Resensi Film: Saboteur (***/4)
Tahun Keluar: 1942
Negara Asal: USA
Sutradara: Alfred Hitchcock
Cast: Priscilla Lane, Robert Cummings, Otto Kruger, Norman Lloyd
Plot: Didakwa melakukan sabotase di tempat kerjanya, Barry Kane melarikan diri dan menjadi buronan (
IMDb).
Setelah menyelesaikan tiga film di luar Davd O. Selznick, Alfred Hitchcock menyusun ide cerita untuk bossnya -- berdasarkan film sebelumnya di Inggris, The 39 Steps (1935), tetapi sekarang bersetting di Amerika, berjudul Saboteur. Setelah scriptnya selesai, Selznick ternyata menjual script tersebut ke produser lain, Frank Lloyd; menimbulkan ketegangan di antara keduanya (Hitchcock merasa Selznick meragukan kemampuannya). Di bawah produser Lloyd, film ini menghadapi anggaran yang ketat, yang menjelaskan mengapa anggota cast-nya tidak ternama -- Hitchcock mula-2 menginginkan Gary Cooper dan Barbara Stanwyck, tetapi akhrnya hanya mendapatkan Robert Cummings dan Priscilla Lane (film mereka yang dijadwalkan sebelumnya dibatalkan, karena itu mereka dimasukkan ke proyek ini). Tetapi Lloyd sempat memanggil penulis ternama, Dorothy Parker, untuk menambah dialog-2 penting ke dalam script yang ada. Sama seperti Foreign Correspondent (1940), Saboteur adalah film propaganda perang -- dibuat ketika Perang Dunia ke 2 sedang berkecamuk dan masyarakat AS sedang berdebat tentang keterlibatan mereka dalam perang tersebut.
Saboteur dimulai dengan Barry Kane (Robert Cummings) dan temannya berjalan keluar dari tempat kerja mereka menuju tempat istirahat untuk makan malam. Tanpa disengaja, temannya menabrak pekerja lain yang tidak mereka kenal, Frank Fry (Norman Llyod). Beberapa saat kemudian, kebakaran pecah di tempat kerja mereka. Kane, temannya, dan pekerja-2 yang lain cepat-2 lari menuju tempat tersebut untuk memadamkan api. Fry memberi Kane alat pemadam kebakaran, yang kemudian dia berikan ke temannya. Alat tersebut ternyata berisi bensin; kontan saja kebakaran menjadi semakin parah dan temannya tewas terlalap api. Ketika diinterogasi oleh polisi, Kane mengatakan bahwa Fry-lah yang memberinya alat tersebut; tetapi di tempat tersebut ternyata tidak ada pekerja yang bernama Fry. Kane menjadi terdakwa; dia kemudian melarikan diri dan menjadi buronan.
Dalam pelariannya, Kane mengikuti jejak Fry ke sebuah peternakan di luar kota -- pemilik peternakan tersebut ternyata adalah anggota dari kelompok yang melakukan sabotase. Melarikan diri dari kejaran kelompok tersebut dan polisi, Kane bersembunyi di sebuah rumah kecil yang dihuni oleh pria tua yang buta. Mengetahui dia sedang dalam kesulitan, pria tua itu menyambutnya dengan ramah. Percaya bahwa dia tidak bersalah, pria tua itu kemudian meminta keponakannya, Patricia Martin (Priscilla Lane), untuk mengantarkan dia ke temannya, seorang pandai besi, untuk melepas borgol di pergelangan tangannya.
|
Robert Cummings & Priscilla Lane |
Setelah melalui persitegangan, Kane dan Martin akhirnya sepakat mengikuti jejak Fry selanjutnya ke sebuah kota kecil bernama Soda City. Di sana, mereka menemukan informasi tentang kelompok tersebut. Sebelum sempat meninggalkan tempat tersebut, mereka kepergok dua anggota yang lain dari kelompok tersebut. Kane tertangkap, tetapi kemudian berhasil meyakinkan penangkapnya bahwa dia juga anggota dari kelompok tersebut. Martin berhasil menyelinap keluar dan melarikan diri. Kane kemudian pergi bersama kelompok tersebut ke New York City. Di sana, dia menemukan bahwa Martin telah tertangkap oleh kelompok tersebut, dan target sabotase berikutnya adalah sebuah kapal yang akan diluncurkan keesokan harinya. Kane berhasil meloloskan diri, tetapi tidak berhasil menyelamatkan kapal tersebut (dia tertangkap lagi oleh kelompok tersebut). Sementara itu, Martin berhasil meloloskan diri dari gedung dimana dia disekap dan menghubungi polisi. Ketika kelompok tersebut membawa Kane ke tempat persembunyiannya, polisi telah menunggu mereka. Fry melarikan diri ke patung Liberty; Kane dan Martin mengejarnya terus sampai ke atas monumen. Setelah konfrontasi dengan Kane, Fry akhirnya terjatuh dari atas monumen.
