Wednesday, 6 March 2013

Incendies

Resensi Film: Incendies (8.5/10)




Tahun Keluar: 2010
Negara Asal: Canada
Sutradara: Denis Villeneuve
Cast: Lubna Azabal, Mélissa Désormeaux-Poulin, Maxim Gaudette, Rémy Girard

Incendies menerima nominasi Film Berbahasa Asing Terbaik dalam Oscar pada tahun 2011. Adaptasi dari teater dengan judul “Scorched” karya Wajdi Mouawad, film ini bersetting di sebuah negara kecil di Timur Tengah dan berbahasa Perancis dan Arab. Incendies dimulai dengan suasana berkabung dimana dua anak kembar, Jeanne dan Simon Marwan, mendengarkan notaris Jean Lebel membacakan isi surat wasiat ibunya yang baru saja meninggal dunia. Selain tentang pembagian harta kekayaan, surat wasiat tersebut ternyata berisi perintah-2 penting dan “aneh” untuk mereka, yaitu: 1) mereka dilarang mengubur dirinya dengan tata-cara yang layak, tetapi justru sebaliknya -- jasadnya harus tertelungkup menghadap ke tanah, agar wajahnya tidak menengadah menghadap ke dunia, sebagai tanda dari ketidaksukaannya terhadap hidup yang dia alami, mereka juga dilarang menulis namanya di batu nisan, 2) untuk Jeanne (Mélissa Désormeaux-Poulin), dia harus pergi ke negara asalnya untuk mencari ayah mereka dan memberikan surat darinya kepadanya, dan 3) untuk Simon (Maxim Gaudette), dia juga harus pergi ke negara asalnya untuk mencari saudara laki-2 mereka dan memberikan surat darinya kepadanya. Setelah mereka melaksanakan semuanya, Jean (Rémy Girard) akan memberikan surat terakhir darinya untuk mereka. Kontan saja mereka kaget bukan kepalang karena ibunya, Nawal Marwan (Lubna Azabal), selama hidupnya tidak pernah bercerita tentang ayah mereka, juga tidak pernah bercerita kalau mereka mempunyai saudara laki-2. Mengapa baru sekarang mengungkapkannya? Apa gerangan arti semua ini? Akhirnya dengan bantuan sarana dan dukungan moral dari Jean, bekas majikan ibunya yang baik hati dan sekaligus orang kepercayaan ibunya, mereka berdua pergi ke negara asalnya. Dan cerita yang sesungguhnya dimulai ...

Walaupun tidak disebutkan di negara mana cerita terjadi, negara yang dimaksud adalah Lebanon. Tanpa sentimentalitas yang berlebihan, Incendies menampilkan horor dari perang sipil -- konflik antar golongan yang diwarnai dengan politik dan agama -- yang terjadi di Lebanon dan tragedi yang menimpa Nawal Marwan sebagai akibat darinya. Namun demikian, ceritanya tidak melulu tentang itu saja, karena “undercurrent” atau sub-cerita yang sesungguhnya adalah tentang forgiveness. Dengan “jigsawing” atau teknik penyampaian cerita yang disusun bagaikan teka-teki, suspense terjaga ketat dari awal sampai akhir film, dan revelation (penemuan) yang ditemukan Jeanne dan Simon tentang ibunya betul-2 menciptakan intense emotion, alias blew my mind.

Sejak The Barbarian Invasions (Les invasions barbares) memenangkan Film Berbahasa Asing Terbaik dalam Oscar pada tahun 2004, Canada -- tepatnya propinsi yang berbahasa Perancis, Quebec -- menjadi penyumbang reguler nominasi untuk kategori ini. Sebagai propinsi yang menerima banyak imigran, film-2 yang dihasilkan mencerminkan keanekaragaman cerita dari para imigrannya: ada Water (2005) yang bersetting di India tentang seorang janda yang terpasung hidupnya gara-2 tatanan sosial yang berlaku saat itu, ada Monsieur Lazhar (2011) yang bersetting di Montreal tentang seorang guru dari Aljazair, dan ada War Witch (2012) yang bersetting di Congo tentang seorang tentara anak-2, korban perang sipil di negeri tersebut. Kalau Ben Affleck mengatakan “Thank you, Canada” untuk filmnya Argo, penulis mengatakan “Bravo, Canada” untuk film-2 yang dihasilkan.

* 8.5/10




Incendies dapat anda temukan di eBay.com

No comments: