Resensi Film: Pride & Prejudice (***1/2/4)
Tahun Keluar: 2005
Negara Asal: France, UK
Sutradara: Joe Wright
Cast: Keira Knightley, Matthew Macfadyen, Brenda Blethyn, Donald Sutherland, Tom Hollander, Rosamund Pike, Judi Dench
Plot: Lima gadis Bennet bersaudara, dengan bimbingan ibunya yang ambisius dan ayahnya yang 'alon-alon asal kelakon', berusaha menemukan suami untuk memastikan masa depan mereka (IMDb).
Secara keseluruhan, versi terbaru dari adaptasi dari kisah cinta klasik karya Jane Austen ini adalah interpretasi modern yang cukup mengesankan, dan sebaiknya tidak dibandingkan secara 'line by line' dengan versi sebelumnya, Pride and Prejudice (1940) dari Greer Garson dan Laurence Olivier, atau versi serial TV BBC (1995) dari Jennifer Ehle dan Colin Firth. Namun demikian, penulis merasa modernisasi dialog dari kisah cinta klasik ini sesungguhnya 'membunuh' esensi (jiwa) dari dialog itu sendiri. Penulis menyadari, sangatlah sulit membuat film yang waktu putarnya hanya dua jam yang memasukkan semua isi novel secara persis, dengan demikian penulis tidak keberatan melihat revisi atau bahkan alterasi, kecil atau bahkan besar -- seperti misalnya, script untuk Sense and Sensibility (1995) dari Emma Thompson, tetapi melihat script film ini penulis merasa seakan-2 membaca buku petunjuk terjemahan untuk bahasa Shakespearean. Akibatnya, seluruh subtlety yang menyimpan keorisinilan, detil, ironi, dan nuansa dari Jane Austen hilang, dan yang tersisa adalah terjemahan yang literal dan gamblang. Mungkin pendapat pribadi ini terasa sombong atau berlebihan, tetapi betul-2 menjadi 'kerikil' yang mengganggu keindahan cerita klasik ini. Sebagai contoh, ketika Jane Bennet (Rosamund Pike) mengungkapkan patah hatinya terhadap Mr. Bingley dengan dialog:
I'm quite over him, Lizzy.
dan kemudian dibarengi dengan tundukan kepala yang santun ... campuran antara dialog modern à la abad ke 21 dan sikap santun à la abad ke 19 terasa janggal atau tidak pas. Contoh yang lain adalah ketika Charlotte Lucas (Claudie Blakley) memberitahu Elizabeth Bennet (Keira Knightley) bahwa dia akan menikah dengan Mr. Collins. Dalam film ini, dialog antara Charlotte dan Lizzy betul-2 menghantam kepala dengan kalimat-2 yang 'full frontal' yang secara telak membedakan antara Charlotte yang pragmatis dan Lizzy yang idealist. Dalam novelnya, Charlotte adalah wanita yang lembut dan bijaksana yang melihat dunia melalui sudut pandang realisme yang pas -- Lizzy secara pribadi terkejut dan kecewa dengan keputusan temannya itu, tetapi kemudian dengan tidak kentara berekonsiliasi dengan sudut pandang yang berbeda tersebut. Mungkin pendapat yang lain mengatakan bahwa detil seperti ini tidaklah penting, tetapi IMHO ... keindahan cerita klasik ini justru terletak di dalam detilnya.
Anyway, Keira Knightley membawakan perannya sebagai Elizabeth Bennet versi penonton modern dengan mempesona. Matthew Macfadyen, walaupun kalah jauh jika dibandingkan dengan Colin Firth, dan di awal film nampak kaku dan tidak ada chemistry antara dirinya dan Knightley, akhirnya berhasil menjadi Mr. Darcy sementara film berjalan. Brenda Blethyn memainkan perannya sebagai Mrs. Bennet dengan meyakinkan. Donald Sutherland, walaupun tidak selucu Edmund Gwenn; Tom Hollander; dan Judi Dench, walaupun tidak se-multi-dimensional seperti Edna May Oliver, masing-2 memainkan perannya dengan baik. Dan Rosamund Pike, dia bersinar di antara saudara-2 Bennet-nya yang lain.
Cerita (****)
Screenplay (***1/2)
Karakter (***1/2)
Akting (***1/2)
Keseluruhan: ***1/2/4
No comments:
Post a Comment