Friday, 28 September 2012

Thunderball

Resensi Film: Thunderball (7.7/10)

Tahun Keluar: 1965
Negara Asal: UK
Sutradara: Terence Young
Cast: Sean Connery, Claudine Auger, Adolfo Celi, Luciana Paluzzi

Plot: James Bond dikirim ke kepulauan Bahama untuk menyelidiki pembajakan pesawat NATO yang membawa dua bom berkepala nuklir oleh organisasi kriminal SPECTRE (IMDb).

Thunderball adalah novel Ian Fleming yang terlibat dalam persengketaan hak cipta antara salah satu dari para penulis ceritanya dan produser Harry Saltzman dan Albert R. Broccoli. Thunderball konon ditulis berdasarkan script film yang ditulis oleh tiga penulis: Ian Fleming, Kevin McClory, dan Jack Whittingham. Ketika Saltzman dan Broccoli ingin memfilmkan novel ini sebagai film Bond pertama, McClory mengajukan gugatan ke pengadilan. Beberapa tahun kemudian Saltzman dan Broccoli menyelesaikan gugatan tersebut secara kekeluargaan, yaitu memberi McClory hak milik atas karakter James Bond dalam cerita tersebut (dan plot ceritanya), memberi dia posisi sebagai produser (Saltzman dan Broccoli sebagai produser eksekutif), dan menampilkan namanya sebagai penulis cerita aslinya. Karena clause pertama tersebut, pada tahun 1983 McClory memproduksi sendiri cerita tersebut menjadi film dengan judul Never Say Never Again, yang dibintangi oleh Sean Connery juga, tetapi di sini McClory tidak boleh menggunakan tema-2 Bond yang diproduksi oleh Saltzman dan Broccoli, misalnya gun barrel sequence dan main title sequence, dan khususnya musik tema Bond (!) Sutradara Terence Young, yang dipanggil lagi setelah Guy Hamilton menolak mengarahkan film ini gara-2 kecapaian setelah menyelesaikan Goldfinger (1964), mengatakan: persengketaan hak cipta ini justru mendatangkan timing yang pas, karena kalau film ini dibuat sebagai film Bond yang pertama -- dengan anggaran cuma $1 juta saja, tidaklah mungkin dapat menjadi film sebaik film saat itu, yang memperoleh anggaran $9 juta -- tiga kali lebih besar daripada Goldfinger. Thunderball berhasil meraup pendapatan box office terbesar dibandingkan tiga film Bond sebelumnya.

Dari sisi filmmaking Thunderball menempati tempat khusus dalam kronologi film-2 Bond, yaitu sebagai film Bond pertama yang menggunakan teknologi secara ekstensif. Seperempat dari film ini bersetting di bawah laut (!) Sequence di awal film ketika SPECTRE membajak pesawat NATO dan mencuri dua bom berkepala nuklir darinya di bawah laut dan sequence di akhir film ketika Bond dan United States Coast Guards bertarung melawan SPECTRE digarap dengan teknologi yang sangat mumpuni dan koreografi yang indah. Mungkin terlena gara-2 teknologi yang mengesankan tersebut, sequence di bawah laut ini terasa repetitif dan terlalu panjang (menjadi film Bond pertama yang masa putarnya lebih dari dua jam). Film ini juga menampilkan sabuk roket yang konon betul-2 berfungsi :-), peralatan selam mutakhir yang memungkinkan penyelam bergerak secara lincah, kapal cruise Disco Volante yang menyimpan hydrofoil di bagian depannya, dan ledakan dengan bahan bakar roket untuk menghancurkan hydrofoil tersebut (ledakannya konon memecahkan kaca-2 jendela di dekat lokasi shooting). Berkat prestasi penggunaan teknologi ini Thunderball berhasil memenangkan Oscar untuk Best Visual Effects. Selain yang disebutkan di atas, Thunderball juga meninggalkan Luciana Paluzzi sebagai Bond girl pertama yang betul-2 villainess -- berperan sebagai Bond girl sekaligus hench(wo)man.

* 7.7/10





Thunderball dapat anda temukan di eBay.com

Friday, 21 September 2012

Goldfinger

Resensi Film: Goldfinger (7.8/10)

Tahun Keluar: 1964
Negara Asal: UK
Sutradara: Guy Hamilton
Cast: Sean Connery, Gert Fröbe, Honor Blackman, Harold Sakata, Shirley Eaton

Plot: James Bond dikirim ke Swiss untuk menyelidiki keterlibatan Auric Goldfinger, seorang pedagang emas, dalam penyelundupan emas dan menemukan rencana Golfinger yang lebih besar untuk membobol Bullion Depository*) di Fort Knox, Kentucky, AS (IMDb).

*) Bullion Depository = tempat penyimpan emas negara

Dengan anggaran sebesar total jumlah anggaran Dr. No (1962) plus From Russia with Love (1963), Goldfinger adalah film Bond pertama yang mencapai status blockbuster. Setelah menggarap dua film Bond yang mendatangkan kesuksesan komersial untuk produser Harry Saltzman dan Albert R. Broccoli, Terence Young konon minta kenaikan gaji untuk mengarahkan film ini; akibatnya dia dipecat dan digantikan oleh Guy Hamilton :-) Setelah menggarap film ini Hamilton mengarahkan tiga film Bond yang lainnya, yaitu: Diamonds Are Forever (1971), Live and Let Die (1973), dan The Man with the Golden Gun (1974).

Bersetting di Swiss, Florida, dan Kentucky, Goldfinger mempunyai script yang ketat dan plot yang "entertainingly preposterous" (betul-2 "edan"!) -- merampok Fort Knox?! :-), saat itu, bahkan sampai sekarang, belum pernah ada film yang plotnya merampok tempat penyimpan emas negara di Fort Knox, yang notabene terletak di tengah-2 kompleks militer AS. Selain itu, meskipun hanya merupakan film Bond yang ketiga, Goldfinger berhasil meninggalkan karakter-2 yang legendaris, antara lain:

1) Shirley Eaton, sebagai Bond girl, Jill Masterson.
Walaupun tampil hanya beberapa menit saja, scene Eaton tergulai mati di ranjang dengan sekujur tubuhnya dicat keemasan berhasil menjadi scene yang iconic yang sampai saat ini tidak tertandingi oleh film-2 Bond, atau bahkan film-2, yang lainnya. Pengambilan gambarnya dilakukan secara tastefully (!) Scene yang iconic ini memperoleh accolade/pujian dengan ditampilkan sebagai cover majalah LIFE pada bulan November 1964. Scene ini di-reprise oleh Gemma Arterton dalam Quantum of Solace (2008), dengan sekujur tubuhnya dilumuri minyak mentah. Sejak itu, selalu ada Bond girl yang tewas di tangan musuh Bond.

2) Honor Blackman, sebagai Bond girl (juga), Pussy Galore (pardon me!).
Dengan nama yang ''nyrempet-2 bahaya" dan penampilan yang frigid, tetapi flashy, Blackman bertahan di urutan nomor 2 Top Bond Girls -- setelah Ursula Andress dalam Dr. No. Mula-2, karena khawatir tidak lulus sensor, nama Pussy diusulkan diganti dengan Kitty: Pussy = Kitty = anak kucing. Tetapi akhirnya diputuskan tetap, dengan argumen bahwa penonton di bawah umur tidak akan mengerti arti yang lain dari kata tersebut. Tetapi di AS, semua poster Goldfinger tidak boleh menampilan nama tersebut, tetapi menulisnya dengan nama "Miss Galore" :-)

3) Harold Sakata, sebagai henchman (orang suruhan) dari musuh Bond, Oddjob.
Dengan nama yang menggelikan dan penampilan yang unik: oriental, kekar, kuat (remasan tangannya bisa menghancurkan bola golf! :-)), bertopi bowler (lemparan topinya bisa mematahkan kepala patung batu! :-)), tidak pernah mengucapkan satu kata-pun, dan setia terhadap majikannya, pemegang medali perak angkat besi Olimpiade kelahiran Hawaii ini adalah salah satu dari henchman-2 yang paling iconic. Di Indonesia, pada tahun 1970-an kita mengenal Sakata dalam iklan obat batuk hitam Vicks Formula 44! :-) Ada yang ingat?

4) Gert Fröbe, sebagai musuh Bond, Auric Goldfinger.
Dengan penampilan yang gendut dan sinister, Fröbe adalah salah satu dari musuh-2 Bond yang paling well-cast.

Selain yang disebutkan di atas, Goldfinger juga menampilkan scene-2 yang fun dan memorable, antara lain:

1) Pertandingan golf antara Goldfinger dan Bond, dengan kejutan di akhir kontes.
2) Kemunculan pertama mobil Aston Martin DB5 sebagai mobil yang disukai Bond.
3) Dua agen CIA menunggu di depan (dan makan di) rumah makan Kentucky Fried Chicken! :-)
4) Last but not least, lagu tema dengan judul yang sama, diciptakan oleh John Barry dan dinyanyikan oleh Shirley Bassey, sampai saat ini bertahan di urutan nomor 1 Top Bond Songs.

Jika anda penggemar Bond, Goldfinger -- film Bond pertama yang memenangkan Oscar, yaitu untuk Best Sound Effect Editing -- is a must see movie for you!

