Sharing catatan perjalanan
Airbnb di La Spezia, Florence, Venice dan Rome, Italy, musim semi bulan Mei 2018
Okay, ini adalah pengalaman pertama saya menggunakan Airbnb.
Secara singkat, happy ending, memuaskan, alias pingin kembali menggunakan Airbnb di waktu yang akan datang. Tetapi sebelumnya, ada cerita pengantar sebelum saya sampai di Airbnb pertama di La Spezia, Italy.
Setelah mengalami rangkaian “minor mishaps” atau ketidakberuntungan selama di French Riviera, entah kenapa malam hari sebelum besoknya melanjutkan perjalanan kembali ke Italy, saya tiba-2 punya gut feelings untuk check dan re-check jadwal KA Perancis, SNCF, yang akan membawa saya dari Cannes La Bocca (stasiun terdekat dari hotel saya) kembali ke Nice -- tiket sudah saya beli online jauh-2 hari sebelumnya. Dengan ipad saya check website SNCF untuk memastikan kalo KA saya on schedule. Paranoid? Mungkin saja, tetapi why not-lah ... semuanya khan ngurus sendiri, jadi ndak ada salahnya kalo saya teliti, check dan re-check. Waktu ngliat websitenya, saya terheran-2: KA saya kok ndak ada dalam jadwal. Bahkan semua KA dari Cannes La Bocca ke Cannes lenyap dari jadwal -- tertulis: “tidak beroperasi”! Lho, ini maksudnya apa?? Saya sudah mbayar kok terus KA-nya ndak beroperasi … heh? ☺ Selain itu, KA dari Cannes ke Nice yang frekuensinya biasanya setiap ½ jam, hari itu berubah menjadi beberapa kali saja. Saya pentelengi website SNCF itu -- sambil perasaan gundah, saya akhirnya menemukan catatan kaki yang menginfokan bahwa besok ada pemogokan buruh di Perancis. Oalah, pemogokan buruh! Lucky me! ☺ Okay, don’t panic, don’t panic ... perasaan boleh gundah, tapi pikiran harus tetap dingin.
Karena di Nice saya mesti boarding KA Italy, Thello, tertentu -- tiketnya bernomor kursi (yang juga sudah saya beli jauh-2 hari sebelumnya), pikiran langsung muter dan saya ambil keputusan sbb: 1) Beat the crowd: berangkat lebih pagi untuk menghindari kerumunan penumpang yang lain. Karena KA dari Cannes La Bocca ke Cannes tidak beroperasi, maka harus naik bis ke Gare de Cannes -- kebetulan bus pass saya masih tersisa 1 kali trip lagi. 2) Boarding KA pertama dari Cannes ke Nice, no matter what! Ndak perlu beli tiket lagi, karena saya sudah pegang tiket Cannes La Bocca - Nice yang dibatalin itu. Kalo ndak boleh, who cares, pokoknya saya tetep boarding … nanti urusan belakang. Ndak dapet kursi juga ndak papa. Karena host Airbnb di La Spezia, namanya Marina, bertanya kapan saya check-in di tempatnya, saya lebih baik terus terang menceritakan kendala ini supaya dia mengerti kalo saya sampai terlambat tiba di La Spezia. Marina minta saya ngirim pesan perkembangan situasinya.
Besoknya contingency plan tersebut ternyata berjalan dengan mulus. Bis dari Cannes La Bocca ke Cannes penuh, tetapi nevertheless terangkut. KA pertama dari Cannes ke Nice juga penuh, tetapi beruntung dapet kursi -- dan ndak ada pemeriksaan tiket karena pegawai KA-nya khan mogok. Denger dari penumpang lain, loket penjualan tiket juga tutup, so hari itu penumpang ndak perlu tiket. Saya akhirnya sampai di Gare de Nice ahead of schedule; ada banyak waktu untuk sarapan pagi di sana; dan saya lihat KA Italy, Thello, sudah menunggu dengan manis di treknya untuk membawa saya kembali ke Italy. So, guys, when you travel independently, it pays to always check and re-check. Di Genoa saya ganti kereta, makan siang dan ngirim pesan ke Marina: “All is good. We’ll be arriving in La Spezia as scheduled.” Mungkin karena saya pandai bercerita, Marina membalas: “I’ll pick you up at the station.” Wow … dia semestinya ndak perlu njemput, khan saya mbayar Airbnb ndak termasuk ongkos njemput. Tetapi setelah rangkaian ketidakberuntungan, goodwill dari total stranger ini adalah welcome relief -- thank you, Marina. Dan ini ternyata adalah “good omen” untuk kunjungan-2 selanjutnya di Airbnb Florence, Venice dan Rome.
Airbnb
Airbnb membuka pilihan baru selain penginapan konvensional yang ada selama ini. Mula-2 saya rada gamang mencoba Airbnb, tetapi karena desakan kebutuhan (harga hotel room yang diinginkan di lokasi yang diperlukan melebihi anggaran yang ditentukan), maka saya melirik ke Airbnb. Ternyata Airbnb menawarkan banyak pilihan, yaitu:
1) Tipe bangunan: dari rumah, apartemen, cabin, cottage, sampai villa mewah atau yang lainnya -- bahkan rumah jerami, rumah bawah tanah atau igloo! ☺ Tuh, bagi yang pingin nginap di igloo, silakan check Airbnb.
