Sempurna: Cerita, arahan, script, dialog, karakter, dan akting.
Tahun Keluar: 1957
Negara Asal: USA
Sutradara: Billy Wilder
Cast: Tyrone Power, Marlene Dietrich, Charles Laughton, Elsa Lanchester
Film ini adalah film Billy Wilder yang
menyejajarkan dirinya dengan Alfred Hitchcock -- tepat pada dekade dimana
Hitchcock juga berada pada puncak prestasinya: Strangers on a Train (1951),
Rear Window (1954), Vertigo (1958), North by Northwest (1959). Cerita karya Ratu Misteri Pembunuhan, Agatha Christie, ini
adalah medium yang ideal untuk menampilkan semua elemen Hithcockian: a fish out
of the water -- karakter utama yang bingung dan panik gara-2 terperosok ke
dalam situasi yang dia tidak mengerti, karakter-2 pendukung yang menarik dan
penuh intrik, misteri, witticism/humor, twist/unforeseen development -- faktor yang
luput dari pengamatan kita, dan tentu saja suspense.
Seorang veteran prajurit PD2, Leonard Vole (Tyrone
Power), ditangkap polisi dengan tuduhan membunuh Mrs. Emily French (Norma
Varden), seorang janda kaya berusia setengah baya yang menyimpan afeksi
terhadap Vole sedemikian dalamnya sampai-2 memasukkan dia sebagai pewaris utama
harta kekayaannya. Walapun tidak ada bukti yang konkret, semua circumstantial
evidence mengarah ke dirinya sebagai pembunuh. Baru saja sembuh dari sakit parahnya,
Sir Wilfrid Robarts (Charles Laughton),
seorang Q.C./pengacara terkemuka di London, mula-2 menolak menangani
kasus Vole ini, tetapi kemudian berubah pikiran (baca, merasa tertantang) --
melawan semua nasehat dan larangan dari perawat pribadinya, Miss Plimsoll (Elsa
Lanchester), setelah bertemu dengan istri Vole, Christine (Marlene Dietrich), seorang
wanita Jerman yang bernasib malang, tetapi “kaku”/“keras” dan tidak mau dikasihani. Maka disusunlah pembelaan
untuk Vole melawan semua circumstantial evidence yang mengarah ke dirinya.
Mengetahui aturan hukum bahwa istri tidak boleh menjadi saksi untuk suaminya,
Robarts terkejut ketika jaksa penuntut memanggil Christine sebagai saksi dan
membongkar masa lalu Christine yang ternyata sudah kawin dengan pria Jerman
ketika dia dulu tinggal di Jerman; membuat perkawinannya dengan Vole tidak sah,
membuat mereka bukanlah suami-istri, dengan demikian Christine harus menjawab
semua pertanyaan jaksa tentang Vole. Robarts semakin terkejut ketika Christine
justru memberi kesaksian yang memberatkan Vole! Biasanya seperti ikan hiu
yang memangsa buruannya, Robarts kali ini merasa sebaliknya: seperti buruan, dan
betul-2 pusing (baca, tertantang) berhadapan dengan wanita Jerman yang dia tidak
mengerti “manuver”-nya ini :-)
Adaptasi dari teater dengan judul yang sama,
Witness for the Prosecution adalah film yang tidak pernah membosankan ditonton
berulang-2, atau direview berulang-2. Walaupun Tyrone Power menempati first-billing,
star performance film ini terletak pada Marlene Dietrich, Charles Laughton, dan
dinamika antara Laughton dan Elsa Lanchester, yang dalam kehidupan nyata adalah
istrinya. Dietrich, satu dari sedikit aktres dari era film bisu yang sukses
bertahan melalui transformasi ke era baru film bersuara -- satu angkatan dengan
Greta Garbo dan Gloria Swanson, yang tampil dalam film klasik Wilder yang lain,
Sunset Boulevard (1950), berhasil dengan sangat baik memanfaatkan gaya
theatrical-nya yang khas, yang untuk ukuran film bersuara memang terasa “over the top”, tetapi di sini justru menguatkan
karakter Jermannya yang “asing”, “kaku”, dan “keras” untuk ukuran Anglo-Saxon, yang
sengaja ditonjolkan Wilder untuk membawa penonton melalui “roller-coaster”
perasaan: mula-2 membangkitkan antipati penonton terhadapnya, kemudian pertanyaan/misteri,
dan akhirnya simpati. Peran dan penampilan Dietrich betul-2 central dan pivotal
-- hanya akting yang luar biasa yang mampu mengubah opini penonton dari
antipati ke simpati. Christine Vole/Christine Helm dalam film ini adalah reprise
dari Norma Desmond dalam Sunset Boulevard. Laughton,
pemain watak dengan penampilan-2 iconic seperti Henry VIII dalam The Private
Life of Henry VIII (1933), Inspector Javert dalam Les Misérables (1935), dan Quasimodo dalam
The Hunchback of Notre Dame (1939), kebagian semua
dialog terbaik dalam scriptnya dan membawakannya dengan mudah dan meyakinkan.
Peran dan penampilan Laughton, sambil dia mondar-mandir kesana-kemari di
seluruh film pusing memikirkan kasusnya, betul-2 mengasyikkan untuk ditonton. Lanchester,
pemain watak juga yang mungkin diingat penonton sebagai Mary Shelley dalam The
Bride of Frankenstein (1935), menyediakan momen-2 lucu dan menyegarkan. Last,
but not least, cast pendukung yang lain: John Williams, reguler dalam film-2 Hitchcock,
sebagai asisten Robarts; Henry Daniell, pemain watak juga, sebagai penasehat
hukum Vole; dan Norma Varden, reguler dalam film-2 period drama, sebagai janda
kaya yang naif, semuanya tampil mengesankan.
Diadaptasi dari drama teater, scriptnya mempunyai
dialog-2 yang tajam dan berhasil dengan sangat
baik menyimpan twist dengan rapi. Jika ada kelemahannya, kelemahannya
adalah scriptnya tidak dapat secara penuh lepas dari asal-usulnya, dan dari
waktu ke waktu memang terasa talky
(terlalu banyak pembicaraannya). Tetapi karena para pemainnya sangat ahli dalam
berbicara, penonton justru terhibur mendengarkannya.
Mengkombinasikan semua ini adalah arahan Wilder
yang kreatif. Kemampuannya mengkombinasikan antara drama dan komedi tanpa
mengurangi bobot masing-2 adalah kekuatan utama film ini. Seandainya dimainkan
melulu sebagai drama, filmnya akan menjadi kering dan membosankan. Seandainya
dimainkan melulu sebagai komedi, filmnya akan menjadi parodi dan tidak
berbobot. Tetapi dimainkan sebagai kombinasi antara drama dan komedi, filmnya
menjadi betul-2 mengesankan.
Klasik.