Resensi Film: Mostly Martha (Bella Martha) (8.0/10)
Tahun Keluar: 2001
Negara Asal: Germany, Italy, Austria, Switzerland
Sutradara: Sandra Nettelbeck
Cast: Martina Gedeck, Sergio Castellitto, Maxime Foerste
Plot: Kehidupan tenang dan serba teratur seorang koki Jerman yang introvert dan perfeksionis tiba-2 menjadi hingar-bingar gara-2 kedatangan keponakannya yang berusia 8 tahun yang tidak direncana -- kontan saja ketegangan muncul ... sampai seorang koki Itali yang extrovert dan rileks datang untuk menghangatkan hati dingin mereka (IMDb).
Film berbahasa Jerman ini adalah mutiara yang terpendam. Kalau anda terbiasa melihat film-2 Hollywood yang formulaic -- artinya, segala sesuatunya, mulai dari pengarahan, script, sampai akting, mengikuti formula atau "resep" yang sudah terbukti sukses di pasaran (seperti produk fast-food), film berbahasa Jerman ini menunjukkan kepada anda betapa miskin dan keringnya film-2 formulaic tersebut! Thank goodness for that!
Pertama-2, pujian mesti diberikan kepada sutradara Sandra Nettelbeck yang berhasil dengan sangat efektif menampilkan kepribadian tokoh utamanya yang introvert dan perfeksionis melalui pengambilan gambar-2 yang menghasilkan scene-2 yang clinical -- unemotional, cold, detached, impersonal. Arahan dari Nettelbeck ini betul-2 meletakkan fondasi yang kuat dan tepat untuk cerita yang sedang disampaikan. Kedua, aktres senior Jerman, Martina Gedeck, juga berhasil dengan sangat baik menangkap esensi dari karakter yang dia mainkan, Martha -- bagaimana dia mencuri pandangan terhadap Mario, terjadi beberapa kali, betul-2 brilliant! Ketiga, aktor Itali, Sergio Castellitto, dengan penuh inspirasi menjadi Mario, 180 derajat antithesis-nya Martha. Last, but not least, Maxime Foerste -- tidak seperti Abigail Breslin yang "too cute to be true" :-) -- dengan natural memainkan perannya sebagai Lina, anak berusia 8 tahun. Script-nya ketat, namun demikian tetap berhasil memberi cukup waktu bagi cerita untuk terkuak dengan tempo yang normal, bagi karakter-2 yang ada untuk menampilkan kepribadiannya, dan bagi relationship di antara mereka untuk terjalin secara natural. Sebagai contoh, ketika Lina menerima kabar bahwa ibunya meninggal dunia, dia tidak menangis -- script-nya tidak menyuruh dia untuk menangis, tetapi dia menampilkan reaksi yang jujur dan natural -- tidak theatrical seperti dalam script yang formulaic, dan dalam kasus ini Lina bereaksi dengan tidak mau makan. Juga jujur dan natural melihat bagaimana Martha dengan kedodoran berusaha merawat keponakannya tersebut. Juga jujur dan dapat dipercaya melihat bagaimana Mario dengan berbagai cara dan empati berusaha menghangatkan hati dingin Lina dan Martha -- membutuhkan beberapa jam untuk Lina, tetapi jauh lebih lama untuk Martha. Soundtrack film ini, menggunakan musik jazz yang mulus dan modern, sangat pas dengan esensi dari cerita ini.
Penulis sangat kagum dengan penggambaran kepribadian introvert dan perfeksionis dalam film ini ... betul-2 mengena. Mostly Martha adalah film yang pandai dan sekaligus memikat. It's one of my personal favourites. Hati-2 dengan barang tiruan: remake dari Hollywood yang berjudul No Reservations (2007) dengan Catherine Zeta-Jones, Aaron Eckhart, dan Abigail Breslin betul-2 kehilangan esensi dari cerita yang ada.
* 8.0/10