* 7.8/10

Goldfinger dapat anda temukan di eBay.com

Sunday, 16 September 2012

From Russia with Love

Resensi Film: From Russia with Love (7.5/10)

Tahun Keluar: 1963
Negara Asal: UK
Sutradara: Terence Young
Cast: Sean Connery, Daniela Bianchi, Pedro Armendáriz, Lotte Lenya, Robert Shaw

Plot: James Bond dikirim ke Istambul untuk membantu Tatiana Romanova, seorang staf kedutaan besar Rusia di Turki, membelot ke Barat seraya menyelundupkan mesin cryptography*) Lektor keluar, tidak menyadari organisasi kriminal SPECTRE berada di balik konspirasi ini untuk membalas dendam atas kematian Dr. No, sekaligus mengadu domba antara Rusia dan sekutu (IMDb).

*) Cryptography = Encryption/decryption untuk mengirim/menerima informasi rahasia.

Ingin melanjutkan kesuksesan Dr. No (1962), From Russia with Love dibuat dengan memastikan semua elemen yang disukai penonton dalam Dr. No ada dalam film ini, dan diperhalus -- dibuat lebih sophisticated. Kalau Dr. No hanya menerima anggaran satu juta dollar saja, produser Harry Saltzman dan Albert R. Broccoli kali ini berani mengeluarkan double, yaitu dua juta dollar :-) -- padahal Dr. No berhasil meraup sekitar 60 juta dollar dari box-office (!) (produser James Bond terkenal sebagai produser yang pelit, bahkan sampai sekarang :-)) Kalau Dr. No hanya bersetting di Jamaica yang lusuh dan kumuh, film ini bersetting di Istambul, Turki yang eksotik dan Venice, Itali yang romantik. Dengan anggaran yang lebih longgar, production design-nya lebih mahal, menghasilkan set yang secara keseluruhan lebih sophisticated -- termasuk, opening credits-nya diperhalus, bond theme-nya diperindah aransemennya, Sean Connery juga tampil lebih rileks, percaya diri, dan elegan.

Selain yang disebutkan di atas, plotnya juga diperdalam, menghasilkan cerita yang lebih kompleks. Organisasi kriminal SPECTRE, strukturnya lebih diungkapkan: pemimpinnya diungkapkan dipanggil dengan sebutan "Number 1", sedang para asistennya -- urut berdasarkan rankingnya -- dipanggil dengan sebutan "Number 2", "Number 3", dan seterusnya ... :-) Dalam film ini "Number 1" tidak ditampilkan wajahnya, hanya ditampilkan lengan dan tangannya saja :-) -- mungkin untuk menciptakan suspense untuk film-2 Bond selanjutnya. Sekutu Inggris, siapa saja sekutu Inggris lebih diungkapkan: ternyata tidak hanya CIA saja -- dalam Dr. No, Felix Leiter dari CIA; dalam film ini, Ali Kerim Bey (Pedro Armendáriz) dari Station T/perwakilan lokal MI6 di Istambul. Henchman (orang suruhan) dari villain lebih dipertangguh: dalam Dr. No, Professor Dent dengan begitu mudah dikalahkan oleh Bond; dalam film ini, Red Grant (Robert Shaw) adalah henchman yang tangguh, tahan banting, musuh yang seimbang dengan Bond. Lagu tema juga mulai diperkenalkan: dalam film ini lagu tema bertemakan cinta diciptakan oleh John Barry. Selama kariernya, Barry menciptakan lagu tema untuk 10 film Bond. Last but not least, aktor Desmond Llewelyn pertama kali tampil dalam film ini, tetapi tidak dipanggil dengan Q, tetapi disebutkan sebagai "from Q Branch". Selama kariernya, Llewelyn tampil hampir dalam setiap film Bond, persisnya 16 kali, kecuali dalam Live and Let Die (1973), sampai terakhir kali dalam The World Is Not Enough (1999) -- pada bulan Desember 1999 dia meninggal dunia (RIP).

Lebih baik dari segi production design dan cerita daripada Dr. No, From Russia with Love meninggalkan scene-2 memorable, antara lain:

1) Gypsy fight.
Dua wanita gypsy bertarung bagaikan gladiator untuk memperebutkan pria yang mereka cintai. Scene ini betul-2 kocak :-)

2) Rosa Klebb (!), "Number 2"-nya SPECTRE.
Moga-2 penonton Rusia jaman sekarang mempunyai sense of humour yang tinggi melihat bagaimana Inggris/AS jaman dulu (mungkin sampai jaman sekarang???) membayangkan bagaimana pejabat tinggi wanita Rusia nampak. Karena paling tidak Tatiana Romanova seratus delapan puluh derajat kebalikan dari atasannya tersebut :-)

* 7.5/10

From Russia with Love dapat anda temukan di eBay.com

Thursday, 13 September 2012

Top Hat

Resensi Film: Top Hat (8.2/10)

Tahun Keluar: 1935
Negara Asal: USA
Sutradara: Mark Sandrich
Cast: Fred Astaire, Ginger Rogers, Edward Everett Horton, Helen Broderick

Plot: Jerry Travers, seorang entertainer/tap dancer, bersama Horace Hardwick, produsernya, datang ke London untuk mengadakan pertunjukan. Di kamar hotel Jerry mendemonstrasikan langkah-2 barunya dalam tap dancing kepada Horace, tidak menyadari hentakan kakinya membangunkan Dale Tremont, seorang fotomodel, yang sedang tidur di kamar di bawah kamarnya. Kontan saja Dale menelpon manajer hotel dan complain tentang gangguan tersebut. Ketika Horace turun ke bawah untuk menemui manajer hotel, Dale naik ke atas untuk mengkonfrontasi Jerry. Ketika Dale masuk ke kamarnya, Jerry jatuh cinta dengan Dale pada pandangan pertama. Sementara Jerry berusaha menaklukkan hati Dale, komplikasi muncul ketika Dale menyangka Jerry adalah Horace -- suami teman akrabnya, Madge (IMDb).

Meskipun plot yang timbul dari salah identitas ini cepat menjadi tipis, scriptnya efisien -- maksudnya, menyediakan dialog yang pandai dan lucu, dan membangkitkan tawa. Dengan kata lain, justru baik untuk film sejenis ini karena kalau plotnya tebal justru akan mengambil perhatian dari dua atraksi utamanya yang membuat film ini nikmat dan menakjubkan untuk ditonton, yaitu Fred Astaire dan Ginger Rogers (!) Para pakar dansa setuju, tap dancing dari Astaire dan Rogers mempunyai teknik yang kompleks dan choreography yang indah. Astaire sendiri menunjukkan betapa versatile dan creative-nya dirinya -- sebagai contoh: dia sering menggunakan prop (barang-2 yang terletak di sekitarnya) dalam rutin dansanya, misalnya tepukan tangan di meja, sepakan kaki di dinding, pasangan dansa dengan vas bunga atau tongkat, dll. Dan yang membuat rutin dansa tersebut bahkan menakjubkan adalah mereka membuatnya kelihatan mudah dan alami. Mereka dengan sempurna "in tune" dalam setiap sequence dansanya -- betul-2 mengambil nafas anda (!) :-) Selain itu, musical scores dari Irving Berlin betul-2 memikat hati: "Isn't This a Lovely Day (to Be Caught in the Rain)?", "Top Hat, White Tie and Tails", dan siapa yang tidak ingat "Cheek to Cheek" yang klasik. Anggota cast yang lain juga tampil mempesona: Edward Everett Horton meyakinkan sebagai Horace, suami yang penakut tetapi "licin" :-), Helen Broderick tampil cool sebagai Madge, istri yang pasrah terhadap "kelicinan" suaminya :-), sedang Eric Blore mengesankan sebagai Bates, pembantu yang eksentrik, dan Erik Rhodes tampil theatrical sebagai Alberto Beddini, fashion designer Itali yang dramatis. Masing-2 memperoleh kesempatan untuk bersinar. Dan perhatikan wanita muda di toko bunga ... dia adalah Lucille Ball (!), ya betul, the future Queen of Comedy.

Bersetting di London dan Venice, tetapi sama sekali tidak mirip seperti London dan Venice :-), Top Hat mempunyai production design yang megah dan mewah -- secara keseluruhan, set decorationnya menggunakan gaya Art Deco. Tiga sequence dansa paling berkesan untuk penulis adalah: 1) Di awal film, Astaire tap dancing, tidak menyadari hentakan kakinya membangunkan Rogers yang sedang tidur di kamar di bawah kamarnya -- kamera bergerak ke bawah, melewati lantai antara kamar Astaire dan kamar Rogers. Beberapa saat kemudian, Astaire menaburkan pasir di lantai kamarnya, melanjutkan tap dancing di atas pasir, seraya me-'ninabobo'-kan Rogers. 2) Diiringi lagu "Top Hat, White Tie and Tails", Astaire berdansa solo dengan tongkatnya, diakhiri dengan Astaire "menembak" satu per satu penari background-nya dengan tongkat tersebut. 3) Diiringi lagu "Cheek to Cheek", Astaire men-serenade Rogers dengan rutin dansa paling kompleks dan paling indah.

Top Hat dengan mudah adalah film terbaik dari sepuluh film Astaire dan Rogers. Pada tahun 1990, film ini terpilih masuk dalam klasifikasi "culturally, historically, or aesthetically significant" dalam United States National Film Registry.

* 8.2/10

Top Hat dapat anda temukan di eBay.com

Wednesday, 12 September 2012

The Artist

Resensi Film: The Artist (8.2/10)

Tahun Keluar: 2011
Negara Asal: France, Belgium, USA
Sutradara: Michel Hazanavicius
Cast: Jean Dujardin, Bérénice Bejo, John Goodman, James Cromwell, Uggie the Dog

Plot: Seorang bintang film bisu bertemu dengan seorang aktres pendatang baru, tetapi kedatangan teknologi suara dalam industri perfilman mengirim karier mereka ke arah yang berlawanan (IMDb).

Sebagai penggemar film klasik, tahun 2012 adalah tahun yang membahagiakan. Bagaimana tidak, anggota Academy of Motion Picture Arts and Sciences di Hollywood ternyata adalah penggemar film klasik! Yippee! :-) Walaupun tidak tahu siapa Michel Hazanavicius ini, penulis yakin -- seyakin-2nya, bahwa dia adalah penggemar film klasik! Melihat hasil karyanya, penulis dapat menebak dia adalah penggemar Sunset Boulevard (1950) karya Billy Wilder. Dia juga penggemar film-2 bisu superhero Douglas Fairbanks, misalnya The Mark of Zorro (1920), Robin Hood (1922), atau The Thief of Bagdad (1924); film-2 detektif/whodunit trio William Powell, Myrna Loy, dan Asta the Dog (!) dalam trilogi The Thin Man (1934, 1936, 1945); film-2 musical duo tap-dancer Fred Astaire dan Ginger Rogers, misalnya The Gay Divorcee (1934), Top Hat (1935), atau Shall We Dance (1937); dan film-2 musical generasi penerus Astaire, Gene Kelly, misalnya On the Town (1949), An American in Paris (1951), atau Singin' in the Rain (1952). Menyaksikan film ini, penulis merasakan betapa dalamnya kecintaan Hazanavicius terhadap film-2 klasik.

George Valentin (Jean Dujardin) adalah superstar film-2 bisu superhero dengan kharisma bagaikan Douglas Fairbanks*). In fact, nasibnya dalam film ini sama seperti nasib Fairbanks dalam kenyataan -- kariernya merosot drastis sejalan dengan kedatangan teknologi suara dalam industri perfilman. Tetapi di sini George Valentin juga memiliki kharisma seperti Fred Astaire dan Gene Kelly, dia bisa tap dancing (!) Dengan menutup setengah badan bagian atas dengan sebuah layar, Hazanavicius dengan sangat witty (pandai dan lucu) menangkap scene dia menirukan gerakan tap dancing Peppy Miller (Bérénice Bejo). Dan tidak hanya itu, George Valentin juga mempunyai teman setia, seekor anjing -- jack russell terrier, Uggie the Dog, dengan intelijensia dan pesona seperti Asta the Dog! Lagi-2 Hazanavicius dengan sangat witty menangkap scene Valentin, ketika dia duduk di depan meja makan, menirukan tingkah laku teman setianya itu. Ampun dech, lucuuu banget!

*) Douglas Fairbanks (1883 - 1939) adalah salah satu pendiri studio United Artists. Dia juga tercatat dalam sejarah Hollywood sebagai salah satu pendiri Academy of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS). In fact, dia adalah pembawa acara dalam perayaan Oscar pertama pada tahun 1929.

Merupapakan homage (pujian dan penghargaan) terhadap film klasik, khususnya era film bisu, Hazanavicius (juga merangkap sebagai penulis script) menyajikan cerita yang ada dengan kecintaan yang dalam dan sensitivitas yang tinggi. Dan ini tercermin dalam set decoration yang genuine/asli, costume design yang otentik, dan cinematography B/W yang lembut. Musical score dari Ludovic Bource juga mengingatkan penonton pada trio "godfathers of film music" -- Alfred Newman, Max Steiner, dan Dimitri Tiomkin. Selain dua scene yang telah disebutkan di atas, scene-2 paling berkesan untuk penulis adalah: 1) George Valentin termenung sendirian di dalam kamar riasnya dan panik ketika menemukan semua yang dia sentuh menghasilkan suara, tetapi dia sendiri tidak mampu menghasilkan suara. 2) George Valentin berdiri sedih di depan kaca etalase sebuah toko jas dan membayangkan dirinya mengenakan tuxedo yang dipajang di dalam etalase tersebut. 3) Uggie the Dog, dua kali menyelamatkan nyawa majikannya: pertama, ketika George Valentin hampir saja membakar habis rumahnya; kedua, ketika dia hampir saja mengakhiri hidupnya.

Memenangkan 5 Oscar untuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Aktor Terbaik, Musik Terbaik, dan Kostum Terbaik, The Artist adalah film untuk anda yang mencintai film klasik dan siapa saja yang mempunyai empati terhadap mereka yang gamang terhadap perubahan.

* 8.2/10

The Artist dapat anda temukan di eBay.com

Saturday, 8 September 2012

Dr. No

Resensi Film: Dr. No (7.4/10)

Tahun Keluar: 1962
Negara Asal: UK
Sutradara: Terence Young
Cast: Sean Connery, Ursula Andress, Joseph Wiseman

Plot: James Bond dikirim ke Jamaica untuk mengusut hilangnya seorang agen Inggris yang sedang menyelidiki koneksi antara kegiatan misterius di sebuah pulau kecil di pantai Jamaica dan kegiatan sabotase terhadap program antariksa AS di Cape Canaveral (IMDb).

Dibuat dengan ekspektasi yang rendah, Dr. No dibuat dengan anggaran sebesar satu juta dollar saja! Bahkan untuk ukuran tahun 1962, satu juta dollar adalah jumlah yang kecil untuk pembuatan sebuah film. Di luar dugaan, penonton ternyata terkesima dengan hasilnya! Mempertimbangkan novel aslinya, karya Ian Fleming, yang cukup gelap -- sex and violence and so on, yang jika disajikan dengan secara blak-2an/gaya realism bakalan tidak lulus sensor -- saat itu Hollywood menerapkan aturan sensor Motion Picture Production Code (MPPC)/Hays Code, sutradara Terence Young memutuskan membumbui cerita yang ada dengan humor yang cukup dan khususnya men-stylize karakter-2nya. Hasilnya, sweet escapism! Kesuksesan tak terduga film ini melestarikan resep/ramuan Young tersebut, yang kemudian terus digunakan dalam film-2 Bond selanjutnya, bahkan sampai saat ini.

Walaupun production design-nya rada kaku dan kasar (gara-2 anggaran yang minim), Dr. No berhasil meletakkan elemen-2 dasar untuk film-2 Bond selanjutnya. Opening credits: gun barrel sequence dan main title sequence, keduanya highly stylized, diciptakan oleh Maurice Binder, terus digunakan sampai saat ini. Bond theme: musik bebop-swing diiringi dengan petikan gitar listrik yang vicious, dark, dan distorted, ditulis oleh Monty Norman, diaransir oleh John Barry, juga terus digunakan sampai saat ini. Bond's character: suave (berbudaya) & sophisticated (berselera); tuxedo & vodka martini, 'shaken, not stirred'. Bond's introduction: "Bond, James Bond." Bond's boss: M, yang pada tahun 1995 untuk pertama kalinya diperankan oleh wanita. M's secretary: Miss Moneypenny*), satu-2nya cewek yang tidak pernah naik ranjang dengan Bond ... :-), bahkan sampai terakhir kalinya karakter ini muncul pada tahun 2002. Bond girls: tipe cewek yang hanya ada dalam impian, tidak pernah riel :-) Gadgets/weaponry: peralatan spionase yang canggih/aneh dan senjata genggam yang sederhana. Karakter Q belum ada dalam film ini (dipanggil dengan "the armourer"), tetapi baru muncul dalam film Bond kedua, From Russia with Love (1963). Organisasi kriminal: oknum, bukan negara! Pada jaman dimana studio Hollywood menggambarkan musuh AS adalah negara-2 yang bermusuhan dengan AS, studio Pinewood di Inggris dengan berani menggambarkan musuh AS adalah oknum, bukan negara, apalagi ideologi. Semua musuh Bond adalah oknum, tidak pernah negara atau ideologi, misalnya oknum China, oknum Rusia, dan lain sebagainya -- mereka semua tidak bekerja untuk negara atau ideologi negaranya, tetapi untuk kepentingan diri sendiri: maniak, haus kekuasaan, haus kekayaan.

*) Sadarkah anda bahwa mulai tahun 2006, Casino Royale, karakter Miss Moneypenny tidak lagi ditampilkan?! Why? Padahal karakter ini sudah menjadi bagian integral/tak terpisahkan dari film-2 Bond.

Selain meletakkan elemen-2 dasar untuk film-2 Bond selanjutnya, Dr. No somehow berhasil meninggalkan scene-2 legendaris, yaitu:

1) Ursula Andress muncul dari laut mengenakan bikini berwarna putih.
Sampai saat ini Andress sebagai Honey Ryder tetap bertahan di urutan nomor 1 Top Bond Girls, padahal dia muncul di film satu jam setelah film dimulai! Scene ini di-reprise oleh Halle Berry dalam Die Another Day (2002).

2) Joseph Wiseman muncul di film 1 jam 20 menit setelah film dimulai! :-)
Setelah penonton menunggu ingin melihat bagaimana sich Dr. No yang misterius ini, Wiseman memuaskan perasaan suspense tersebut dengan penampilannya yang aneh dan unik -- karakternya mengatakan bahwa dia adalah keturunan antara misionaris Jerman dan wanita Chinese ... :-) Hasilnya, dalam film-2 Bond selanjutnya, musuh-2 Bond selalu tampil aneh dan unik.

Despite production design yang nampak kaku dan kasar, jika anda penggemar Bond, anda perlu menonton film Bond yang pertama ini.

* 7.4/10

Dr. No dapat anda temukan di eBay.com

Thursday, 6 September 2012

The King and I

Resensi Film: The King and I (7.8/10)

Tahun Keluar: 1956
Negara Asal: USA
Sutradara: Walter Lang
Cast: Deborah Kerr, Yul Brynner, Rita Moreno

Plot: Pada tahun 1862 Anna Leonowens datang ke Kerajaan Siam (sekarang Thailand) untuk menjadi guru privat anak-2 Raja Mongkut (IMDb).

Berdasarkan kisah nyata dari Anna Leonowens, The King and I adalah adaptasi dari teater musical dengan judul yang sama karya duet penulis musik dan lirik Richard Rogers dan Oscar Hammerstein II -- yang in fact merupakan adaptasi dari film Anna and The King of Siam (1946) yang dibintangi oleh Irene Dunne, Rex Harrison, dan Linda Darnell. Script-nya lumayan patuh dengan cerita aslinya, walaupun di beberapa bagian diubah menjadi lebih lembut/gentle, misalnya: karakter Louis (anak laki-2 Anna) dan karakter Tuptim (istri muda Raja Mongkut) survive dalam versi musical ini. Production design yang mahal berhasil menampilkan cinematography layar lebar berwarna yang glorious, costume yang indah, dan setting yang kaya. Namun demikian, dari segi cerita penulis lebih menyukai film pendahulunya yang script-nya lebih padat dan berisi, yang dalam versi musical ini terpaksa disederhanakan untuk mengakomodasi musik dan lirik tersebut. Namun demikian, (again) :-) musik dan lirik dari Rogers dan Hammerstein dan koreografi yang indah yang mendampingi setiap alunan melodi tersebut berhasil 'nempuhi' kekurangan tersebut -- misalnya, dua lagunya yang paling terkenal, yaitu: "Getting To Know You" dan "Shall We Dance."

Pada tahun 1862 Anna Leonowens (Deborah Kerr), seorang janda, datang ke Kerajaan Siam (sekarang Thailand) untuk menjadi guru privat anak-2 Raja Mongkut (Yul Brynner). Sang Raja adalah seorang poligamis dan istri-2nya memberinya lusinan anak -- dan semuanya di bawah usia 12 tahun! :-) Istri terbarunya, hadiah dari Burma, adalah Tuptim (Rita Moreno); tetapi Tuptim terlanjur jatuh cinta dengan pria yang membawanya ke Siam, Lun Tha (Carlos Rivas). Walaupun 180 derajat berbeda dalam budaya, Anna dan sang Raja mempunyai kemiripan yang sangat dekat, yaitu keduanya sama-2 keras kepala (!) :-) Setelah melalui omong-2, "tarik-ulur", yang alot di segala hal (termasuk Kitab Suci dan Nabi Musa), Anna berhasil memperoleh respect/hormat dari sang Raja. Selanjutnya, peran Anna meningkat tidak hanya sebagai guru privat untuk anak-2 (dan istri-2) nya, tetapi sebagai penasehat dekat sang Raja -- khususnya dalam urusan dengan luar negeri. Dalam satu kesempatan, Anna diberi tugas untuk meng-impress delegasi dari Inggris yang konon berencana menguasai Siam kalau mereka menemukan sang Raja adalah seorang barbar. Dalam bagian ini, kita menemukan sequence-2 paling menarik dari film musical ini, yaitu: 1) Raja Mongkut menjadi cemburu melihat asisten duta besar Inggris, Sir Edward Ramsay (Geoffrey Toone), berdansa dengan Anna sebelum pesta dimulai; apalagi setelah mengetahui pria tersebut pernah melamar Anna -- tanpa tedeng aling-2 sang Raja membentak dengan marah sambil menuding: "Dancing, after dinner!!! " :-) 2) Play-within-a-play dimana Tuptim membawakan cerita "Uncle Tom's Cabin" karya Harriet Beecher Stowe dengan tari-2an bergaya Siam -- yang merupakan kritik terhadap sang Raja untuk melepaskan dirinya dari perbudakan. 3) Setelah pesta selesai, dansa antara Anna dan sang Raja diiringi dengan lagu "Shall We Dance."

Kerr (menyanyinya di-dubbing oleh Marni Nixon) tampil mempesona, tetapi Brynner berhasil mencuri perhatian penonton dengan penampilannya yang ilusif dan pembawaannya yang unik. Brynner mencukur bersih kepalanya untuk perannya sebagai Raja Mongkut -- penonton di seluruh dunia selamanya mengenal Brynner dengan penampilan ilusif ini. Dalam sepanjang kariernya Brynner tampil lebih dari 4000 kali dalam teater musical cerita ini. In the process, Brynner memenangkan Oscar untuk Aktor Terbaik dalam film ini.

* 7.8/10

The King and I dapat anda temukan di eBay.com

Tuesday, 4 September 2012

It's Complicated

Resensi Film: It's Complicated (7.0/10)

Tahun Keluar: 2009
Negara Asal: USA
Sutradara: Nancy Meyers
Cast: Meryl Streep, Steve Martin, Alec Baldwin

Plot: Ketika menghadiri acara wisuda anaknya, sepasang eks -- one thing led to another -- membangkitkan kembali api asmara di antara mereka. Satu kesempatan yang merupakan "kecelakaan" tersebut ternyata berkelanjutan menjadi affair serius. Masalahnya, si eks suami sudah menikah lagi dan si eks istri sudah terbiasa hidup sebagai wanita single (IMDb).

Pertama, apresiasi. Menurut organisasi riset pemasaran AC Nielsen, demografi terbesar dari pengunjung gedung bioskop adalah pria berusia 18 sampai 35 tahun. Konsekuensinya, film-2 yang diproduksi juga terbanyak untuk penonton dalam demografi tersebut. Kalau dipikir-2, kasihan nich jadi penonton yang jatuh di luar demografi tersebut -- apalagi penonton yang mulai menginjak usia setengah baya. Mosok mereka tidak diberi hiburan? Padahal kelompok ini jumlahnya (semakin) banyak (khususnya di negara-2 Barat yang mengalami 'aging population') dan mereka mempunyai kemampuan finansial (setelah anak-2nya meninggalkan rumah dan tidak menjadi beban lagi) untuk memperoleh hiburan. Mungkin pertimbangan inilah yang ada dalam benak Nancy Meyers, sang sutradara, merangkap penulis, sekaligus produser, dari film ini. Melihat catatan karier dari Meyers, dia nampaknya menulis cerita yang sesuai dengan usianya, misalnya: ketika dia berusia 30-an, dia menulis Private Benjamin (1980) -- cerita tentang wanita yang frustrasi dalam hidup percintaannya; ketika berusia 40-an, menulis remake Father of the Bride (1991) -- cerita tentang ayah yang pusing mempersiapkan acara perkawinan putrinya; dan ketika berusia 50-an, menulis Something's Gotta Give (2003) -- cerita tentang pria berusia 60-an jatuh cinta dengan wanita berusia 50-an. Film terbaru Meyers ini mungkin dibuat untuk mengulang kesuksesan Something's Gotta Give. Dari segi finansial film ini hampir menyamai kesuksesan box-office film sebelumnya, tetapi dari segi cerita dan akting tidak dapat mengalahkannya. Apresiasi juga perlu diberikan kepada Meryl Streep yang tidak takut berakting sesuai dengan usianya -- dia tidak memerlukan body-double untuk menghindari lemak di beberapa bagian tubuhnya. Alec Baldwin juga, berani mengolok-2 dada dan perutnya sendiri yang sama sekali sudah gak seksi lagi :-) Sayangnya, justru Steve Martin-lah yang wajahnya kelihatan plasticky :-)

Kedua, kritik. Dibandingkan dengan Something's Gotta Give, ceritanya predictable (mudah ditebak) dan karakterisasinya juga kurang dalam. Dari segi akting, Meryl Streep dapat menyamai pesona Diane Keaton; tetapi Streep di sini tampil rileks, nuanced, laid-back, menempatkan karakternya dalam posisi "hanyut ikut arus" (tetapi protes dalam hati), sedang Keaton tidak pernah melepaskan feminisme-nya, menempatkan karakternya dalam posisi "pegang kendali" -- so, memberi karakternya tepi yang lebih tajam. Alec Baldwin, walaupun tampil lucu dan menyenangkan, tidak dapat menyamai pesona Jack Nicholson yang justru tampil sebaliknya: irritating dan menggemaskan -- sekali lagi, memberi karakternya tepi yang lebih tajam. Akibatnya, chemistry antara Streep dan Baldwin tidak "semeletup" atau semenarik chemistry pasangan Keaton/Nicholson. Sedang karakter yang dimainkan Steve Martin terasa kurang berperan (under-developed/under-used). Untungnya, akhir ceritanya masuk akal dan tidak terjebak dalam Hollywood happy ending.

Dengan production design kota Santa Barbara dan arsitektur peninggalan Spanyol-nya yang hangat dan eksotik dan set decoration dapur koki yang elegan (dan istri yang pandai masak!), ya ... penonton percaya mengapa si eks suami ingin kembali ke cinta lamanya.

* 7.0/10




It's Complicated dapat anda temukan di eBay.com