Resensi Film: The Battle of Algiers (La battaglia di Algeri) (****/4)
Tahun Keluar: 1966
Negara Asal: Italy, Algeria
Sutradara: Gillo Pontecorvo
Cast: Brahim Hadjadj, Jean Martin, Yacef Saadi
Plot: Perang gerilya National Liberation Front (FLN) melawan penjajahan Perancis di Algeria (IMDb).
Berdasarkan catatan perjuangan National Liberation Front (FLN), Souvenirs de la Bataille d'Alger, yang ditulis oleh bekas komandan FLN, Saadi Yacef, The Battle of Algiers memperoleh ketenarannya sebagai film drama perang yang disampaikan dengan gaya realism, dokumenter, dan berimbang dari dua sudut pandang yang terlibat. Untuk menjaga perspektif yang netral, scriptnya mengalami penulisan berulang kali dari dua sudut pandang tersebut, sampai akhirnya menghasilkan Ali La Pointe (Brahim Hadjadj) sebagai protagonist, Colonel Mathieu (Jean Martin) sebagai antagonist, dan menggambarkan kekejaman dari kedua belah pihak dan kesengsaraan yang ditimbulkan terhadap penduduk awam Algeria dan Perancis. Film ini berhasil menangkap esensi dari gerakan revolusioner tanpa menempatkan pihak manapun sebagai "good guys" atau "bad guys" -- mereka semua hanyalah manusia yang terperangkap dalam situasi yang impossible, dimana tidak ada jalan keluar selain konfrontasi dan pertumpahan darah. Untuk menciptakan efek realism, sutradara Gillo Pontecorvo meng-cast orang-2 awam (bukan aktor), kecuali untuk Colonel Mathieu yang diperankan oleh aktor Perancis Jean Martin, memilih mereka berdasarkan penampilan dan efek emosionalnya saja -- karena itu, dialog-2nya di-dub (ditambahkan) setelah shooting selesai. Untuk menciptakan efek dokumenter, cinematographer Marcello Gatti men-shooting dengan film hitam putih dan menggunakan berbagai teknik pengambilan gambar yang mengesankan sebagai newsreel atau dokumenter, misalnya gerakan kamera yang bebas dan kontras yang kuat untuk scene-2 yang dramatis. Efek suara dan musik dari komposer Ennio Morricone memainkan fungsi yang penting dalam film ini. Efek suara tembakan dan mesin-2 truk dan helikopter digunakan sebagai simbol ketika pihak Perancis datang; sedang ledakan bom dan teriakan histeris massa digunakan sebagai simbol ketika pihak Algeria datang. Musik tradisional Algeria, daripada musik modern, digunakan untuk scene-2 yang dramatis. Secara keseluruhan, The Battle of Algiers adalah film yang menegangkan, mengusik hati dan pikiran, dan indah -- kadang-2 bergantian, kadang-2 sekaligus. This is a masterpiece.
Cerita (****)
Screenplay (****)
Karakter (****)
Akting (***)
Keseluruhan: ****/4
No comments:
Post a Comment