Wednesday, 12 December 2012

Tomorrow Never Dies

Resensi Film: Tomorrow Never Dies (7.5/10)


Tahun Keluar: 1997
Negara Asal: UK
Sutradara: Roger Spottiswoode
Cast: Pierce Brosnan, Jonathan Pryce, Michelle Yeoh, Teri Hatcher, Götz Otto

Plot: James Bond mengusut insiden bersenjata di Laut China Selatan yang menenggelamkan kapal perang Inggris, Devonshire, dan menjatuhkan pesawat perang China, J-7, dan menemukan konspirasi Elliot Carver, seorang raja media, untuk memprovokasi perang antara Inggris dan China untuk kepentingan pribadinya (IMDb).

Selama ini walaupun para musuh James Bond digambarkan sebagai orang-2 yang megalomaniac dan dapat dinilai sebagai satire untuk mereka yang gila kekayaan atau kekuasaan, film Bond sendiri tidak pernah dinilai sebagai film satire. Tetapi ketika karakternya secara jelas merupakan satire untuk raja media Rupert Murdoch, penonton justru tidak percaya :-) "Mosok seh, ada raja media seperti itu? " Ternyata iya :-) Delapan tahun kemudian, eeeh ... terbongkar skandal "phone-hacking" yang melibatkan salah satu tabloid milik Rupert Murdoch*). Walaupun plotnya tidak sama dengan plot film ini, skandal tersebut menunjukkan bagaimana media menggunakan cara-2 yang tidak etis, taktik kotor, bahkan manipulasi, dalam mengumpulkan berita. Mempertimbangkan revelasi ini, Tomorrow Never Dies adalah film Bond yang paling satiris.

*) skandal "phone-hacking" = http://en.wikipedia.org/wiki/News_of_the_World

Diputar pertama kali bersamaan dengan mega-blockbuster Titanic (1997), film ini disutradarai oleh Roger Spottiswoode, setelah Martin Campbell menolak mengarahkan dua film Bond secara berturut-2 -- Campbell berhasil ditarik kembali mengarahkan film Bond pada tahun 2006, yaitu Casino Royale.

Bersetting di Hamburg dan Bangkok (untuk Saigon -- hmmm, entah kenapa film ini masih menggunakan nama Saigon, padahal kota ini sudah dikenal dengan nama Ho Chi Minh City sejak tahun 1976), film ini menampilkan cast pendukung yang lumayan vibrant (vigorous/energetic dan animated/alive), terutama dengan kehadiran Michelle Yeoh, aktres Hong Kong kelahiran Malaysia, sebagai Bond girl yang mandiri, agile/swift (tangkas, baca: bisa kungfu), dan tentu saja tidak memerlukan perlindungan Bond :-) Pierce Brosnan tampil prima -- tidak kemudaan, juga tidak ketuaan, sebagai Bond. Jonathan Pryce, aktor Inggris yang terkenal dengan versatilitasnya, tampil meyakinkan sebagai psychopathic Elliot Carver. Götz Otto, aktor Jerman yang bertinggi-badan 198 cm, tampil sangar sebagai henchman Carver, mengingatkan penonton pada karakter Jaws dalam The Spy Who Loved Me (1977). Vincent Schiavelli, yang dikenal penonton sebagai hantu di kereta api dalam film Ghost (1990), tampil mengesankan dalam peran minornya selama dua menit sebagai pembunuh bayaran, Dr. Kaufman. Sayangnya, Teri Hatcher, kebagian peran yang unsympathetic sebagai Bond girl yang pathetic (ngenes): bekas pacarnya Bond dan sekarang jadi trophy wife/istri pajangannya Carver (dan kemudian ditemukan tewas dibunuh oleh suaminya sendiri) -- oooh, it's pathetic! :-( -- menjadikan dirinya Bond girl terburuk ketiga setelah Mary Goodnight dalam The Man with the Golden Gun (1974) dan Bibi Dahl dalam For Your Eyes Only (1981).

Selain faktor positif dan negatif di atas, film ini juga berusaha mengkapitalisasi kesuksesan penampilan BMW dalam film sebelumnya, yaitu dengan menampilan tiga scene dimana mesin ini menjadi bintang atau pusat perhatian penonton, yaitu: 1) scene kejar-2an antara sepeda motor BMW yang dikendarai Bond/Wai Lin dan mobil-2/helikopter yang dikendarai orang-2 suruhan Carver, 2) scene mobil BMW Bond "dikerjai" oleh orang-2 suruhan Carver, dan 3) diteruskan dengan scene mobil yang sama dikendarai dengan remote control melawan serangan bertubi-2 dari mereka. Wow ... a car with ATTITUDE! :-) -- penggemar BMW pasti bangga menyaksikan scene-2 tersebut :-) Tidak dapat dipungkiri, scene-2 tersebut memorable dalam ingatan penonton.

* 7.5/10




Tomorrow Never Dies dapat anda temukan di eBay.com

No comments: