IDA (7.8/10)
Negara Asal: Polandia
Sutradara: Pawel Pawlikowski
Script Original: Pawel Pawlikowski, Rebecca Lenkiewicz
Cast: Agata Kulesza, Agata Trzebuchowska, Dawid Ogrodnik
Sinematografi: Lukasz Zal, Ryszard Lenczewski
Momen menjelang kaul kekal sering menjadi plot yang menggerakkan awal cerita, a.l.: Viridiana (1961), film berbahasa Spanyol, pemenang Palme d'Or di Cannes tahun 1961, atau yang lebih populer, The Sound of Music (1965), pemenang Film Terbaik di Oscars tahun 1966. Tema biara bukanlah tempat untuk melarikan diri atau bersembunyi dari apapun yang menakutkan dalam hidup ini menciptakan medium yang subur bagi karakter utama untuk menerima tantangan dan berkembang -- dan konsekuensinya, menarik bagi penonton untuk menyaksikannya. Karakter utama tersebut harus pergi keluar dari biara, menghadapi apapun yang dia perlu hadapi, sebelum dia membuat keputusan terakhir.
Bersetting pada dasawarsa 1960-an, Anna (Agata Trzebuchowska), seorang calon biarawati -- juga yatim piatu yang besar di biara, diberitahu oleh biarawati kepala bahwa sebelum dia dapat mengambil kaul kekal dia harus mengunjungi bibinya, Wanda (Agata Kulesza), yang merupakan satu-2nya familinya yang masih hidup. Tidak mengetahui dia memiliki seorang bibi, Anna menuruti perintah tersebut dan pergi menemui bibinya. Bibinya ternyata adalah seorang bekas Jaksa Wilayah yang dulunya mempunyai posisi penting di Polandia. Tanpa basa-basi, bibinya yang bermata gelap dan berkulit gading ini memberitahu Anna bahwa Anna bukan Katolik; nama Anna sesungguhnya adalah Ida Lebenstein, seorang Yahudi, dan orangtuanya diduga terbunuh pada masa pendudukan Jerman. Anna memutuskan ingin menemukan kuburan orangtuanya. Anna dan bibinya kemudian melakukan perjalanan menelusuri tempat-2 dimana orangtuanya pernah tinggal dan menyelidiki apa yang sesungguhnya terjadi saat itu. Di tengah perjalanan Anna bertemu dengan seorang pemuda, saxophonist, Lis (Dawid Ogrodnik).
Karya dari sutradara dan penulis asal Polandia, Pawel Pawlikowski, ini adalah potret mini negaranya pada dasawarsa 1960-an: di balik tirai besi, dingin dan kelabu, dan trauma holocaust masih tersimpan hangat dalam memori. Film secara keseluruhan di-shot dengan warna B&W/hitam-putih, kontras lembut, menciptakan nuansa melankoli yang diinginkan. Namun demikian, nuansa melankoli tersebut tidak sampai menguasai seluruh film, karena tiga karakter utama yang ada mempunyai karakterisasi yang multi-dimensional: Anna yang polos dan pendiam tetapi menggerakkan plot cerita, Wanda yang wajahnya berkarakter kuat, tetapi di baliknya ternyata rapuh, dan Lis yang ganteng dan mencerminkan masa depan yang lebih cemerlang; dan dinamika hubungan di antara mereka yang menarik.
Sepanjang film penonton merasa kasihan terhadap Anna -- yatim piatu, orangtuanya korban holocaust, Yahudi tetapi Katolik, tetapi di akhir film penonton akhirnya menyadari bahwa bukan Anna-lah yang perlu dikasihani, karena dia ternyata mempunyai “inner strength” yang lebih kuat daripada yang kita bayangkan. Seakan-2 Pawlikowski ingin mengatakan bahwa tidak peduli seberapa pahit kenangan masa lalu yang menghantui Polandia, Polandia terus bergerak maju menyongsong masa depan.
Film berdurasi hanya 80 menit ini bisa menjadi “kecil-2 cabe rawit” dalam nominasi Film Berbahasa Asing (Bukan Inggris) Terbaik dalam Oscars 2015 y.a.d.; bahkan mungkin mengalahkan film yang sudah memenangkan Palme d'Or di Cannes tahun ini, yang skala produksinya jauh lebih besar, Winter Sleep. Sinematografi B&W juga patut diacungi jempol, tetapi karena film ini adalah film kecil, besar kemungkinan aspek sinematografi-nya luput dari perhatian juri.
Prediksi Oscar 2015:
- Nominasi Film Berbahasa Asing (Bukan Inggris) Terbaik
No comments:
Post a Comment