Thursday, 29 November 2012

Licence to Kill

Resensi Film: Licence to Kill (7.5/10)


Tahun Keluar: 1989
Negara Asal: UK
Sutradara: John Glen
Cast: Timothy Dalton, Carey Lowell, Robert Davi, Talisa Soto, Anthony Zerbe

Plot: James Bond mengundurkan diri dari MI6 untuk membalas dendam terhadap boss narkotika, Franz Sanchez, yang telah menghancurkan hidup teman akrabnya, agen CIA/DEA Felix Leiter (IMDb).

Selain persengketaan hukum antara pihak produser dan pihak distributor, yang untuk sementara (6 tahun) menghentikan produksi series ini, Licence to Kill menandai dimulainya era baru atau berakhirnya era lama. Landmark era yang dimaksud adalah: 1) Berakhirnya perang dingin antara Barat dan Timur (tembok Berlin runtuh pada tanggal 9 November 1989), 2) Dimulainya realism sebagai penyeimbang (dan di masa yang akan datang -- pesaing atau bahkan pengganti) dari escapism yang selama ini menjadi trademark film-2 Bond.

Dari sisi casting film ini juga menandai berakhirnya era lama, yaitu: film Bond terakhir untuk sutradara John Glen, yang menduduki rekor sebagai sutradara yang paling banyak mengarahkan film-2 Bond -- 5 kali sejak For Your Eyes Only (1981); terakhir untuk Robert Brown yang memerankan M -- sejak Octopussy (1983); terakhir untuk Caroline Bliss yang kariernya sangat singkat sebagai (forgettable) Miss Moneypenny; terakhir untuk penulis script Richard Maibaum -- sejak Dr. No (1962); terakhir untuk title designer Maurice Binder -- juga sejak Dr. No, yang title sequence-nya masih terus menjadi inspirasi bagi title designer-2 yang lain yang menciptakan title sequence untuk film-2 Bond berikutnya; dan terakhir untuk produser Albert R. Broccoli (!)

Melanjutkan gaya realistik dan sisi gelap Bond dari film sebelumnya, Licence to Kill adalah film Bond yang "lebih maju dari jamannya". Saat itu walaupun generasi muda atau penonton baru tidak peduli lagi dengan gaya charming Roger Moore, mereka ternyata belum siap ketika betul-2 disuguhi dengan realisme dosis tinggi (untuk ukuran saat itu). MPAA (Motion Picture Association of America) dan BBFC (British Board of Film Classification), yaitu organisasi-2 rating di AS dan Inggris, bahkan melancarkan protes terhadap kekerasan dalam film ini yang dinilai "realistic" dan "excessive" -- padahal sudah sejak akhir tahun 1960-an mereka tidak pernah lagi memerintahkan studio untuk memotong bagian-2 film yang dinilai improper (tidak pantas). Sebagai penggemar (dan pengamat) film-2 Bond sejak awal, penulis juga kaget ketika pertama kali menyaksikan film ini. Dalam sejarahnya, belum pernah ada kejahatan pemerkosaan menimpa salah satu dari karakter-2 dalam film-2 Bond. Selama ini, kejahatannya selalu bersifat grandiose -- kejahatan berskala besar yang mempunyai style atau "kelas", misalnya menghancurkan supply bahan makanan dunia dengan biological warfare, atau menghancurkan populasi dunia dan menciptakan populasi baru dengan super ras, atau yang lainnya -- dan eksekusinya juga selalu memperhitungkan style atau "kelas". Itulah karakteristik dasar dari film Bond ... selalu memperhitungkan style atau "kelas". Walaupun ditampilkan secara implisit (mungkin setelah di-cut setelah protes dari MPAA dan BBFC), scene Della (Priscilla Barnes), istri Felix Leiter (David Hedison), ditangkap rame-2 oleh sekelompok mafia narkotika dan penonton dapat melihat teror dalam sinar matanya dan ekspresi wajahnya; scene ini tetap terasa potent/strong dan terasa begitu un-Bond! Scene Felix Leiter disiksa dan diumpankan ke ikan hiu juga begitu blak-2an/grafik. Dua scene ini mungkin lebih cocok ada dalam film Death Wish (1974)-nya Charles Bronson daripada dalam filmnya Bond :-)

Sisi positifnya, Dalton berhasil menjaga kualitas multi-dimensi dalam karakter Bond-nya: tidak hanya rileks dan suave saja (seperti Bond-nya Connery dan Moore), tetapi juga personal dan emosional. Robert Davi sangat pas memainkan peran boss narkotika, Franz Sanchez -- "loyalty is more important than money." Carey Lowell berhasil "mengencerkan" un-Bond-ness dalam film ini sebagai Bond girl, Pam Bouvier. Tetapi Wayne Newton-lah yang berhasil mengingatkan penonton bahwa film ini adalah filmnya Bond :-) Penyanyi panggung yang terkenal dengan panggilan "Mr. Las Vegas" ini, walaupun kehadirannya dalam film ini terasa out of place, penampilannya lucu, konyol, dan ... memorable (!) sebagai Professor Joe Butcher :-)

Secara keseluruhan, film ini terasa mismatch antara elemen-2 baru dan elemen-2 lama; nevertheless, tidak buruk sebagai hiburan thriller.

* 7.5/10




Licence to Kill dapat anda temukan di eBay.com

Thursday, 22 November 2012

The Living Daylights

Resensi Film: The Living Daylights (7.5/10)


Tahun Keluar: 1987
Negara Asal: UK
Sutradara: John Glen
Cast: Timothy Dalton, Maryam d'Abo, Jeroen Krabbé, Joe Don Baker, John Rhys-Davies

Plot: James Bond dikirim ke Bratislava untuk membantu jenderal Rusia, Georgi Koskov, membelot ke Barat, tidak menyadari ini semua adalah konspirasi Koskov untuk mengadu domba antara Rusia dan sekutu untuk kepentingan pribadinya (IMDb).

Dalam karirnya yang singkat sebagai James Bond, Timothy Dalton mungkin mengalami nasib yang sama seperti George Lazenby -- penonton tidak sayang, karena mereka tidak kenal. Putting my feelings aside, sama seperti Roger Moore yang tidak terbebani oleh peninggalan/legacy dari pendahulunya, dalam film ini Timothy Dalton juga tampil percaya diri dan siap me-redefine karakter Bond sesuai dengan interpretasinya -- seorang aktor memang harus berani mengaplikasikan interpretasinya sendiri. Salut. Kurang menyukai gaya rileks dan humor Moore, Dalton memasukkan kualitas multi-dimensi dalam karakter agen rahasia ini, a.l.: alert/vigilant (waspada), agile/swift (tangkas), vicious/savage (kejam) -- kalau situasi menuntutnya demikian, misalnya terhadap Whitaker (Joe Don Baker), tetapi juga sensitive/sensible (pengertian) -- misalnya terhadap Kara Milovy (Maryam d'Abo). Selama shooting Dalton bahkan melakukan sebagian besar stunt-nya sendiri. Hasilnya, Bond-nya Dalton terasa lebih dekat ke realism daripada escapism -- sisi gelapnya Bond mulai nampak (penonton yang terbiasa dengan Bond-nya Moore merasa Dalton kurang charming). Tetapi jaman sudah berubah, generasi muda/penonton baru saat itu tidak peduli lagi dengan gaya charming Moore, he got his time and his time had passed.

Bersetting di Inggris dan Austria (untuk Bratislava, Cekoslovakia) dan Maroko (untuk Afghanistan), film ini adalah film Bond terakhir yang judulnya diambil dari novel Ian Fleming, sampai pada tahun 2006 ketika Bond kembali dalam Casino Royale. Dari sisi produksi, setelah memasukkan Michael G. Wilson, anak tirinya, sebagai asisten produser dalam The Spy Who Loved Me (1977), Albert R. Broccoli mulai memasukkan calon penggantinya yang lain, Barbara Broccoli, anak perempuannya, sebagai asisten produser -- keduanya bakal mewarisi "kerajaan" Bond sepeninggal ayahnya. Dari sisi casting, ada beberapa anggota baru datang dan anggota lama pergi dalam film ini:

1) Tidak mudah "mengisi sepatu" Lois Maxwell, Caroline Bliss tampil membosankan dan forgettable (absolutely forgettable!) sebagai Miss Moneypenny. Bliss sedikitpun tidak mendekati pesona Maxwell.

2) Tampil setia sebagai kepala KGB, General Gogol, sejak From Russia with Love (1963), Walter Gotell mengundurkan diri dalam film ini. Sebagai tanda terima kasih terhadap dirinya, perannya tidak digantikan oleh siapapun, tetapi script-nya yang diubah, yaitu Gogol seakan-2 dipindah-tugaskan ke misi diplomatik dan posisinya digantikan oleh Pushkin (John Rhys-Davies). Gotell tampil singkat di akhir film menyalami Milovy (d'Abo). Keluarga Broccoli, walaupun terkenal pelit, terkenal menghargai kesetiaan :-)

3) Setelah ikut membidani kelahiran musik tema Bond dan menciptakan musik untuk 11 film Bond, John Barry mengundurkan diri setelah produksi film ini selesai. Bahkan sampai sekarang musiknya masih terus menjadi inspirasi bagi komposer-2 musik yang lain yang menciptakan musik untuk film-2 Bond berikutnya. Sebagai tanda terima kasih terhadap dirinya, Barry melakukan cameo appearance sebagai konduktor orkestra dalam film ini. Lagi-2 keluarga Broccoli menghargai kesetiaan karyawan atau partner bisnisnya.

4) Setelah terakhir muncul dalam On Her Majesty's Secret Service (1969) dan digantikan oleh Lotus Esprit dengan penampilan yang memorable dalam The Spy Who Loved Me (1977), Aston Martin akhirnya muncul kembali dalam film ini, yaitu Aston Martin V8 Vantage. Despite penampilan banyak mobil yang lainnya, hasil poll menunjukkan Aston Martin berada di ranking teratas Top Bond's Vehicles.

Dari sisi cerita, plotnya mengkombinasikan antara plot dari From Russia with Love (1963) dan plot dari Octopussy (1983). Maryam d'Abo tampil meyakinkan sebagai cewek Rusia, Kara Milovy (aksennya dan perangainya), tetapi kurang meyakinkan sebagai cellist/pemain cello :-) Joe Don Baker juga tampil meyakinkan sebagai self-styled general, alias madman, Brad Whitaker. Sayangnya, Jeroen Krabbé dan John Rhys-Davies sama sekali tidak meyakinkan sebagai jenderal Rusia, Koskov dan Pushkin -- they look so American :-) Karena karakter d'Abo adalah pemain cello, film ini sempat menampilkan scene-2 dimana musik klasik dimainkan, a.l. musik dari Borodin, Dvorak, Mozart, dan Tchaikovsky.

All in all, it's not bad at all.

* 7.5/10




The Living Daylights dapat anda temukan di eBay.com

Thursday, 15 November 2012

A View to a Kill

Resensi Film: A View to a Kill (7.0/10)


Tahun Keluar: 1985
Negara Asal: UK
Sutradara: John Glen
Cast: Roger Moore, Christopher Walken, Tanya Roberts, Grace Jones

Plot: James Bond mengusut pembajakan microchip militer dari Paris ke San Francisco, dan menemukan rencana Max Zorin untuk menghancurkan Silicon Valley untuk merebut monopoli pasar microchip dunia (IMDb).

Sama seperti Sean Connery dalam film Bond terakhirnya, Roger Moore mengakhiri kariernya sebagai James Bond dengan nada yang rendah.

Pertama-2, walaupun hanya terpaut dua tahun dari film Bond sebelumnya, Moore tampak jauh lebih tua dalam film ini -- make-up tidak mampu lagi menyembunyikan usia sesungguhnya, yaitu 57 tahun ketika film ini dibuat. Entah "eyebrow job" apa yang dilakukan terhadap alis Moore, alisnya kelihatan alarmingly bushy! :-) -- seperti semak belukar dengan cabang-2 yang tebal dan mencongat! :-) -- betul-2 menarik perhatian penonton (baca: mengganggu perhatian penonton). Moore yang biasanya senang memainkan/menaik-turunkan alisnya, dalam film ini dia tidak pernah menggerakkan alisnya, seakan-2 takut kalau alisnya copot :-) Beruntungnya, as the movie progresses, alisnya sedikit demi sedikit kembali seperti normal. Ada kemungkinan scene-2 awal tersebut justru di-shooting di akhir produksi. Secara keseluruhan, Moore juga nampak tidak fit fisiknya dan menurun ke-suave-annya. Ketika mengetahui bahwa ibunya Tanya Roberts lebih muda dari dirinya, Moore menjadi tidak comfortable -- dan ini sedikit banyak terwujud dalam layar. Pada tahun 2007, dalam sebuah wawancara, Moore bercanda dengan ringan, "I was only about four hundred years too old for the part." :-)

Selain Moore yang tampak tua dalam film ini, Lois Maxwell bahkan sudah kadaluarsa sejak beberapa film Bond sebelumnya :-) Usianya sudah gak pantes lagi memerankan Miss Moneypenny yang fungsinya menggoda dan mengharapkan Bond. Dear Lois Maxwell, 14 kali muncul sebagai Miss Moneypenny (!) ... kehadirannya, walaupun minor, dengan dialog-2 yang witty dan segar selalu ditunggu oleh penonton. Film ini adalah film terakhir Maxwell sebagai Miss Moneypenny.

Dari segi cerita, sesungguhnya tidak buruk, tetapi terasa tidak cocok dengan gaya Moore selama ini -- yang menekankan pada sisi hiburan dan humor. Dengan kata lain, ceritanya sesungguhnya cocok dengan jamannya, tetapi tidak cocok dengan gaya Moore. Dengan demikian, gaya Moore sudah tidak cocok lagi dengan jamannya. Christopher Walken tampil sadistis (madman/lunatic/maniac), seperti Joker-nya Batman, menciptakan atmosfir realisme yang mengejutkan, in a way ... mengerikan, untuk penonton yang sudah dibiasakan dengan Bond-nya Moore. Walken sama sekali tidak buruk, tetapi terasa mismatch dengan gaya Moore -- menunjukkan bahwa Moore sudah waktunya untuk diganti.

Satu kekurangan yang lain dalam film ini adalah Grace Jones. Jones mempunyai potensi besar menjadi henchwoman yang well-cast, seperti Lotte Lenya sebagai Rosa Klebb dalam From Russia with Love (1963) atau Ilse Steppat sebagai Irma Bunt dalam On Her Majesty's Secret Service (1969). Tetapi sayang sekali, karakternya berada di middle ground terus, sampai akhirnya runtuh/collapse menuju akhir film -- seperti Richard Kiel sebagai Jaws dalam Moonraker (1979).

Agak mengecewakan sebagai film perpisahan Moore, jika anda penggemar Bond, anda tidak akan keberatan menonton film terakhir Moore ini.

* 7.0/10




A View to a Kill dapat anda temukan di eBay.com 

Saturday, 10 November 2012

Octopussy

Resensi Film: Octopussy (7.5/10)

Tahun Keluar: 1983
Negara Asal: UK
Sutradara: John Glen
Cast: Roger Moore, Maud Adams, Louis Jourdan, Kabir Bedi, Steven Berkoff

Plot: James Bond mengusut kematian agen 009 dan menemukan konspirasi antara seorang pangeran Afghanistan di pengasingan dan seorang jenderal Rusia renegade/pemberontak
untuk memaksa perlucutan senjata nuklir di Eropa Barat dengan meledakkan bom nuklir di markas militer AS di Berlin Barat (IMDb).

Film-2 James Bond memang terkenal dengan dialog-2 yang bersifat double entendre, yaitu bermakna ganda, ambiguous -- maknanya tidak dapat diketahui dari konteksnya. Double entendre ini digunakan sebagai disguise/samaran yang ditujukan untuk penonton dewasa karena makna yang lain dari makna ganda tersebut mayoritas adalah seksual, misalnya nama Pussy Galore dalam Goldfinger (1964). Dibandingkan dengan era Sean Connery, film-2 Bond selama era Roger Moore mengandung lebih banyak double entendre.

Pertama-2, mungkin karena jamannya sudah tidak cocok lagi (dua dasawarsa setelah Goldfinger!), jangankan penonton, bintang yang memerankan judul/karakter ini, Maud Adams, diapun merasa tidak comfortable dengan judul yang ada: Octopussy ... ???! :-) John Barry, yang sudah bertahun-2 menggarap musik untuk film-2 Bond, juga kebingungan ketika mesti menciptakan lagu tema yang mesti menyebutkan "Octopussy" dalam liriknya -- akhirnya, penulis lirik ternama Tim Rice menemukan solusinya, yaitu: jangan menyebutkan nama tersebut dalam liriknya :-) Lagu tema "All Time High", dinyanyikan oleh Rita Coolidge, walaupun sama sekali tidak buruk, mesti menerima konsekuensinya, yaitu gagal mencapai hit dan saat ini duduk di urutan paling buncit Top Bond Songs.

Selain judul yang bersifat "banana skin" (very likely to cause embarrassing problems), penonton tidak menyukai tiga hal dalam film ini, yaitu: 1) Sound effect teriakan Tarzan ketika Bond berayun dari satu pohon ke pohon yang lain, meloloskan diri dari kejaran Kamal Khan (Louis Jourdan); 2) Bond bersembunyi di dalam kostum gorila ketika dia bersembunyi dari henchman Khan, Gobinda (Kabir Bedi); 3) Bond mengenakan kostum badut ketika dia menyelinap masuk ke dalam sirkus Octopussy untuk melumpuhkan bom nuklir yang dipasang oleh Orlov (Steven Berkoff). Namun demikian, ini lagi-2 mungkin adalah humor Ă  la Moore yang tidak sungkan-2 menurunkan standard ke-sophisticated-an Bond-nya dan trademark Moore yang menyadari bahwa film-2nya tidak hanya ditonton oleh orang dewasa tetapi juga oleh anak-2 dan remaja.

Namun demikian, despite kritik/kekurangan di atas, Octopussy adalah film yang imajinatif, menarik, dan didukung oleh cast yang mumpuni:

1) Louis Jourdan
Berbeda dari musuh-2 Bond sebelumnya yang tampil dingin dan psychopath, bintang Perancis dari era 1940-an ini tampil tidak kalah suave-nya seperti Bond -- kalem dan berbudaya, dengan dialog-2 tongue in cheek (with insincere or ironical intent) yang menyamai Bond. Sebagai contoh, dalam sebuah scene setelah beberapa kali gagal mencelakai Bond: 

Kamal Khan: "You seem to have this nasty habit of surviving."
James Bond: "You know what they say about the fittest."

2) Kabir Bedi
Aktor India dengan perawakan yang gagah dan penampilan yang berwibawa ini mempunyai pandangan mata yang tajam dan menusuk, membuat karakternya, Gobinda, sebagai salah satu dari henchman-2 yang paling disegani.

3) Maud Adams
Satu-2nya aktres yang tampil dua kali sebagai Bond girl -- penampilan sebelumnya dalam The Man with the Golden Gun (1974); atau tiga kali (!) kalau penampilannya sebagai ekstra dalam film Bond berikutnya, A View to a Kill (1985), ikut dihitung; Adams tampil mempesona sebagai title role Octopussy dalam gaun-2 tradisional India/sari-nya -- menjadikan dirinya Bond girl terbaik kedua dari era Roger Moore setelah Barbara Bach dalam The Spy Who Loved Me (1977).

4) Bersetting mayoritas di India, film ini menampilkan geografi dan budaya India secara ekstensif, mulai dari gedung-2 bersejarah -- aerial view dari Taj Mahal di Agra, Monsoon Palace, Lake Palace, dan Shiv Niwas Palace di Udaipur, tradisi lokal, transportasi lokal (bajaj!), pakaian lokal, sampai faunanya (gajah, ular kobra, dan singa Bengali!).

Hasil akhirnya, Octopussy adalah mixed bag of romance and thriller.

* 7.5/10

Octopussy dapat anda temukan di eBay.com 

Thursday, 8 November 2012

For Your Eyes Only

Resensi Film: For Your Eyes Only


Tahun Keluar: 1981
Negara Asal: UK
Sutradara: John Glen
Cast: Roger Moore, Carole Bouquet, Topol, Lynn-Holly Johnson, Julian Glover

Plot: James Bond menelusuri jejak hilangnya kapal spionase St. Georges pembawa ATAC*) dari Spanyol, ke Itali, dan akhirnya ke Yunani, dan menemukan konspirasi seorang boss mafia untuk menjual peralatan tersebut ke pembeli dengan penawaran tertinggi (IMDb).

*) ATAC = Automatic Targeting Attack Communicator, peralatan komunikasi pertahanan kapal-2 selam Polaris

Film-2 James Bond selama era Roger Moore selalu merupakan slippery slope antara komedi dan parodi -- dosis humornya lebih sering kebanyakan daripada pas :-) Namun demikian, ini mungkin adalah trademark dari Moore, sebagai artis yang bertanggung-jawab, yang menyadari bahwa film-2 Bond-nya tidak hanya ditonton oleh orang dewasa tetapi juga oleh anak-2 dan remaja. Hasilnya, film-2nya selalu mixed bag of everything.

