Thursday, 12 July 2012

School of Rock

Resensi Film: School of Rock (7.8/10)

Tahun Keluar: 2003
Negara Asal: USA, Germany
Sutradara: Richard Linklater
Cast: Jack Black, Joan Cusack, Mike White, Miranda Cosgrove, Sarah Silverman

Plot: Dipecat dari grup rock band-nya karena dinilai terlalu fanatik, Dewey Finn terancam kehilangan atap di atas kepalanya karena sudah lama nunggak biaya sewanya. Out of desperation, dia "membajak" lowongan pekerjaan untuk temannya, Ned Schneebly, dan berpura-2 menjadi guru di sebuah sekolah dasar (IMDb).

Masih dalam tema yang sama seperti Tootsie (1982), pemeran utama dalam film ini adalah seorang artis yang harus berjuang untuk mencari nafkah. Sama seperti Dustin Hoffman yang sangat menjiwai perannya sebagai aktor, Jack Black juga sangat menjiwai perannya sebagai pemusik rock -- selidik punya selidik, dia ternyata adalah pemusik rock dalam kehidupan sehari-2nya; dia adalah lead singer/guitarist dalam grup rock band-nya, "Tenacious D", dan masih aktif sampai sekarang! Sama seperti Michael Dorsey (Hoffman) yang percaya bahwa dia adalah aktor yang baik, Dewey Finn (Black) juga percaya bahwa dia adalah pemusik rock yang baik ... sayangnya, hanya dia saja yang bisa mengapresiasi bakat tersebut; orang lain tidak ada yang peduli terhadapnya. Penulis rada kecewa melihat rating film ini di IMDb yang suam-2 kuku/bahkan semakin turun -- mungkin para film critic tersebut sudah kehilangan sense of humour-nya? :-) Kalau dibandingkan dengan film-2 drama, serius, high-minded, cerita dalam film ini memang sederhana dan predictable; tetapi kalau dibandingkan dengan film-2 komedi sekelasnya, film ini berada di atas rata-2. Apalagi film komedi ini dapat dinikmati oleh orang dewasa dan anak-2; bukan sekedar orang dewasa yang terpaksa pergi nonton karena harus mengantar anaknya nonton, tetapi orang dewasa yang pergi sendirian untuk menontonnya.

Satu-2nya kelemahan dalam film ini adalah cerita yang predictable dan rada ndak masuk akal. Tetapi, hey ... memangnya ada berapa banyak film yang ceritanya predictable dan ndak masuk akal? Mengapa para film critic tersebut nge-"pick on" Jack Black? :-) Menurut penulis, JB berperan sangat baik dalam film ini. Dari awal sampai akhir, JB berhasil "menularkan" spirit/antusiasme dan energi-nya ke penonton yang duduk di seberang layar. Dan sutradara film indie, Richard Linklater, mengetahui hal ini dan memberi kebebasan JB untuk bersinar. Namun demikian, Linklater tidak melupakan peran-2 yang lainnya; dia memastikan peran-2 tersebut juga bersinar: Joan Cusack tampil meyakinkan sebagai kepala sekolah yang kaku dan disiplin, yang di kemudian hari ketemon bahwa dia sesungguhnya merindukan kehidupan yang berbeda dari yang dia jalani saat ini -- di masa mudanya, dia adalah penggemar Stevie Nicks dengan "Edge of Seventeen"-nya :-) Mike White tampil meyakinkan sebagai flat mate JB, Ned Schneebly, yang terjepit antara kesetiaan terhadap teman dan pacarnya yang judes (akting White setingkat dengan akting Paul Giamatti), yang di kemudian hari ketemon bahwa di masa mudanya dia adalah anggota grup rock band :-) Sarah Silverman tampil meyakinkan sebagai pacar yang judes, sarkastik -- karakternya sengaja di-single-dimensional-kan, di-karikatur-kan, untuk menimbulkan rasa antipati/kebencian penonton terhadapnya (beberapa kali dalam 108 menit masa putar film ini penulis sempat mengumpat dalam hati: "Shut up you bitch!" :-))

Dan Linklater tidak berhenti sampai di sini saja. Dia memberi kesempatan anggota cast anak-2 untuk turut bersinar: Miranda Cosgrove, 10 tahun, sebagai Summer, anak ambisius yang menghalalkan segala cara untuk mencapai sukses -- Cosgrove hampir saja "mencuri" centre stage dari JB (Dewey menjulukinya "Tinker Bell"). Joey Gaydos Jr., 12 tahun, sebagai Zack, anak pemalu tetapi berbakat main gitar (Dewey menjulukinya "Zack-Attack"). Kevin Clark, 15 tahun, sebagai Freddy, anak bully tetapi berbakat main drum (Dewey menjulukinya "Spazzy McGee"). Rebecca Brown, 11 tahun, sebagai Katie, anak pendiam tetapi berbakat main gitar bass (Dewey menjulukinya "Posh Spice"). Robert Tsai, 15 tahun, sebagai Lawrence, anak terkucil tetapi berbakat main keyboard (Dewey menjulukinya "Mr. Cool"). Maryam Hassan, 10 tahun, sebagai Tomika, anak tidak percaya diri yang ternyata mempunyai suara merdu (Dewey menjulukinya "Songbird"). Dan semuanya yang lain -- tidak peduli sekecil apapun perannya, semuanya turut bersinar.

Penulis khususnya terkesan dengan scene ketika JB menjelaskan definisi musik rock -- bukan definisi menurut kamus, tetapi definisi menurut dia ... sticking it to "The Man"! :-)

Dewey Finn (berpose sebagai Ned Schneebly): "Yes! But, you can't just say it, man. You've gotta feel it in you're blood and guts! If you wanna rock, you gotta break the rules. You gotta get mad at the man! And right now, I'm the man. That's right, I'm the man, and who's got the guts to tell me off? Huh? Who's gonna tell me off?"

Freddy: "Shut the hell up, Schneebly!"
Dewey Finn: "That's it Freddy, that's it! Who can top him?"

Alicia: "Get outta here, stupidass."
Dewey Finn: "Yes, Alicia!"

Summer: "You're a joke, you're the worst teacher I've ever had!"
Dewey Finn: "Summer, that is great! I like the delivery because I felt your anger!"
Summer: "Thank you."

Lawrence: "You're a fat loser and you have body odour."
Dewey Finn: "... All right, all right! Now, is everybody nice and pissed off?"

Definisi musik rock dari JB ini betul-2 definisi yang paling berkesan. Ndak perlu buka kamus, langsung teringat dan selalu terkenang ... :-)

Secara keseluruhan, kelemahan film ini berhasil ditempuhi dengan kekuatannya, yaitu: 1) Jack Black, 2) Script yang pandai dan lucu, 3) Arahan Linklater yang memberi kesempatan semua cast, termasuk cast anak-2, untuk tampil unik dan bersinar, 4) Menunjukkan bagaimana musik, bahkan musik rock-pun, dapat membantu anak-2 membangun rasa percaya diri sehingga mereka mampu mencapai potensi yang ada di dalam dirinya (ini adalah hal yang sering dilupakan, apalagi di Indonesia dimana pendidikan musik boleh dikatakan tidak pernah memperoleh tempat serius -- paling-2 cuma menjadi pelajaran ekstra kurikuler), bahkan untuk anak-2 yang tidak mempunyai bakat musik sekalipun -- misalnya dalam film ini, Summer, yang pintarnya cuma nge-boss-i orang saja :-), dan last but not least, 5) Soundtracks fim ini berisi segudang musik rock dari grup-2 rock band ternama, mulai dari The Doors, AC/DC, Metallica, Led Zeppelin, Stevie Nicks, sampai David Bowie.

Anda mempunyai sense of humour? Anda penggemar musik rock? Anda semestinya dapat menikmati film ini.

Anda mempunyai sense of humour? Anda bukan penggemar musik rock? Hati-2, setelah menonton film ini anda bakalan menggemari musik rock :-)

* 7.8/10

School of Rock dapat anda temukan di eBay.com

No comments: