Friday, 2 August 2013

Airport, The Bullet Train, Speed

Triple Bombs!


Bom di pesawat.
Bom di kereta api.
Bom di bis.

Kita tidak memerlukan teroris betulan untuk menciptakan skenario tragedi yang mengerikan -- cukup panggil filmmakers saja :-) Sebelum era terorism merebak dalam satu dasawarsa terakhir ini, filmmakers sudah mengisi imajinasi kita dengan berbagai skenario tragedi yang mengerikan.

Airport (1970) menandai dimulainya genre film yang memadukan antara drama dan petualangan yang bersetting malapetaka (alami atau buatan manusia). Tidak tanggung-2, film pertama genre film malapetaka ini menempatkan bom di dalam pesawat. Kalau kita melayang 30.000 feet di atas daratan, kita tidak ingin menemui masalah sekecil apapun, apalagi bom. Dengan all star cast mulai dari Burt Lancaster, Dean Martin, Jacqueline Bisset, George Kennedy, sampai Maureen Stapleton, dan screenplay yang rapi dan ketat, Airport adalah film hiburan yang tidak hanya menghandalkan action, tetapi juga isi.

Kalau filmmaker di Hollywood menempatkan bom di dalam pesawat, betapa pasnya filmmaker di Jepang menyamai skenario tersebut dengan menempatkan bom di dalam kendaraan magnet kebanggaan mereka, Shinkansen -- The Bullet Train (Shinkansen Daibakuha) (1975). Awas, kalau kecepatan jatuh di bawah 50 mph, bom bakal meledak. Film garapan Jepang ini terasa out-dated, kekurangan elemen thriller dan suspense, sehingga cocok untuk di-remake, oleh Hollywood (!), mungkin dengan menggabungkan cast internasional -- some Japanese stars, some American stars, and some European stars, karena penumpang Shinkansen juga internasional.

Sekitar dua dekade kemudian, mengapa tidak memindah skenario di atas ke setting yang berbeda -- bis kota di tengah kepadatan lalu lintas di Los Angeles, Speed (1994). Dengan thriller dan suspense tempo tinggi, tidak seperti Airport yang memberi kesempatan kepada semua anggota cast untuk bersinar, Speed menggantungkan hampir semua daya tarik ke chemistry antara Keanu Reeves dan Sandra Bullock. Saking nemennya sampai Bullock dimasukkan terus sampai scene klimaks/akhir dimana Reeves akhirnya berhadapan dengan nemesisnya, Dennis Hopper. Tidakkah lebih baik kalau mereka berdua saja yang berhadapan satu sama lain (Bullock gak perlu diikutkan)?! Only to get the two share a kiss while onlookers watch, oooh :-) ... hmmm, bloody Hollywood ending! :-)


Airport, The Bullet Train, Speed dapat anda temukan di eBay.com

No comments: