Friday, 27 December 2013

Philomena

2014 Oscar Watch

Philomena (8.0/10)



Sutradara: Stephen Frears
Script: Steve Coogan, Jeff Pope
Cast: Judi Dench, Steve Coogan


Berdasarkan kisah nyata, film garapan Stephen Frears ini walaupun ceritanya sederhana tetapi mencakup berbagai isyu penting; dan walaupun isyu-2 tersebut sensitif script-nya berhasil menampilkannya tanpa prejudice. Hasilnya, film kecil ini terasa padat dan berbobot.

Hamil di luar nikah dan norma sosial saat itu (tahun 1950-an) menilai situasi tersebut sebagai aib, Philomena Lee yang berusia 14 tahun (Sophie Kennedy Clark) diasingkan keluarganya ke sebuah biara di Roscrea, Irlandia. Segera setelah itu, Philomena melahirkan seorang bayi laki-2 dan dia namai Anthony. Peraturan saat itu menyebutkan bahwa bayi-2 seperti Anthony harus diberikan untuk adopsi. Sementara mengetahui hari perpisahan dengan Anthony dapat datang setiap saat,  Philomena bekerja di biara selama 4 tahun sebagai ganti rugi untuk biaya yang dikeluarkan biara untuk dirinya dan Anthony, dan dia diijinkan menjenguk Anthony selama 1 jam setiap harinya. Pada usia sekitar 3 tahun, Anthony akhirnya diadopsi dan Philomena yakin dia diadopsi oleh keluarga dari Amerika Serikat. Sejak itu Philomena mengubur peristiwa tersebut sebagai rahasia masa lalu. 50 tahun kemudian, Philomena (Judi Dench) akhirnya membuka rahasia tersebut ke anak perempuannya, Jane (Anna Maxwell Martin). Usaha Philomena dan Jane mencari Anthony menemui jalan buntu di biara Roscrea, karena Philomena telah menandatangani kontrak yang menyebutkan bahwa dia telah melepas hak-2nya sebagai ibu dan setuju tidak menanyakan tentang adopsi tersebut. Sampai suatu saat Jane bertemu dengan seorang jurnalis yang baru saja kehilangan pekerjaannya sebagai “spin doctor” di pemerintahan Perdana Menteri Tony Blair, Martin Sixsmith (Steve Coogan), dan menawarkan kisah hidup ibunya untuk dijadikan novel. Sixsmith mula-2 menolak tawaran ini karena dia menilai topik “human interest” kurang bergengsi, tetapi pihak editor justru mencium cerita yang menarik dan memerintahkan Sixsmith untuk menerima tawaran tersebut. Lagi-2 menemui jalan buntu di biara Roscrea -- kali ini pihak biara memberi alasan bahwa semua catatan adopsi terbakar ludes dalam kebakaran, dengan bantuan finansial dari pihak editor dan jaringan koneksi yang Sixsmith miliki, Philomena dan Sixsmith akhirnya pergi ke AS untuk mencari Anthony -- yang mereka duga namanya pasti sudah berubah. Di luar dugaan, Sixsmith ternyata dengan mudah menemukan Anthony (namanya berubah menjadi Michael Hess), tetapi Anthony/Michael sudah meninggal dunia. Mendengar kabar tersebut, Philomena mula-2 memutuskan untuk pulang saja, tetapi kemudian berubah pikiran untuk menemui orang-2 yang pernah berhubungan dengan anaknya untuk mengetahui perjalanan hidupnya -- dan yang lebih penting lagi: apakah Anthony/Michael pernah mencari dirinya?

Ada pepatah yang mengatakan “fact is stranger than fiction”; kisah nyata Philomena ini betul-2 mengalahkan fiksi. Plot dalam fiksi sering terasa dibuat-2; kisah nyata Philomena ini plotnya mengalahkan fiksi, tetapi tidak terasa dibuat-2 -- karena memang itulah kejadiannya. Dengan plot awal yang padat dan akhir yang tidak terduga, beruntung sekali script ditangani oleh penulis-2 yang menangkap esensi dari kisah nyata ini dengan tepat: di tengah isyu-2 lain yang ada di sekitarnya -- norma sosial yang ada saat itu, peran institusi gereja saat itu, perubahan jaman/perubahan norma sosial, penilaian sejarah trans-generasi, institusi gereja saat ini yang terancam kehilangan relevansinya di depan umatnya sendiri, terletak inti ceritanya: human bonding antara ibu dan anaknya. Steve Coogan dan Jeff Pope juga dengan sensitif dan berimbang, tanpa prejudice, menampilkan argument dan counter-argument dari isyu-2 tersebut -- menarik melihat Philomena yang mengalami sendiri pengalaman pahit tersebut justru sebagai pihak yang memberi counter-argument yang “in the context”, sedang Sixsmith yang hanya melihat Philomena justru sebagai pihak sering terbawa emosi, yang sering kali memberi argument yang “out of the context”. Cerita seperti ini dapat dengan mudah jatuh ke melodramatis yang berlebihan, beruntung sekali Coogan dan Pope tidak membiarkan script-nya tergelincir ke situ ... hasilnya justru inspirational.

Judi Dench tampil menjiwai sebagai Philomena, sedang Steve Coogan yang notabene seorang stand-up comedian menunjukkan versatilitas-nya sebagai aktor yang serius dan penulis script yang berbobot.

Melihat film-2 yang bakal meramaikan nominasi Oscar tahun 2014 y.a.d., Oscar kali in bakal menjadi Oscar yang paling kompetitif dalam beberapa dekade terakhir ini, khususnya untuk kategori Film Terbaik dan kategori Aktres Terbaik. Filmnya sendiri harus bersaing ketat dengan film-2 yang lain untuk masuk nominasi Film Terbaik. Demikian juga dengan Stephen Frears untuk nominasi Sutradara Terbaik. Tetapi Judi Dench memegang kartu As untuk nominasi Aktres Terbaik  -- siapapun yang berhasil masuk nominasi Aktres Terbaik tetapi tidak memenangkan piala Oscar patut merasa dirinya “diloncati” :-); demikian juga dengan Steve Coogan dan Jeff Pope untuk nominasi Script Adaptasi Terbaik. Last, but not least, Alexandre Desplat yang menciptakan musik pengiring yang inspirational juga besar kemungkinan akan meramaikan nominasi Original Score Terbaik.

Prediksi Nominasi Oscar 2014:
  • Aktres Terbaik (Judi Dench)
  • Script Adaptasi Terbaik (Steve Coogan, Jeff Pope)
  • Original Score Terbaik (Alexandre Desplat)


Philomena dapat anda temukan di eBay.com

Thursday, 19 December 2013

American Hustle

2014 Oscar Watch

American Hustle (8.0/10)



Sutradara: David O. Russell
Script: Eric Warren Singer, David O. Russell
Cast: Christian Bale, Bradley Cooper, Amy Adams, Jeremy Renner, Jennifer Lawrence, Robert De Niro

Setelah menghasilkan The Figther (2010) yang mengantar Christian Bale ke Oscar pertamanya dan Amy Adams ke nominasi Oscar (sayang sekali Adams harus bersaing dengan sesama anggota cast, Melissa Leo, yang akhirnya memenangkan Oscar) dan Silver Linings Playbook (2012) yang mengantar Jennifer Lawrence ke Oscar pertamanya dan Bradley Cooper dan Robert De Niro ke nominasi Oscar, sutradara David O. Russell tahun 2013 ini menggabungkan mereka semua dalam drama kriminal yang konon berdasarkan kisah nyata, yang dikemas dalam black comedy dan bersetting pada era 1970-an. Karena black comedy, Russell yang juga ikut menulis script-nya, mempunyai kebebasan menciptakan karakter-2 yang “over the top”, berlebihan, atau dengan kata lain: karikaturis. Dan tidak hanya dalam karakterisasi saja Russell “having fun” (baca, “merayakan”) black comedy ini, tetapi juga dalam fashion dan design dari era tersebut: celana komprang; kacamata separoh gelap selebar separoh wajah :-); gaya rambut blow-dry, afro, atau Farrah Fawcett; gaun wanita yang berusaha menampilkan bagian-2 tubuh wanita yang di era-2 sebelumnya belum pernah ditampilkan; dan design eksterior/interior yang showy/berani, tetapi tacky alias tasteless. Ugly, but Russell presented it beautifully!

Seorang penipu veteran, Irving Rosenfeld (Christian Bale), jatuh cinta dan bergabung dengan seorang penipu “wannabe”, Sydney Prosser (Amy Adams), walaupun dia sudah mempunyai istri, Rosalyn (Jennifer Lawrence). Sejak bekerja sama dengan Sydney, yang menyamar sebagai aristokrat Inggris dengan koneksi di dunia perbankan, mereka berdua berhasil menipu banyak client dari kalangan atas ... sampai suatu saat mereka jatuh dalam jebakan yang dipasang oleh agen FBI yang ambisius, Richie DiMaso (Bradley Cooper). Terancam hukuman penjara yang berat, mereka akhirnya menerima tawaran (baca, paksaan) DiMaso untuk bekerja untuk FBI -- dengan imbalan hukuman yang lebih ringan -- untuk menangkap Walikota Camden, Carmine Polito (Jeremy Renner), yang korup yang mempunyai koneksi dengan mafia setempat, Victor Tellegio (Robert De Niro). Sementara bekerja di bawah paksaan dan pengawasan FBI, Irving dan Sydney menggodok rencana sendiri untuk melindungi kepentingan mereka sendiri. Tidak memahami seluk-beluk rencana suaminya, Rosalyn yang besar mulut dan sekaligus cemburu setiap saat siap menghancurkan baik rencana FBI maupun rencana suaminya tersebut.

Dalam film ini masing-2 cast berhasil menampilkan sisi lain dari akting mereka yang belum pernah disaksikan oleh penonton. Christian Bale, yang kurus kering dalam The Machinist (2004), fit dan berotot dalam film-2 Batman-nya, kali ini tampil gendut dan botak :-) Moga-2 perut gendut tersebut bukan 100% miliknya sendiri -- moga-2 ditambahi oleh Divisi Makeup. Juga kepalanya yang botak, moga-2 bukan 100% kepalanya sendiri :-) Bale adalah aktor yang tidak hanya akting dengan wajahnya saja, tetapi juga dengan seluruh tubuhnya. Amy Adams, yang biasanya tampil sebagai pendukung dan memainkan peran “good girl”, dalam film ini memperoleh centre stage dan tampil memukau memainkan peran femme-fatale dengan akting yang menampilkan berbagai wajah dan emosi. Hal ini semakin diperkuat dengan penempatan camera yang mengambil sudut-2 close-up, yang menampilkan kerut dalam wajahnya dan merekam segala reaksi dalam wajahnya -- bahkan yang paling minimal sekalipun. Amy Adams bisa menjadi ancaman berat untuk Cate Blanchett (Blue Jasmine) dalam Oscar 2014 nanti. Bradley Cooper tampil semakin matang -- dia mulai melepaskan diri dari peran-2 stereotype untuk aktor ganteng. Jennifer Lawrence, walaupun usianya masih 23 tahun, ternyata mempunyai kemampuan seperti Meryl Streep! Peran apa saja bisa: drama, romantic comedy, action, dan sekarang black comedy. Usia juga tidak menjadi batasan: peran lebih muda dari usianya bisa, seperti dalam fim-2 The Hunger Games; peran seusianya tentu saja bisa, seperti dalam Silver Linings Playbook; dan sekarang peran lebih tua dari usainya ternyata juga bisa. Hebat! Secara keseluruhan, berkat script yang rapi dan tajam, ensemble cast dalam film ini betul-2 padu. Last, but not least, film ini dihiasi dengan soundtrack yang menarik -- lagu-2 top 1970-an -- a.l. dari Elton John (Goodbye Yellow Brick Road), Paul McCartney's Wings (Live and Let Die), The Bee Gees (How Can You Mend a Broken Heart), dan Tom Jones (Delilah).

Dengan jumlah nominasi Film Terbaik yang mencapai 9-10 film, American Hustle besar kemungkinan akan meramaikan nominasi Film Terbaik. Untuk nominasi Sutradara Terbaik, David O. Russell harus bersaing ketat dengan Ethan Coen & Joel Coen (Inside Llewyn Davis) dan Martin Scorsese (The Wolf of Wall Street). Untuk nominasi Aktor Terbaik, Christian Bale mempunyai kesempatan luas untuk memasukinya. Untuk nominasi Aktres Terbaik, Amy Adams harus bersaing ketat dengan Judi Dench (Philomena), Meryl Streep (August: Osage County), dan Emma Thompson (Saving Mr. Banks) -- karena masing-2 sudah pernah memenangkan Oscar, penulis tidak keberatan salah satu di antaranya diloncati untuk memberi kesempatan pada Adams :-) Bradley Cooper dan Jennifer Lawrence masing-2 nampaknya dengan mudah memasuki nominasi Aktor Pendukung Terbaik dan Aktres Pendukung terbaik. Last but not least, kostum-2 era 1970-an yang ugly dan berani -- terutama yang dikenakan Adams, ciptaan costume designer Michael Wilkinson, dapat meramaikan nominasi Desain Kostum Terbaik.

Prediksi Nominasi Oscar 2014:

  • Film Terbaik
  • Script Original Terbaik (Eric Warren Singer, David O. Russell)
  • Aktor Pendukung Terbaik (Bradley Cooper)
  • Aktres Pendukung Terbaik (Jennifer Lawrence)
  • Desain Kostum Terbaik (Michael Wilkinson)




American Hustle dapat anda temukan di eBay.com

Tuesday, 10 December 2013

The Act of Killing

2014 Oscar Watch

The Act of Killing


Sutradara: Joshua Oppenheimer, Christine Cynn, Anonymous
Produser: Signe Byrge Sørensen, Werner Herzog, Anonymous

Jarang-2 penulis menulis review untuk film dokumenter,  tetapi kali ini perkecualian karena film dokumenter yang masuk “shortlist” daftar nominasi Oscar untuk Film Dokumenter Terbaik, bahkan menurut prediksi terakhir dijagokan memenangkannya, adalah film dokumenter tentang penjagalan massa yang terjadi di Indonesia pasca 30 September 1965. Filmmaker asal AS, Joshua Oppenheimer, yang bermukin di Copenhagen, Denmark, datang ke Indonesia antara tahun 2004 sampai tahun 2012 untuk membuat serangkaian film tentang Indonesia, salah satu di antaranya adalah film ini. Dalam film ini Oppenheimer pergi ke Medan, Sumatera Utara, dan mengundang para pelaku penjagalan di daerah tersebut untuk membuat film tentang peristiwa tersebut -- mereka dipersilahkan untuk memilih setting sendiri, memilih ekstra (cast pendukung) sendiri, menyusun script sendiri, mengarahkan sendiri, bahkan memilih genre film sendiri. Para pelaku tersebut kemudian menghubungi orang-2 penting, baik dari masa lalu maupun masa kini, yang mempunyai koneksi dengan mereka yang ingin tampil dalam film mereka; antara lain seorang penerbit surat kabar, seorang gubernur, seorang wakil presiden, dan seorang pemimpin organisasi paramiliter yang paling ditakuti (semuanya berstatus aktif ketika film ini dibuat). Sementara mereka membuat film mereka, Oppenheimer menempatkan camera untuk merekam pembuatan film tersebut, juga microphone untuk merekam segala pembicaraan off-stage yang terjadi. Hasilnya, suntingan dari camera dan microphone milik Oppenheimer ini, adalah chilling reenactment dari para pelakunya sendiri; dan yang lebih mengerikan lagi, sampai saat ini mereka semua masih memiliki impunitas (kekebalan hukum). Entah bagaimana kelanjutan film mereka sendiri.

Ada banyak crew Indonesia dari pihak Oppenheimer yang terpaksa disembunyikan dengan nama Anonymous demi menjaga keselamatan mereka. Akankah Oppenheimer mempunyai kesempatan mengucapkan terima kasih kepada crew tersebut dari atas panggung Oscar pada tanggal 2 Maret 2014 yang akan datang?

Menonton film ini membuat penulis sedih dan prihatin.

Prediksi Nominasi Oscar 2014:
  • Film Dokumenter Terbaik

The Act of Killing dapat anda temukan di eBay.com

Thursday, 5 December 2013

Captain Phillips

2014 Oscar Watch

Captain Phillips (8.0/10)


Sutradara: Paul Greengrass
Script: Billy Ray
Cast: Tom Hanks, Barkhad Abdi, Barkhad Abdirahman, Faysal Ahmed, Mahat M. Ali

Berdasarkan kisah nyata pembajakan kapal cargo Maersk Alabama di lepas pantai Somalia pada tanggal 7 April 2009, Tom Hanks memainkan perannya sebagai Captain Richard Phillips dengan penuh simpati dan penghayatan, namun demikian casting yang brilliant/sangat tepat untuk keempat aktor pendukung: Barkhad Abdi, Barkhad Abdirahman, Faysal Ahmed, dan Mahat M. Ali, sama sekali tidak dapat diabaikan dalam memberi kontribusi sepenuhnya terhadap akting keseluruhan dalam film ini. Tom Hanks dengan mudah menarik perhatian penonton, tetapi keempat aktor pendukung tersebut betul-2 cocok untuk masing-2 perannya -- “a match made in heaven” :-)

Berangkat dari pelabuhan Salalah di Oman menuju Mombasa di Kenya, Captain Phillips menahkodai kapal cargo Maersk Alabama menyusuri teluk Aden di lepas pantai Somalia. Mengetahui daerah tersebut rawan terhadap pembajakan, Captain Phillips menginstruksikan awak kapalnya untuk siap-siaga -- dan ketika mereka sedang berlatih kesiap-siagaan, eeeh  ... betulan, ada dua perahu motor kecil dengan awak bersenjata AK-47 meluncur dengan cepat menuju kapalnya. Tidak boleh membawa senjata apapun di dalam kapal (peraturan dari pemilik kapal), Captain Phillips dan awak kapalnya berusaha menjauhkan diri dengan mempercepat laju kapal, men-zigzag gerakannya, dan bahkan menyemburkan air untuk menyingkirkan mereka. Usaha tersebut sia-2, karena keempat pembajak tersebut walaupun prasarananya minim mereka ternyata betul-2 nekad! Mula-2 berhasil menguasai kapal cargo tersebut, tetapi kemudian melarikan diri dengan lifeboat (perahu penyelamat) sambil membawa Captain Phillips, keempat pembajak tersebut akhirnya berhadapan dengan US Navy destroyer USS Bainbridge yang sebelumnya menerima pesan SOS tentang pembajakan tersebut. Tidak lama kemudian, dua kapal US Navy yang lain ikut datang mengepung lifeboat tersebut. OMG! :-) Diselingi suspense anggota Navy SEAL melihat ke dalam kamera tembus pandang untuk mencari “clear shot”, script memberi pendalaman/sisi personal cerita pembajakan ini dengan meluangkan screen-time yang longgar untuk dialog antara Captain Phillips dan keempat pembajak tersebut.

Dengan jumlah nominasi Film Terbaik yang mencapai 9-10 film, Captain Phillips besar kemungkinan akan meramaikan nominasi Film Terbaik. Demikian juga dengan nominasi Sutradara Terbaik, Script Adaptasi Terbaik, dan Aktor Terbaik. Anggota cast pendukung Barkhad Abdi dapat membuat kejutan masuk nominasi Aktor Pendukung Terbaik (anggota Academy Awards menyukai first-timer). Keempat aktor pendukung dalam film ini adalah imigran asal Somalia yang sekarang menetap di AS; dalam kehidupan nyata mereka adalah empat sekawan dengan Barkhad Abdi seorang aktor, sutradara, dan produser, dan Faysal Ahmed seorang aktor teater/panggung.

Prediksi Nominasi Oscar 2014:
  • Film Terbaik
  • Sutradara Terbaik (Paul Greengrass)
  • Script Adaptasi Terbaik (Billy Ray)
  • Aktor Terbaik (Tom Hanks)

Captain Phillips dapat anda temukan di eBay.com

Monday, 2 December 2013

The Picture of Dorian Gray, Death Becomes Her

Double Vanity!


Siapa bilang hanya wanita saja yang concern terhadap penampilannya atau khawatir menjadi tua, pria juga. Caranya saja yang berbeda: wanita dengan melakukan bedah plastik -- agar nampak awet muda, pria dengan menemukan istri muda -- bukti bahwa dia awet muda. Gitu kali ya? :-) Vanity! Filsuf ternama Friedrich Nietzsche pernah mengatakan “Vanity is the fear of appearing original.” Coba kita lihat dalam dua film berikut ini: film pertama adalah drama horor dan film kedua adalah black comedy.

1) The Picture of Dorian Gray (1945).

Adaptasi dari novel klasik dengan judul yang sama karya sastrawan Irlandia, Oscar Wilde, The Picture of Dorian Gray menceritakan kehidupan hedonistik kalangan atas di London pada abad ke 19 yang dikemas dengan gaya Gothic, dalam tema Faustian (a pact with the Devil/persekutuan dengan roh jahat) yang kental. Muda, kaya, tampan, dan naive, Dorian Gray (Hurd Hatfield), 22 tahun, mendengarkan nasehat dari Lord Henry Wotton (George Sanders) bahwa hidup hanya berguna jika kita memperoleh kesenangan darinya, dan untuk Dorian usia muda dan ketampanannya akan mendatangkan segala sesuatu yang dia inginkan dalam hidupnya. Terkesan dengan nasehat tersebut, di depan lukisan potretnya, Dorian mengucapkan keinginannya: “Semoga potretnya, bukan dirinya, yang menjadi tua!” -- tidak menyadari di dekat lukisan potretnya berdiri sebuah patung kucing purbakala dari Mesir yang konon mempunyai kemampuan mengabulkan keinginan. Uuuuuuu ... dan mulailah drama Gothic horor ini -- I love it! :-) Dorian mula-2 tidak menyadari kalau keinginannya terkabul, sampai suatu saat ketika dia dengan teganya memutus hubungan asmara dengan tunangannya, Sibyl Vane (Angela Lansbury), untuk mengejar gaya hidup hedonistik dia menemukan “perubahan” dalam lukisan potret dirinya. Terkejut, Dorian menyembunyikan lukisan potret tersebut ke dalam gudang. Dorian tidak pernah menjadi tua dan gaya hidup hedonistiknya semakin menjadi-2. Dan script dengan sabar menyimpan horor puncaknya sampai ke akhir film.

Dengan kontras hitam-putih yang tajam, film ini memenangkan Oscar untuk Sinematografi B/W Terbaik. Angela Lansbury, walaupun tampil hanya singkat saja, penampilannya mengesankan -- dia menerima nominasi Oscar untuk Aktres Pendukung Terbaik. Tetapi masterpiece dalam film ini adalah lukisan potret Dorian Dray yang tampil di akhir film karya pelukis macabre Ivan Albright, sekarang disimpan di Art Institute of Chicago. Film ini pernah di-remake pada tahun 2009 dengan judul Dorian Gray, tetapi penulis punya keinginan Francis F. Coppola me-remake drama Gothic horor ini seperti dia membuat Dracula (1992). Hmmm ... nengok kiri, nengok kanan, moga-2 ada patung kucing purbakala dari Mesir yang mendengarkan keinginan ini :-)

Bersama dengan Mary Shelley's Frankenstein dan Bram Stoker's Dracula, Oscar Wilde's Dorian Gray menduduki Top 3 novel Gothic horor terbaik sampai saat ini.

2) Death Becomes Her (1992).

Bertema sama dengan cerita di atas, eternal youth, black comedy ini menceritakan perseteruan antara dua wanita dalam memperebutkan cinta seorang pria dengan menjaga kecantikan/penampilan fisiknya seprima mungkin. Di awal cerita, Helen Sharp (Goldie Hawn), seorang penulis, bertunangan dengan Dr. Ernest Menville (Bruce Willis), seorang ahli bedah plastik. Tetapi segera setelah Ernest bertemu dengan Madeline Ashton (Meryl Streep), seorang aktres, Ernest meninggalkan Helen dan mengawini Madeline. Shocked, depressed, dan kegemukan karena tidak bisa berhenti makan, Helen menghabiskan waktu bertahun-2 di rumah sakit jiwa sambil memelihara dendam kesumat terhadap Madeline. Waktu berjalan, Madeline memasuki usia setengah baya, kariernya meredup, bagian-2 tubuhnya yang dulu sedemikian dibanggakan sekarang cuma mengikuti gravitasi bumi :-) , Ernest juga mulai beruban dan buyuten, kariernya juga merosot menjadi juru rias mayat :-) ... perkawinan mereka hambar dan masing-2 saling mengabaikan yang lainnya. Setelah lebih dari 14 tahun tidak mendengar kabar tentang Helen, Madeline terkejut ketika tiba-2 ada kabar bahwa Helen mengadakan pesta peluncuran perdana bukunya yang berjudul “Forever Young”. Lebih terkejut lagi ketika Madeline bertemu dengan Helen dan melihat Helen tampil begitu muda -- seakan-2 tidak menjadi tua seharipun sejak mereka bertemu terakhir kalinya 14 tahun yang lalu! Merasa tersaingi dan terpojok, Madeline menerima rekomendasi beauty salon-nya untuk mengunjungi Lisle von Rhuman (Isabella Rossellini) yang misterius. Ramuan ajaib yang Madeline dapatkan dari dukun maut ini ternyata betul-2 ajaib dan bahkan lebih ajaib daripada yang dia (baca, penonton) bayangkan. Lebih seru lagi, Helen ternyata juga mendapatkan ramuan yang sama dari dukun yang sama. Siapa yang menang? Penonton tentu saja.

Dengan empat bintang layar perak yang berkharisma dan special effects yang mempesona, black comedy arahan Robert Zemeckis (Back to the Future, Forrest Gump, Contact, Cast Away) ini selain berhasil memenangkan Oscar untuk Visual Effects Terbaik, juga berhasil mengundang tawa -- sekaligus refleksi, karena dengan lantang menciptakan definisi baru untuk eternal youth/eternal beauty, seraya mengolok siapa saja yang terobsesi dengan penampilan fisiknya. Sama seperti The Picture of Dorian Gray, penulis terkesan dengan scene terakhir dalam film ini.

The Picture of Dorian Gray, Death Becomes Her dapat anda temukan di eBay.com