Resensi Film: Once Upon a Time in the West (C'era una volta il West) (****/4)
Tahun Keluar: 1968
Negara Asal: Italy, USA
Sutradara: Sergio Leone
Cast: Henry Fonda, Claudia Cardinale, Jason Robards, Charles Bronson
Plot: Seorang pemain harmonika bergabung dengan seorang buronan kriminal untuk melindungi seorang janda dari segerombolan bandit yang bekerja untuk seorang pengusaha yang rakus (IMDb).
Setelah menyelesaikan Trilogi Dollar-nya: A Fistful of Dollars (1964), For a Few Dollars More (1965), dan The Good, the Bad and the Ugly (1966), Sergio Leone sesungguhnya ingin pensiun dari membuat film-2 koboi -- dia merasa misi western-nya sudah selesai. Tetapi studio United Artists (studio yang memproduksi Trilogi Dollar) meminta Leone untuk membuat film koboi sekali lagi, untuk terakhir kalinya, dengan mengiming-2i dia anggaran yang besar dan akses ke aktor favoritnya, Henry Fonda! Sepanjang kariernya, Leone selalu ingin bekerja dengan Henry Fonda, maka diterimalah tawaran tersebut.
Ide awal dari film ini adalah cerita yang menggabungkan semua referensi dari film-2 klasik koboi Amerika, mulai dari My Darling Clementine (1946), Duel in the Sun (1946), High Noon (1952), Shane (1953), The Searchers (1956), The Magnificent Seven (1960) sampai The Man Who Shot Liberty Valance (1962). Hasilnya adalah Once Upon a Time in the West ... judul yang sangat cocok untuk cerita yang bersifat timeless -- tidak hanya mengacu pada waktu tertentu saja, tetapi pada kumpulan kenangan dari masa lalu yang berisi tema universal tentang kebaikan dan kejahatan, romans, dan yang lainnya. Mengacu ke sekitar 30 film klasik koboi Amerika (menurut film critic dan film historian Christopher Frayling), Once Upon a Time in the West menyampaikan cerita dari tiga tokoh utamanya: pemain harmonika yang misterius (Charles Bronson), buronan kriminal yang notorious Cheyenne (Jason Robards), dan pengantin baru yang cantik Jill McBain (Claudia Cardinale). Berada di tengah jalan mereka adalah Frank, seorang pembunuh bayaran yang sadis, yang dimainkan dengan sangat meyakinkan oleh aktor yang selama ini selalu berperan sebagai good guy, Henry Fonda!
Setiap karakter mempunyai cerita sendiri-2 (dan musik tema sendiri-2!), dan setiap cerita dimulai secara misterius -- dengan gaya Leone yang klasik, motivasi dan identitas setiap karakter terungkap secara perlahan-2. Walaupun ceritanya kental dengan plot dan sub-2 plot, film ini menitikberatkan pada style/gaya dalam menyampaikan cerita tersebut -- menghasilkan scene-2 yang indah, yang mempunyai daya tarik sinematik yang kuat. Sebagai contoh, film ini dimulai dengan sequence pembuka sepanjang 15 menit yang dimainkan praktis dalam kesunyian sementara tiga koboi jago tembak menunggu kedatangan Harmonica di stasiun kereta api yang sunyi. Sequence ini mensetup style/gaya dari film ini secara keseluruhan -- momen-2 penting dimainkan dengan gaya seperti ini untuk menghasilkan efek suspense yang maksimal. Untuk penonton yang tidak mengenal gaya Leone, cara ini mungkin terasa lambat dan membosankan, tetapi percayalah ... jika anda sabar menunggu, hasilnya sangat sumbut -- tidak ada sutradara lain (kecuali Alfred Hitchcock!) yang dapat secara konsisten melakukan hal ini dengan baik.
Secara keseluruhan, penampilan film ini sangat elegen, mulai dari pengambilan gambar-2 dari Claudia Cardinale yang bagaikan goddess, pengambilan gambar-2 dengan lensa lebar dari Monument Valley yang menakjubkan, sampai musical score dari Ennio Morricone yang mengusik sanubari (film ini dapat anda pinjam hanya untuk mendengarkan musiknya saja!). Setelah suspense bergaya Hitchcock, Leone melepas Fonda dan gerombolannya dengan suara-2 tembakan yang paling memekakkan telinga dalam sejarah film-2 koboi. Ketika seorang tertembak, dia bahkan mati dengan gaya Leone: jatuh terpelanting secara brutal ... !
Dari segi originalitas, film ini memang tidak orisinil. Ketika film ini keluar, film ini langsung menjadi populer di seluruh dunia, tetapi penonton Amerika tidak menyukainya. Dengan berjalannya waktu, film ini berhasil mengumpulkan fans di Amerika, karena Leone dinilai berhasil menjadikan film ini sebagai filmnya sendiri (menggunakan style/gayanya sendiri). Pada tahun 2009, Once Upon a Time in the West terpilih masuk dalam United States National Film Registry sebagai film yang "culturally, historically, or aesthetically significant."
Cerita (****)
Screenplay (****)
Karakter (****)
Akting (****)
Keseluruhan: ****/4
No comments:
Post a Comment