Resensi Film: Headhunters (Hodejegerne) (7.8/10)
Tahun Keluar: 2011
Negara Asal: Norway, Germany
Sutradara: Morten Tyldum
Cast: Aksel Hennie, Nikolaj Coster-Waldau, Synnøve Macody Lund
Plot: Seorang headhunter*) dengan Napoleon-complex**) mempunyai kehidupan ganda sebagai pencuri benda-2 seni berharga untuk membiayai gaya hidupnya yang mewah untuk meng-impress istrinya (IMDb).
*) agen HR untuk top executive untuk perusahaan-2 besar
**) perasaan minder gara-2 tubuh yang pendek :-)
Jangan heran kalau beberapa tahun lagi Hollywood me-remake film ini. Roger Brown (Aksel Hennie) adalah seorang headhunter yang sukses. Namun demikian, dia mempunyai Napoleon-complex gara-2 tubuhnya yang pendek (168 cm – ini pendek untuk ukuran pria Norwegia :-)). Dia merasa perlu agar istrinya yang cantik dan tinggi, Diana (Synnøve Macody Lund), pemilik art gallery di Oslo, tidak meninggalkannya, dia meng-impress istrinya dengan gaya hidup yang mewah – padahal istrinya hanya menginginkan anak darinya. Penghasilan dari headhunter yang sukses tampaknya tidak cukup membiayai gaya hidup tersebut. Maka, dia mempunyai pekerjaan sambilan sebagai pencuri benda-2 seni berharga. Dalam melakukan kejahatan ini, Roger dibantu oleh seorang pegawai perusahaan security/alarm, Ove (Eivind Sander), yang akan mematikan alarm di TKP ketika dia beraksi. Selama ini dia selalu berhasil mencuri dan lolos, karena pemiliknya sering-2 bahkan tidak menyadari kalau barangnya telah dicuri (ditukar dengan yang palsu); atau kalau akhirnya menyadari, ini terjadi jauh setelah jejak pencurian tersebut hilang. Suatu hari istrinya memberitahu dia bahwa dia mempunyai client yang bernama Clas Greve (Nikolaj Coster-Waldau) yang menyimpan lukisan karya pelukis terkenal Rubens. Harganya dapat mencapai ratusan juta dollar! Kontan saja mata Roger berkunang-2 ... :-) Maka, dipersiapkanlah segala sesuatunya untuk mencuri lukisan tersebut. Pada hari H-nya, ketika Roger menyelinap masuk ke dalam rumah Clas, dia tidak hanya menemukan lukisan berharga tersebut, tetapi juga sesuatu yang menjungkir-balikkan hidupnya. Segera setelah itu segala sesuatunya berubah menjadi sinister dan serius. Clas yang dulunya juga "headhunter" dalam arti yang lain, yaitu anggota special force, ternyata mempunyai "permainan"-nya sendiri. Roger tidak menyangka dia menggigit mangsa yang lebih besar daripada yang bisa dia telan.
Melihat posternya, mempertimbangkan judulnya, penulis menyangka film ini adalah film tentang pembunuh bayaran, ternyata bukan. Walaupun alasan Roger menjadi pencuri cukup menggelikan (yet manusiawi), plotnya lumayan believable -- penulis sendiri sering berpikir, betapa mudahnya seorang pegawai perusahaan security/alarm, kalau dia memang mau, berkomplot atau ber-kongkalikong dengan seorang pencuri untuk melicinkan jalan baginya ketika dia beraksi. Semakin canggih, semakin computerized sistem keamanan sebuah rumah, semakin mudah membobolnya :-) Film ini mempunyai script yang ketat dan sutradara Morten Tyldum menyampaikannya dengan tempo yang tinggi. Sebelum penonton sempat menebak ke arah mana cerita kira-2 bergulir, plotnya bergerak ke arah yang tidak kita sangka. Script-nya mengkombinasikan antara elemen thriller, surprise, dan satu elemen lagi yang membuat film ini “berbeda”, yaitu komedi -- tepatnya, komedi tingkah laku manusia sebagai makhluk yang rasional, sekaligus irrasional :-) Hasilnya, penulis setuju dengan pendapat Roger Ebert, tidak seperti film-2 thriller yang lain yang sering-2 cuma mengandalkan energi kinetik saja: stunt (akrobatik), special effects, dan gerakan kamera yang eratik (uuuh, pusing melihatnya), perasaan tegang yang muncul di sini berasal dari plot yang terjadi. Tidak seperti film-2 thriller Hollywood yang sering-2 ‘kebacut’ (berlebihan) dalam “memelintir” plot, misalnya karakter-2 yang ketemon melakukan double-crossing, film ini membuat kita tidak putus asa karena di tengah situasi dimana kita tidak tahu siapa atau apa yang bisa dipercaya, paling tidak ada satu karakter yang bisa dipercaya :-) Dan alangkah indahnya bahwa satu karakter tersebut adalah istri yang cantik dan tinggi :-) Aneh bin ajaib, kebetulan atau disengaja (?), Hennie wajahnya mirip seperti Christopher Walken, Coster-Waldau mirip seperti Aaron Eckhart, dan Lund mirip seperti foto model Christie Brinkley – membuat film ini dalam sekejap mempunyai daya tarik international. Maka, kalau betul Hollywood nanti me-remake film ini, Tom Cruise yang tubuhnya pendek mungkin cocok memerankan Roger, Aaron Eckhart definitely cocok menjadi Clas, sedang Charlize Theron yang berambut pirang dan bertinggi badan mendekati 180 cm semestinya cocok menjadi Diana. Let’s wait and see ...
7.8/10
No comments:
Post a Comment