2) Tipe akomodasi: entire place, private room, shared room atau bahkan hotel room (sekarang hotel-pun memasukkan kamarnya di Airbnb). Detil akomodasi ditampilkan dalam foto-2 dan dari pengalaman yang lalu foto-2 tersebut tidak menipu dari kenyataannya.
3) Pilihan jumlah kamar/tempat tidur dan kamar mandi.
4) Pilihan amenities: dapur, aircon, mesin cuci, mesin pengering, pemanas, setrika atau yang lainnya.
5) Pilihan fasilitas: parkir, gym, spa.
6) Pilihan accessibility: misalnya, ada anak tangganya atau ndak.
7) Pilihan house rules: boleh bawa binatang piaraan atau ndak, boleh ngrokok di dalam atau ndak.
8) Pilihan lokasi: dapat ditampilkan dengan Google Maps sehingga anda dapat dengan mudah melihat lokasinya.
9) Pilihan bahasa pengantar.
Saking banyaknya pilihannya, saya sampai bingung mesti mulai dari mana. Untuk saya, mula-2 saya tentukan kriteria lokasinya -- misalnya, mesti walking distance maksimum radius sekian ratus meter dari train atau metro station. Kemudian, dari yang terseleksi, saya tentukan kriteria tipe bangunan dan akomodasi yang saya inginkan. Selanjutnya, dari yang terseleksi, saya tentukan kriteria host yang punya 5 bintang (artinya, mendapat review positif dari pengunjung-2 sebelumnya) -- sekarang host-2 ini disebut dengan “Superhost”. Terakhir, dari shortlist yang terseleksi, saya teliti foto-2nya dan saya bandingkan amenities, fasilitas, accessibility dan tentu saja total harganya (termasuk VAT, cleaning fee dan service fee, jika ada). Sering kali proses seleksi tidak bisa dilakukan sekali saja. Kalo yang pertama tidak berhasil, anda mungkin perlu mengganti atau memperluas kriteria. Begitu terus sampai akhirnya menemukan yang anda inginkan.
Sebelum booking, baca dengan teliti cancellation policy yang ada (setiap host bisa punya policy yang berbeda), yaitu syarat-2 untuk merubah reservasi atau membatalkan. Dari pengalaman yang lalu, pembayaran dilakukan ketika melakukan booking: ada yang sekaligus, ada yang instalment 2 kali. Pembayaran bisa pake kartu kredit atau Paypal dan dilakukan oleh Airbnb, bukan host. So, cukup aman ya karena yang mengetahui detilnya adalah Airbnb, bukan host. Ketika buka account Airbnb ada verifikasi ID, menggunakan paspor atau kartu ID yang lain, misalnya driver’s licence/SIM. Nanti ketika check-in, anda juga diminta menunjukkan ID (mirip seperti di hotel), biasanya paspor.
Selain variasi pilihan yang luas dan harga yang bersaing, anda mempunyai kesempatan untuk masak sendiri. Kangen makan nasi? Kangen masakan Indonesia? Jawabannya: Airbnb. Selain itu, ini artinya menurunkan biaya perjalanan. Berapa biaya yang dapat anda hemat dengan masak sendiri? Significant. Anda ndak perlu bawa rice cooker atau peralatan masak yang lain, karena semuanya sudah tersedia (kalau anda milih akomodasi yang ada dapurnya). Di Airbnb yang saya tempati tidak ada rice cookernya, tapi banyak pancinya … dan masak nasi dengan panci = masak nasi dengan rice cooker … no problem ☺ Apalagi masak Indomie pake telor … a piece of cake ☺ Tapi saran saya, pergilah ke supermarket dan belanjalah bahan-2 yang mudah dipersiapkan. Karena sering-2 sudah capek ketika pulang ke penginapan, saya biasanya beli ayam panggang (dari bagian deli, cukup dipanasi lagi dengan oven) atau frozen food yang lain, misalnya buffalo wings atau spicy wings (dari bagian freezer, bisa dimasak dengan oven). Juga buah-2an dan sayuran/salad. Di penginapan cukup masak yang simple-2 saja: nasi, dadar jagung, tumis jamur, sosis, bacon, atau yang lain sejenisnya.
Namun demikian Airbnb mempunyai kekurangan: tidak seperti hotel yang ada room service-nya (setiap hari ada yang mbersihin ruangan, tempat tidur, kamar mandi dan ngosongin tempat sampah), Airbnb tidak ada room service-nya. Jadi, mereka yang berantakan, ya akan tetap berantakan selama nginap di situ ☺ Hati-2 kalo check-out dalam keadaan berantakan dan kotor, karena host-nya bisa me-review anda sebagai tamu yang buruk -- akibatnya, anda akan kesulitan mencari tempat yang lain di masa yang akan datang. Sebaliknya, anda juga bisa me-review host. Jadi dua arah ya: host menilai tamu, tamu juga menilai host. Cara terbaik adalah jagalah tempat itu sebaik mungkin dan tinggalkan semirip mungkin seperti ketika anda masuk.
Untuk Airbnb yang saya tempati di La Spezia, Florence, Venice dan Rome, semuanya saya beri 5 bintang. Beruntung mereka juga memberi saya review yang positif. Namun demikian, pengalaman saya di atas tidak menjamin semua pengalaman di Airbnb bakal memuaskan. So, untuk para paduka/wati yang tertarik, be brave … silakan mencoba dan good luck!
No comments:
Post a Comment