Selain dikenang sebagai film Bond yang mempunyai poster yang kontroversial (!), For Your Eyes Only menandai era baru dari sisi casting-nya, yaitu Bernard Lee yang memainkan peran M dalam sebelas film Bond sebelumnya meninggal dunia ketika shooting film dimulai. Sebagai tanda hormat terhadap dirinya, perannya tidak digantikan oleh siapapun, tetapi script-nya yang diubah, yaitu M seakan-2 sedang cuti. Dalam film Bond berikutnya, Octopussy (1983), aktor baru dipilih memainkan peran tersebut.

For Your Eyes Only diawali dengan pre-credit sequence yang mengejutkan. Nemesis utama Bond, Blofeld, muncul lagi (!) :-) Setelah karakternya secara tidak resmi "dimatikan" setelah Diamonds Are Forever (1971) -- gara-2 persengketaan hak cipta antara pihak produser dan pihak pencipta (Kevin McClory), akhirnya dalam film ini secara resmi ditampilkan bagaimana duel terakhir antara Bond dan Blofeld. Untuk menghindari persengketaan tersebut, nama Blofeld (dan siapa yang memerankannya) tidak dicantumkan dalam credit film ini -- produser membiarkan penonton berasumsi sendiri. Kemudian, pre-credit sequence ini dilanjutkan dengan opening titles yang mengejutkan juga: Sheena Easton tampil menyanyikan lagu temanya, yang sampai saat ini bertahan di urutan nomor 5 Top Bond Songs, menjadi satu-2nya penyanyi yang wajahnya tampil dalam opening titles.

For Your Eyes Only juga dikenang dengan humor Ă  la Roger Moore yang berani menurunkan standard ke-sophisticated-an Bond-nya, misalnya:

1) Ketika mobil balap Lotus-nya meledak, Bond terpaksa nunut mobilnya Melina (Carole Bouquet) yang ternyata adalah Citroën 2CV model kodok! :-) Dikejar musuh dengan dua mobil Peugeot 504s, Citroën kodoknya mesti terpelanting dan terbalik beberapa kali :-) Namun demikian, at the end, bukanlah Bond kalau dia tidak berhasil mengalahkan mereka dan lolos :-)

2) Bond girls.
Selain dua Bond girl yang standard, yaitu Carole Bouquet sebagai Melina dan Cassandra Harris sebagai Lisl, Bond dihadapkan dengan satu Bond girl yang lain yang betul-2 membuat dia kewalahan, yaitu Lynn-Holly Johnson yang memerankan ice-skater remaja, Bibi. Sebagai remaja yang kasmaran, Bibi dengan segala cara berusaha menjebak Bond masuk ke dalam pelukannya. Selama ini belum pernah Bond sampai tobat-2 menghindari advance/rayuan dari seorang wanita. Dari segi karakterisasi, Bibi -- bersama dengan Mary Goodnight dalam The Man with the Golden Gun (1974) -- adalah the lowest point (and the worst), titik terendah (dan terburuk), dari Bond girl. Tetapi ini mungkin adalah peringatan dari Moore untuk penonton remaja/cewek yang berpikir yang tidak-2 -- pesannya jelas dan gamblang:

James Bond: "Now put your clothes back on, and I'll buy you an ice cream." :-)

Enough with the humour, For Your Eyes Only diakhiri dengan suspense panjat tebing yang mencekam. Bersetting di biara Holy Trinity yang terletak di puncak tebing di Meteora, Yunani, Bond menampilkan agilitas seorang agen rahasia yang mesti berani dan tangguh dalam segala situasi.

Oh, ... not quite enough with the humour, For Your Eyes Only ditutup dengan scene kocak yang menampilkan Perdana Menteri Inggris saat itu, Margaret Thatcher, yang baru saja terpilih setahun sebelumnya, memberi ucapan selamat kepada Bond via telpon atas keberhasilan misinya, tidak menyadari bahwa yang berbicara di seberang sana adalah seekor burung beo :-) -- sementara Bond sendiri sedang "sibuk" dengan Melina.

* 7.4/10





For Your Eyes Only dapat anda temukan di eBay.com