12 Years a Slave (8.0/10)
Sutradara: Steve McQueen
Script: John Ridley
Cast: Chiwetel Ejiofor, Michael Fassbender, Lupita Nyong'o, Sarah Paulson, Benedict Cumberbath, Brad Pitt
12 Years a Slave = Django Unchained yang serius ... :-)
Tetapi 12 Years a Slave adalah adaptasi dari memoir/kisah nyata Solomon Northup (diperankan oleh Chiwetel Ejiofor), seorang kulit hitam yang lahir bebas -- karena ayahnya adalah budak yang sudah dibebaskan -- di awal tahun 1800-an di negara bagian utara di Amerika Serikat, New York. Satu gambaran yang penulis temukan rada mengherankan (unbelievable?!) dalam film arahan Steve McQueen ini adalah scene kota New York saat itu yang menampilkan kesetaraan antara kulit putih dan kulit hitam, misalnya: pria kulit putih dan pria kulit hitam saling mengangkat topi ketika bertemu ... really?; pria kulit putih memperlakukan wanita kulit hitam seperti lady -- seperti mereka memperlakukan wanita sesama rasnya ... really??? Dari sejarah, penulis memahami negara-2 bagian utara di Amerika Serikat sudah menghapus perbudakan terlebih dahulu daripada negara-2 bagian selatan; tetapi secepat itukah kesetaraan antara kulit putih dan kulit hitam tercapai di kota New York? Pada tahun 1841??? Sedemikian aman dan setaranya kota New York untuk masyarakat kulit hitam sampai Solomon Northup tidak pernah merasa khawatir atau menaruh kecurigaan bahwa kemungkinan penculikan/people-jacking dari utara ke selatan -- yang notabene hanya beberapa ratus kilometer saja dari tempat tinggalnya -- sangat mungkin dan sangat mudah terjadi. Dalam sejarahnya, pasti tidak sedikit budak yang melarikan diri dari selatan ke utara; dan sebaliknya, penculikan warga kulit hitam oleh mafia perbudakan dari utara ke selatan. Walaupun bagian ini adalah minor, bagian ini adalah bagian yang “mengganjal” dalam film ini. Ironisnya, justru di sinilah letak keunikan film ini, atau yang membedakan film ini dari film-2 perbudakan yang lain, yaitu: pria kulit hitam yang lahir bebas, tetapi diculik dan dijadikan budak di selatan.
Keunikan yang lain adalah arahan McQueen yang terkenal eksplisit dan grafik -- tidak ada sugar-coating untuk menutup-2i yang tidak/kurang pantas supaya terlihat pantas, misalnya: scene jual-beli budak yang dilakukan dengan mereka dalam keadaan telanjang bulat, scene budak pria & budak wanita mandi bersama -- seperti ternak dalam kubangan, dan scene kekerasaan terhadap budak. Namun demikian, ceritanya sendiri secara garis besar tidak ada yang baru atau belum pernah kita saksikan/bayangkan terjadi pada diri seorang budak. Meskipun arahan McQueen yang eksplisit Chiwetel Ejiofor tampil datar dan hanya menampilkan emosi utuhnya di penghujung film -- IMHO, too little too late. Michael Fassbender seperti biasanya tampil intense dalam perannya sebagai pemilik budak yang sadistik. Tetapi pendatang baru Lupita Nyong'o-lah yang justru tampil menyatu dengan perannya sebagai obyek sadisme dari majikannya.
Despite pentingnya tema ini, penulis bertanya dalam hati: Bukankah sudah waktunya Amerika Serikat beranjak (bukan melupakan!) dari sejarah gelap perbudakan ini?! Bukankah sudah ada banyak cerita, film bioskop, film televisi, dan lain sebagainya tentang sejarah gelap ini?!
Bukankah sudah waktunya untuk melangkah ke tema-2 yang lain?
Nominasi Oscar 2014:
- Film Terbaik
- Sutradara Terbaik (Steve McQueen)
- Aktor Terbaik (Chiwetel Ejiofor)
- Aktor Pendukung Terbaik (Michael Fassbender)
- Aktres Pendukung Terbaik (Lupita Nyong'o)
- Script Adaptasi Terbaik (John Ridley)
- Costume Design Terbaik
- Editing Terbaik
- Production Design Terbaik
No comments:
Post a Comment