Resensi Film: The White Masai (Die weisse Massai) (7.5/10)
Tahun Keluar: 2005
Negara Asal: Germany
Sutradara: Hermine Huntgeburth
Cast: Nina Hoss, Jacky Ido, Katja Flint, Antonio Prester
Plot: Seorang wanita Swiss jatuh cinta dengan seorang pria Masai dan memutuskan meninggalkan kehidupan modernnya di Swiss untuk hidup dengan pria yang dia cintai di padang gurun di daerah Masai, Kenya yang sangat primitif (IMDb).
Film ini adalah adaptasi dari memoir/otobiografi dari Corinne Hofmann yang mencapai international best-seller ketika pertama kali diterbitkan pada tahun 1998. Okay, hmmm ... bagaimana ya sebaiknya memulai resensi untuk film ini? Begini, mungkin ada jatuh cinta yang rasional, tetapi sebagian besar mungkin irrasional. Yang rasional, tidak perlu lagi diperbincangkan ... atau difilmkan, khan semuanya sudah jelas :-) Yang irrasional, ini yang sering-2 menarik untuk diperbincangkan atau difilmkan :-) Demikian kira-2 premise-nya. Tetapi, bikin film tentang topik yang irrasional itu gampang-2 susah. Kalau penonton pas punya pengalaman yang sama atau mirip, mereka mungkin dapat dengan mudah "connect" dengan cerita yang ada. Tetapi kalau penonton tidak pernah punya pengalaman yang sejenis, mereka mungkin tidak dapat "connect" dengan cerita yang ada, akibatnya ceritanya akan terasa konyol, absurd, atau ridiculous. Namun demikian, ini bukan alasan bagi seorang filmmaker sejati untuk tidak membuat film tentang topik yang irrasional. Justru sebaliknya, ini adalah tantangan yang sangat menarik: Bagaimana caranya menyampaikan cerita, sedemikian rupa sehingga penonton yang tidak punya pengalaman yang sama atau mirip dapat bersimpati dengan cerita tersebut?
Demikian kira-2 pertanyaan yang ada dalam benak sutradara Hermine Huntgeburth ketika dia memutuskan untuk mengarahkan film ini. Dengan bantuan script yang rapi dan ketat, karakterisasi yang riel, dan sinematografi yang menangkap keeksotikkan alam dan kehidupan di Afrika, sang sutradara berhasil dengan sangat baik mengajak atau mengikutsertakan penonton dalam petualangan, jiwa dan raga, dari tokoh utamanya. Penulis dapat merasakan setiap 'gronjalan' dan kelokan di sepanjang jalan yang panjang dan berdebu di tengah padang gurun Afrika, sementara tokoh utamanya memulai kehidupan barunya di tempat yang asing, yang sama sekali berbeda dari tempat asalnya. Nina Hoss membawakan perannya sebagai Carola dengan sangat menjiwai, sedemikian rupa sehingga penonton mampu melakukan "leap of faith" bersamanya. Jacky Ido, dengan fisiknya yang super indah -- yang bikin iri semua modelnya Calvin Klein :-), betul-2 meyakinkan sebagai Lemalian, pria Masai yang digilai oleh Carola. Kehidupan primitif di tengah padang gurun mula-2 nampak sederhana, tetapi isyu-2 fundamental "culture clash" akhirnya terkuak sedikit demi sedikit. Sang sutradara menggunakan gaya yang gentle dan mengalir, disana-sini dibumbui dengan momen-2 bahagia, sedih, nikmat dan sakit, menciptakan pengalaman yang riel dan utuh/lengkap. Sinematografi dari Martin Langer dengan porsi yang pas berhasil mengangkat emosi yang ada, dan musical score dari Niki Reiser, yaitu campuran antara musik tema dan musik rhythmic Afrika, berhasil menjaga tempo cerita dan mencerminkan budaya-2 yang terlibat. Reaksi penulis, the journey is one of immense emotional investment.
* 7.5/10
No comments:
Post a Comment