A Lost Soul: Bagaikan kapal yang berlabuh tanpa jangkar ...
“If I'm going to be alone, I want to be by myself.”
Tahun Keluar: 1961
Negara Asal: USA
Sutradara: John Huston
Cast: Clark Gable, Marilyn Monroe, Montgomery Clift, Thelma Ritter, Eli Wallach
Dalam release perdananya, film ini memperoleh review yang beragam dari penonton (film critic) -- sebagian besar negatif, mungkin karena produksi film ini diselimuti oleh gosip negatif mulai dari kematian Clark Gable -- dia menderita serangan jantung dua hari setelah shooting selesai dan meninggal dunia sepuluh hari kemudian, konon gara-2 suhu panas (42 derajat Celcius) di setting film ini di Reno, Nevada, dan gara-2 dia melakukan stunt sendiri dalam scene dimana dia diseret sejauh 120 meter dengan kecepatan sekitar 50 km/jam melalui gurun kering dan tandus oleh seekor kuda liar; sampai ke “kekacauan” dalam setting film ini -- Marilyn Monroe keluar-masuk rehab gara-2 kecanduan obat bius, dan revisi berkali-2 dari script film ini sementara perkawinan antara Arthur Miller, si penulis script, dan Monroe mengalami kehancuran (mereka akhirnya bercerai setelah shooting selesai). Namun demikian, dengan berjalannya waktu apresiasi penonton berubah menjadi positif -- penonton mulai menyadari bahwa film ini mungkin adalah cukilan biografi Monroe yang paling akurat dari orang/penulis yang paling memahami dirinya. Memang betul, suami tidak otomatis menjadi orang yang pendapatnya paling obyektif tentang istrinya -- biasanya justru sebaliknya :-), tetapi Miller adalah seorang penulis -- karya-2nya a.l. Death of a Salesman, The Crucible, yang notabene pakar dalam mengamati “the innards” karakter dari seseorang. So, I think, he deserves some credit. Tetapi Miller tidak mengungkapkannya secara blak-2an. Walaupun tokoh utama dalam film ini hanya satu, judul film ini adalah The Misfits, bukan The Misfit. Lima tokoh dalam film ini, masing-2 to a certain degree, adalah “misfit” -- orang yang tidak cocok dengan lingkungan dimana dia berada.
Cerita diawali dengan Roslyn (Monroe) pindah ke Reno, Nevada, untuk mendapatkan perceraian dari suaminya. Dia indekos di rumah Isabelle (Thelma Ritter), juga seorang wanita yang bercerai. Beberapa saat setelah perceraian, Roslyn dan Isabelle merayakan hari “kemerdekaan” tersebut dengan minum di sebuah bar dan di sana mereka bertemu dengan Guido (Eli Wallach), mekanik yang mereparasi mobil Roslyn, dan temannya, Gay (Gable), seorang cowboy berusia setengah baya. Setelah berkenalan mereka berempat sepakat pergi ke luar kota, ke rumah Guido di pedalaman Nevada untuk ... “just live.”
Guido: “Have you ever been outside Reno, Ms. Taber? ”
Roslyn: “Once I walked to the edge of town; doesn't look like there's much out there.”
Gay: “Everything's there! ”
Roslyn: “Like what? ”
Gay: “The country! ”
Roslyn: “Well, what do you do with yourself? ”
Gay: “Just live.”
Roslyn: “How does anyone "just live"? ”
Gay: “Well, you start by going to sleep. You get up when you feel like it. You scratch yourself. You fry yourself some eggs. You see what kind of a day it is; throw stones at a can, whistle.” :-)
Beberapa waktu kemudian Guido dan Gay mengajak Roslyn pergi melihat mereka berburu kuda liar. Di tengah perjalanan mereka merekrut Perce (Montgomery Clift), seorang pemain rodeo, untuk membantu mereka. Kemanapun Roslyn pergi, dimanapun dia berada, dirinya adalah magnet bagi semua pria yang melihatnya. Demikian juga dengan ketiga pria ini: Guido berharap, tetapi dia tidak mampu bersaing dengan Gay yang jauh lebih berkharisma, sedang Perce hanya mampu menarik belas kasihan Roslyn. Dinamika persahabatan, sekaligus persaingan, di antara ketiga pria ini menjadi latar belakang dari emotional conflict/emotional turmoil yang dialami Roslyn dalam menemukan jati dirinya. Cerita diakhiri dengan Gay mengalah secara tulus dan sikapnya ini nampaknya berhasil “menyembuhkan” apapun emotional turmoil yang ada dalam diri Roslyn.
Gay: “What makes you so sad? You're the saddest girl I ever met.”
Roslyn: “You're the first man who's ever said that. I'm usually told how happy I am.”
Arahan dari John Huston (The Maltese Falson, The Treasure of the Sierra Madre, Key Largo, The African Queen), sangat membantu mengekspresikan realism dalam film ini. Dengan setting flora dan fauna yang gersang dan liar, Gable nampak tua, capek, tetapi langsung bersemangat ketika melihat Monroe :-), Monroe nampak sedih walaupun dia tersenyum, dan Clift nampak vulnerable, rapuh. In fact, kelima tokoh dalam film ini, masing-2 to a certain degree, vulnerable, rapuh. Entah akting, entah scriptnya memang menceritakan situasi yang ada secara betulan, penampilan mereka dalam film ini sangat cocok dengan karakter-2 yang mereka mainkan. Arahan Huston berhasil menghasilkan tiga scene yang memorable, yaitu: 1) Scene Monroe bermain paddle-ball yang hampir saja menimbulkan perkelahian di dalam bar :-), 2) Scene Clift bermain rodeo, dimana dia terpelanting dua kali dari punggung kuda dan punggung banteng yang membuatnya gegar otak, 3) Scene perburuan kuda liar (seandainya film ini dibuat sekarang film ini pasti diboikot karena scene ini menampilkan kekejaman terhadap binatang) yang membuat emosi Monroe meletup:
Roslyn: “Horse killers! Killers! Murderers! You're liars! All of you, liars! You're only happy when you can see something die! Why don't you kill yourself to be happy? You and your God's country! Freedom! I pity you! You're three dear, sweet, dead men! ”
juga konon akhirnya membunuh Gable.
Wow, what a film!
Could this be a snippet of Monroe's life? Maybe.