Hitchcock pernah berkata:
Menurut saya, scriptnya kurang disiplin. Ketika script disusun, saya tidak melakukan pendekatan yang rapi dan tajam. Ada begitu banyak ide, dan ide-2 tersebut tidak diatur dengan baik, tidak dipilih dengan selektif. Sebelum shooting dimulai, saya merasa seluruh script perlu dirapikan dan ditajamkan.
Kekurang-disiplinan tersebut tercermin dalam setting yang beraneka-ragam yang memusingkan, anggota cast pendukung yang muncul sebentar dan kemudian menghilang selamanya -- membuat suspense tidak tersusun dengan baik, dan narasi yang kurang koheren. Plot utamanya juga terasa lemah; misi tokoh utamanya berubah dari personal (membersihkan nama) menjadi patriotik (menghentikan kelompok sabotase), dan alasan kelompok sabotase mengapa mereka berpihak pada musuh juga tidak jelas. Dialog-2 sumbangan dari Dorothy Parker betul-2 standout (berkualitas sastra), misalnya scene Kane bertemu dengan pria tua yang buta dan scene Kane dan Martin bertemu dengan rombongan sirkus yang eksentrik -- saking bagusnya, tulisan Parker tersebut terasa out of place dengan dialog-2 yang lain. Sedang dialog-2 yang lain terasa dated -- cocok untuk jamannya, tetapi terasa cliché untuk jaman sekarang.
Walaupun dibumbui dengan kelemahan-2 tersebut, Saboteur memiliki anggota cast yang mumpuni, khususnya cast pendukung yang sebagian penampilannya walaupun sebentar tetapi
memorable, yaitu Norman Lloyd sebagai Fry, Murray Alper sebagai sopir truk yang
talkative, Otto Kruger sebagai Tobin, Vaughan Glaser sebagai pria buta yang bijaksana, Alan Baxter sebagai Freeman, dan seluruh cast dari rombongan sirkus yang eksentrik. Art design dan cinematography-nya berhasil menciptakan ketegangan dan atmosfir
claustrophobic yang menimbulkan nuansa ancaman dari awal sampai akhir. Saboteur juga memiliki banyak scene yang
memorable, antara lain: kebakaran di pabrik pesawat terbang, Soda City, bom di dermaga kapal, dan scene terakhir yang paling mengesankan -- Fry terjatuh dari patung Liberty. Dieksekusi dengan sempurna, dengan menggunakan replika yang berukuran sama seperti ukuran sesungguhnya, scene ini memberi nilai otentik dan klimaks yang mengesankan. Saat itu, tantangan teknis yang besar ini diselesaikan dengan kecerdikan yang besar pula: kamera dimulai dengan close-up di dekat Fry, yang duduk di sadel berputar dengan latar belakang hitam (sehingga latar belakang eksterior dapat ditambahkan kemudian), kamera kemudian ditarik dengan cepat ke langit-2 studio, menciptakan ilusi Fry jatuh ke bawah. Teknik ini telah banyak digunakan dan sampai sekarang masih terus digunakan.
Dalam film ini Hitchcock menyampaikan tema favoritnya tentang orang tidak bersalah yang menjadi terdakwa dan bagaimana kejahatan dengan begitu mudah bersembunyi di balik topeng kehormatan. Bagi penggemar Hitchcock, Saboteur adalah prelude untuk film thriller espionase Hitchcock yang lain, yang lebih superior, yang dia ciptakan 17 tahun kemudian, yaitu North by Northwest (1959).
Cerita (***)
Screenplay (**1/2)
Karakter (***)
Akting (***)
Keseluruhan: ***/4
Saboteur dapat anda temukan di
eBay.com