Untuk penulis, nonton High Society adalah seperti minum susu coklat panas di malam yang dingin.

Ketika filmnya berakhir, tiba-2 hati menjadi sedih, karena tidak ingin berpisah ... please, don't end ...

* 7.8/10


High Society dapat anda temukan di eBay.com

No comments: