Resensi Film: Jane Eyre (7.7/10)
Negara Asal: USA
Sutradara: Robert Stevenson
Cast: Orson Welles, Joan Fontaine, Margaret O'Brien, Peggy Ann Garner, Elizabeth Taylor
Plot: Setelah menjalani kehidupan pahit di sebuah asrama yatim piatu, Jane Eyre bekerja sebagai pengasuh anak di sebuah puri bangsawan yang ternyata menyimpan sebuah misteri (IMDb).
Ketika film dimulai dengan Joan Fontaine membacakan paragraf pertama dari novel Jane Eyre karya Charlotte Brontë, penonton langsung menyadari bahwa cerita yang disampaikan adalah cerita dari salah satu karya-2 sastra paling terkenal dan berpengaruh di dunia.
"My name is Jane Eyre... I was born in 1820, a harsh time of change in England. Money and position seemed all that mattered. Charity was a cold and disagreeable word. Religion too often wore a mask of bigotry and cruelty. There was no proper place for the poor or the unfortunate. I had no father or mother, brother or sister. As a child I lived with my aunt, Mrs. Reed of Gateshead Hall. I do not remember that she ever spoke one kind word to me."
Jika anda belum membaca novel Jane Eyre, film ini akan membuat anda ingin membaca novel tersebut. Film ini terbagi dalam dua bagian: Jane ketika kanak-2 di asrama yatim piatu dan Jane ketika dewasa di puri bangsawan Edward Rochester. Sayangnya, bagian pertama ternyata lebih baik daripada bagian kedua (yang merupakan bagian utama). Joan Fontaine adalah aktres yang piawai; tetapi dalam film ini, Peggy Ann Garner yang berperan sebagai Jane kanak-2 ternyata "mencuri" spotlight dengan aktingnya yang meyakinkan. Sementara Fontaine sebagai Jane dewasa cenderung mengenakan ekspresi wajah yang sama di seluruh bagian, Garner berhasil mengenakan ekspresi wajah yang kompleks yang mengungkapkan kekompleksan karakter Jane sebagai anak yang sederhana dan pendiam tetapi menyimpan bara perjuangan dan cita-2 yang tinggi.
Mr. Brocklehurst: No sight so sad as that of a wicked child. Where do the wicked go after death?Jane Eyre: They go to hell.Mr. Brocklehurst: And what is hell?Jane Eyre: A pit full of fire.Mr. Brocklehurst: And should you like to fall into that pit and be burning there forever?Jane Eyre: No, sir.Mr. Brocklehurst: Then what must you do to avoid it?Jane Eyre: I must keep in good health and not die.
Orson Welles, seperti biasanya, tampil meyakinkan sebagai Edward Rochester yang berperawakan tinggi besar tetapi tidak berdaya dan bersikap kasar tetapi menarik simpati ... sebuah studi karakter yang menarik. Dan Elizabeth Taylor tampil memegang peran minor; siapa yang menyangka gadis kecil dengan sinar mata yang tajam ini akhirnya menjadi legenda Hollywood (mengalahkan semua pemain yang lain dalam film ini). Cinematography hitam-putih menampilkan gaya gothic yang menyeramkan yang menggambarkan atmosfir jamannya dengan sangat pas. Dan Bernard Herrmann menciptakan musik dengan sangat pas juga. Lebih dari sekedar kisah cinta, Jane Eyre adalah kisah tentang pencarian jati diri.
"As the months went past, he came to see the light once more as well as to feel its warmth; to see first the glory of the sun, and then the mild splendour of the moon, and at last the evening star. And then one day, when our firstborn was put into his arms, he could see that the boy had inherited his own eyes as they once were ... large, brilliant and black.
The end."
No comments:
Post a Comment