Resensi Film: The Motorcycle Diaries (Diarios de motocicleta) (8.5/10)
Tahun Keluar: 2004
Negara Asal: Argentina, USA, Chile, Peru, Brazil, UK, Germany, France
Sutradara: Walter Salles
Cast: Gael García Bernal, Rodrigo de la Serna
Plot: Catatan perjalanan Ernesto 'Che' Guevara dan temannya, Alberto Granado, ketika mereka berpetualang mengelilingi benua Amerika Latin (IMDb).
Penulis mula-2 tidak mengetahui siapa Ernesto 'Che' Guevara ini, selain mengenalnya dari potret atau gambar wajahnya di banyak T-shirt yang dikenakan oleh anak-2 muda di negara-2 Barat. Baru setelah itu, penulis mengetahui bahwa 'Che' Guevara adalah tokoh revolusi di benua Amerika Latin, khususnya berperan dalam revolusi di Cuba. Oooh, ... makanya, 'Che' Guevara adalah idola anak-2 muda, simbol dari "hero" atau "pemberontak" -- pemberontakan terhadap sistem yang ada, pemberontakan terhadap orangtua mereka, pemberontakan terhadap segala sesuatu yang mengekang atau membatasi dirinya. 'Che' Guevara adalah anak muda, seorang idealis, dan sebagai anak muda yang menginjak dewasa, dia mempunyai panggilan untuk berperan dalam hidup ini -- dia mempunyai ide bagaimana dia dapat menyumbangkan pikiran dan tenaganya untuk memperbaiki hidup dirinya dan hidup sesamanya.
Berbeda dari sebagian film critic yang tidak menyukai film ini (di antaranya adalah Roger Ebert) karena film ini tidak menceritakan sisi politik dari 'Che', penulis justru sebaliknya -- menyukai film ini justru karena film ini tidak menceritakan sisi politik dari 'Che'. Mirip seperti cerita Chanel sebelum dia memasuki masa kejayaannya dalam film Coco avant Chanel (2009), adaptasi dari catatan perjalanan yang ditulis oleh 'Che' ini menceritakan 'Che' ketika dia muda belia -- berusia 23 tahun, satu semester sebelum dia lulus menjadi dokter, totally non-political, yang sama seperti anak-2 muda yang lain, hanya bertujuan untuk mencari kesenangan dan petualangan ketika dia dan temannya, Alberto -- juga seorang dokter muda, memutuskan untuk mengelilingi benua Amerika Latin dengan sebuah sepeda motor tua. Berasal dari keluarga kaya, 'Che' sama sekali tidak menyangka perjalanan tersebut bakal mengubah dirinya.
Aktor Meksiko, Gael García Bernal, dengan penampilannya yang dreamy memainkan perannya sebagai 'Che' dengan penuh kharisma: perasa, poetic, sensitive, dan kadang-2 foolish karena usianya yang masih muda sehingga kurang berpengalaman dalam "seni" menjalani hidup. Sedang aktor Argentina, Rodrigo de la Serna, dengan sangat baik melengkapi penampilan Bernal tersebut sebagai teman perjalanan yang lebih tua dan lebih berpengalaman. Istilahnya, keduanya saling melengkapi satu sama lain. Sejak awal penulis sudah waswas apakah sepeda motor tua tersebut, yang dijuluki La Poderosa (The Mighty One), mampu membawa mereka dari rumah mereka di Argentina ke 8,000 kilometer mengelilingi benua Amerika Latin? Dalam perjalanan tersebut, La Poderosa yang tua dan setia ini pernah kecebur masuk ke dalam sungai, pernah tergelincir di jalan bersalju, pernah nabrak sapi, ... sampai akhirnya menemui ajalnya di Chile. Sementara itu, 'Che' pernah jatuh cinta dengan seorang cewek, pernah hampir dikeroyok orang sekampung gara-2 "main mata" dengan istri orang (beruntung dia berhasil meloloskan diri), sedang Alberto yang lebih berpengalaman justru jarang mendapatkan cewek karena cewek lebih menyukai 'Che' yang dreamy. Dengan kematian La Poderosa, rute dan tempo perjalanan mereka berubah total! Tidak dapat bergerak secara bebas dan cepat lagi, ditambah dengan masalah kehabisan uang, mau tidak mau mereka harus meneruskan perjalanan secara primitive, yaitu hitchhike (cari tumpangan gratis dari penduduk lokal), atau kalau gak ketemu tumpangan ya jalan kaki (!), dan cari teman baru agar dapat makan gratis :-) Persahabatan antara 'Che' dan Alberto mengalami ujian berat: mereka berbeda pendapat, mereka bertengkar, tetapi persahabatan tidak pernah putus. Pertemuan dengan penduduk lokal di setiap tempat yang mereka singgahi ternyata adalah eye-opening experience (pengalaman yang membuka mata) untuk 'Che' dan Alberto: di suatu tempat di pegunungan Andes mereka bertemu dengan seorang petani yang kehilangan tanahnya karena perlakuan tidak adil dari pemerintah setempat; di tempat yang lain di tengah padang gurun Atacama mereka bertemu dengan sepasang suami-istri yang terlunta-2 setelah diusir dari rumahnya karena mereka adalah komunis; di tempat yang lain lagi mereka menyaksikan bagaimana perusahaan pertambangan mengeksploitasi para buruh tambang. Eye-opening experience ini diakhiri dengan mereka mengunjungi leper colony (kompleks penderita kusta) di daerah Amazon, Peru, dimana mereka dapat menyumbangkan keahlian mereka sebagai dokter. Setelah menyelesaikan perjalanan mereka di tujuan akhir di Caracas, Venezuela, 'Che' adalah orang yang berbeda dari orang yang dia kenal sebelum dia melakukan perjalanan tersebut.
Sutradara Brazil, Walter Salles, dengan sangat baik menghidupkan kembali perjalanan 'Che' dan Alberto tersebut -- melibatkan lebih dari 30 lokasi di Amerika Latin, menggunakan rute yang sama seperti yang dilalui oleh 'Che' dan Alberto, menampilkan kontras dari masing-2 lokasi tersebut, dan menggunakan aktor-2 non-professional untuk orang-2 yang ditemui dalam perjalanan tersebut. Dibantu dengan penempatan kamera yang membuat penonton seakan-2 "ikut" atau "masuk" dalam perjalanan tersebut, cinematography yang menangkap keindahan alam Amerika Latin, dan musical score yang menyiratkan budaya benua ini, film ini mempunyai nilai authenticity yang tinggi yang sangat mengesankan. Selain cerita tentang persahabatan -- penampilan Bernal dan de la Serna berhasil mencerminkan kedalaman persahabatan tersebut, film ini juga cerita tentang menemukan jati diri.
Keabsenan politik dalam film ini justru mencerminkan authenticity dari kepingan sejarah tentang tokoh revolusioner abad ke 20 yang mungkin paling illusive ini -- membuat penonton semakin ingin tahu: "So, ... terus bagaimana perjalanan 'Che' sampai akhirnya dia terlibat langsung dalam revolusi?"
Film ini adalah film untuk anak muda dan mereka yang berjiwa muda.
* 8.5/10
No comments:
Post a Comment