Resensi Film: Great Expectations (8.5/10)
Tahun Keluar: 1946
Negara Asal: UK
Sutradara: David Lean
Cast: John Mills, Valerie Hobson, Bernard Miles, Francis L. Sullivan, Anthony Wager, Jean Simmons
Plot: Seorang anak laki-2 yatim piatu menerima bantuan keuangan dari seorang anonimus untuk dididik menjadi pria terhormat (gentleman) dengan masa depan cemerlang (great expectations) (IMDb).
Film arahan sutradara David Lean ini adalah adaptasi bebas dari novel klasik dengan judul yang sama karya Charles Dickens. Mereka yang sudah membaca novelnya akan menemukan beberapa perbedaan antara novel dan filmnya. Selain perbedaan beberapa karakter, script adaptasi film ini juga menghilangkan ambiguity di akhir cerita -- konon dengan maksud memuaskan tuntutan sentimental penonton (sementara mereka yang mengenal novelnya justru ambiguous dengan akhir cerita tersebut). Anyway, David Lean dkk. telah melakukan adaptasi dengan sangat baik -- sebaik mungkin yang dapat dilakukan oleh tim penulis script dari "memampatkan" 59 bab dalam novelnya menjadi hanya 3 babak saja dalam filmnya, dan tetap berhasil menjaga esensi dari cerita yang ada. Tidak ada penulis lain, selain Shakespeare tentunya, yang dapat menandingi Charles Dickens dalam menciptakan karakter-2 dengan nama yang aneh, dan karakterisasi yang aneh pula, sedemikian rupa sehingga melekat dalam ingatan pembaca. Walaupun Pip (John Mills/Anthony Wager -- Pip kecil) adalah tokoh utama dalam cerita ini, Pip hanyalah hero yang pasif, yang terseret menjadi "saksi" dalam rentetan peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Miss Havisham (Martita Hunt) adalah kekuatan utama dalam film ini: seorang wanita yang patah hati, yang memelihara patah hatinya dengan "mengabadikan" momen tersebut dan mendidik anak angkatnya, Estella (Valerie Hobson/Jean Simmons -- Estella kecil), dengan meracuni pikirannya untuk mematahkan setiap hati pria yang jatuh cinta dengannya. Walaupun sudah diperingatkan oleh temannya, Pip tidak dapat menolong dirinya, dia tetap saja jatuh cinta terhadap Estella. Mr. Magwitch (Finlay Currie) adalah kekuatan utama yang lain dalam film ini: seorang kriminal/buronan yang satu-2nya cara untuk menebus keburukan hidupnya adalah dengan menjadikan orang lain orang terhormat, yang mempunyai nasib berbeda dari dirinya, yang mempunyai masa depan cemerlang. David Lean selalu menggunakan visual yang dramatis untuk menciptakan atmosfir yang sepadan dengan cerita yang ada. Scene di kuburan ketika Mr. Magwitch mencengkeram Pip dari luar frame kamera entah sudah berapa kali diimitasi oleh film-2 horor yang lain. Dan satu scene yang menjadi trademark dari film ini: rumah megah yang gelap dan terlantar dengan penghuninya yang gila, jelas-2 mempengaruhi sutradara Billy Wilder dalam filmnya Sunset Boulevard yang dia buat 4 tahun kemudian. Sedikit kekecewaan dari penulis dari film ini adalah casting untuk Pip dewasa dan Estella dewasa. John Mills dan Valerie Hobson (ketika film ini dibuat berusia 38 tahun dan 29 tahun) terlalu tua memerankan Pip dan Estella yang berusia 20 tahunan dalam ceritanya. Untungnya, Anthony Wager sebagai Pip kecil dan Jean Simmons sebagai Estella kecil jauh lebih pas castingnya. Anyway ...
Cerita tentang revenge dan redemption yang dikemas dalam setting horor ini menjadikan film arahan David Lean ini klasik seketika.
* 8.5/10
No comments:
Post a Comment