Resensi Film: Hereafter (7.5/10)
Tahun Keluar: 2010
Negara Asal: USA
Sutradara: Clint Eastwood
Cast: Matt Damon, Cécile De France, Frankie McLaren
Plot: Tiga orang, di tiga tempat yang berbeda, tersentuh oleh peristiwa kematian dengan cara yang berbeda (IMDb).
Film dibuka dengan Marie Lelay (Cécile De France), seorang jurnalis TV dari Perancis, terperangkap dalam musibah tsunami di Thailand pada tahun 2004 yang lalu dan hampir saja tewas gara-2 itu. Sekembalinya di Paris, dia dihantui oleh penglihatan yang dia alami ketika dia mendekati kematian tersebut. Di San Francisco, George Lonegan (Matt Damon), seorang psychic *), berusaha melepaskan diri dari desakan saudaranya yang menginginkan dia membuka praktek umum -- karena bagi George kemampuan psychic-nya lebih merupakan beban daripada karunia. Di London, dua bersaudara Jason dan Marcus (George dan Frankie McLaren) berusaha melindungi ibunya, seorang ibu tunggal dan pecandu narkotika, dari Social Services **), sampai tragedi merenggut nyawa Jason dan mengirim Marcus ke pencarian yang tidak pernah kita ketahui.
*) Psychic: Orang yang mempunyai kemampuan supra-natural, misalnya berkomunikasi dengan mereka yang sudah meninggal dunia.
**) Social Services: Institusi pemerintah yang mengawasi kesejahteraan anak-2.
Clint Eastwood berusia 80 tahun ketika membuat film ini -- menarik ya melihat bagaimana usia mempengaruhi pilihan topik yang sutradara minati. Ketika menonton film ini, penulis tidak tahu mesti mengharapkan apa, tetapi penulis siap dengan open-mind, mengingat temanya adalah tema supra-natural ... maksudnya, segala sesuatu bisa terjadi, anything can happen. Cara penyajian cerita dalam film ini mengingatkan penulis pada Amores perros (2000) atau reprise-nya, Babel (2006), dari sutradara Meksiko, Alejandro González Iñárritu, yaitu: beberapa cerita berjalan secara paralel, antara satu dan lainnya nampak tidak berhubungan, tetapi menuju akhir ternyata saling berhubungan, mengungkap seluruh cerita sebagai cerita yang menyatu. Script dari Peter Morgan -- penulis The Queen (2006) dan Frost/Nixon (2008), yang konon non-believer ***), justru menampilkan hal yang sebaliknya (!) -- menghasilkan script yang berada di common-ground, sama sekali tidak berusaha mengkotbahi penonton, tetapi hanya menyampaikan pengalaman pribadi dari tiga tokoh utamanya; believer atau non-believer, penonton dapat dengan mudah bersimpati dengan mereka.
***) Non-believer: Orang yang tidak percaya terhadap after-life.
Penulis menemukan Hereafter adalah film yang mengejutkan secara menyenangkan. Pertama, film berakhir dengan topik after-life tetap saja misterius, tetap saja ada banyak pertanyaan yang tidak terjawab. Kedua, di tengah film di sebuah scene Didier (Thierry Neuvic) berkomentar terhadap Marie bahwa jika after-life itu memang betul ada, pasti sekarang sudah dapat dibuktikan. Tetapi di akhir film, penonton menyadari bahwa bahkan dalam hidup ini ada banyak hal yang tidak dapat dibuktikan, tetapi dengan kepercayaan yang cukup dan nasib yang baik, semuanya akan "jatuh" dengan pas. Hereafter adalah film yang tidak hanya masuk ke dalam topik after-life, tetapi juga hidup itu sendiri. Eastwood telah melakukan tugasnya dengan baik mengantar penonton tidak hanya masuk ke dalam misteri yang menunggu kita di seberang sana, tetapi juga "misteri" yang ada di depan kita saat ini.
* 7.5/10
No comments:
Post a Comment