Friday, 28 October 2011

The Exorcist

Resensi Film: The Exorcist (****/4)

Tahun Keluar: 1973
Negara Asal: USA
Sutradara: William Friedkin
Cast: Ellen Burstyn, Max von Sydow, Linda Blair, Jason Miller, Lee J. Cobb

Plot: Seorang anak perempuan tingkah lakunya tiba-2 berubah. Setelah pergi ke segala macam dokter dan melakukan berbagai macam tes, dan mereka tidak tahu apa penyebab dari perubahan aneh dan drastis tersebut, ibunya akhirnya pergi ke seorang pastor Katolik untuk melakukan exorcism (IMDb).

Tidak peduli apa kepercayaan anda, atau apakah anda mempunyai kepercayaan atau tidak, ada hal-2 di dunia ini yang berada di luar jangkauan fisik atau logika kita. Itulah tema utama yang berhasil ditampilkan oleh William Friedkin dan dipertahankan sampai film berakhir. Adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya William Peter Blatty, transformasi dari format tulisan ke format gambar bergerak yang dikerjakan oleh Blatty sendiri ini betul-2 sempurna -- tidak kehilangan esensi pentingnya. Special effects-nya, dibandingkan dengan teknologi yang ada saat ini, ternyata masih sangat mumpuni. Akting dari anggota cast-nya, mulai dari Ellen Burstyn dan Jason Miller sampai Lee J. Cobb dan Max von Sydow yang tampil hanya di awal dan akhir film, betul-2 menjiwai. Arahan dari Friedkin berhasil menekankan fear-factor dengan cara yang implisit -- membuat penonton merasa berada di dalam setting yang sama bersama karakter-2 yang ada. Semakin menambah fear-factor tersebut adalah penggunaan musical score yang minimal, misalnya scene dua biarawati menyusuri jalanan di Georgetown, dengan jubah mereka melambai-2 ditiup angin di musim gugur. Sampai saat ini, tidak ada film dari genre ini yang dapat menyamai efek yang ditimbulkan oleh The Exorcist. Transformasi karakter Linda Blair, Regan MacNeil, dari anak yang manis ke monster yang mengerikan betul-2 menimbulkan efek yang disturbing. Kenyataannya, setelah lebih dari tiga dasawarsa, The Exorcist masih tetap menimbulkan efek yang sama seperti ketika penulis menontonnya ketika remaja.

Cerita (****)
Screenplay (****)
Karakter (****)
Akting (****)

Keseluruhan: ****/4

The Exorcist dapat anda temukan di eBay.com

Tuesday, 25 October 2011

Adam's Rib

Resensi Film: Adam's Rib (***1/2/4)

Tahun Keluar: 1949
Negara Asal: USA
Sutradara: George Cukor
Cast: Spencer Tracy, Katharine Hepburn, Judy Holliday

Plot: Sepasang suami istri pengacara bekerja saling berlawanan dalam kasus di pengadilan dimana seorang ibu rumah tangga diadili setelah menembak suaminya yang menyeleweng (IMDb).

Katharine Hepburn adalah wanita yang lebih maju dari jamannya, dalam kehidupan profesionalnya, dan dalam kehidupan pribadinya. Pada jamannya, tidak ada wanita seprofesinya yang menyuarakan kesetaraan wanita selantang dirinya. Script film ini ditulis secara khusus oleh teman-2 dekat Tracy dan Hepburn, Ruth Gordon dan Garson Kanin, untuk mereka. Tidak mengherankan, castingnya sangat pas dengan karakterisasi yang ada dalam ceritanya. Film ini mempunyai dua segitiga cinta: Holliday-Ewell-Hagen dan Tracy-Hepburn-Wayne. Sayangnya, semua anggota dalam segitiga pertama terkesan tidak simpatik, single-dimensional. Beruntungnya, segitiga kedua jauh lebih menarik, dengan Hepburn secara tidak sadar menanggapi Wayne, dan penonton secara emosional mulai berpihak pada Tracy untuk menyingkirkan pemain piano tersebut. Drama komedi ini mencerminkan perjuangan wanita untuk mencapai kesetaraan, salah satunya dengan menghapus double standard dalam kasus penyelewengan seksual (kalau suami nyeleweng, salah istrinya; kalau istri nyeleweng, salah istrinya). Sebagian penonton menemukan plot ini rada irritating, terutama karena berhubungan dengan isyu women's lib -- ketika film dikeluarkan pada tahun 1949, isyunya terasa berlebihan; sekarang, terasa ketinggalan jaman. Tetapi faktanya, peristiwa seperti itu terjadi pada jamannya, dan untuk sebagian tempat di dunia ini ... masih terus terjadi sampai sekarang! Di akhir film, ditampilkan point terakhir dari script Gordon dan Kanin ini, yaitu bahwa perbedaan antara pria dan wanita sesungguhnya hanya sedikit saja.

Cerita (***1/2)
Screenplay (***1/2)
Karakter (***)
Akting (***)

Keseluruhan: ***1/2/4

Adam's Rib dapat anda temukan di eBay.com

Monday, 24 October 2011

Goodbye, Mr. Chips

Resensi Film: Goodbye, Mr. Chips (****/4)

Tahun Keluar: 1939
Negara Asal: UK
Sutradara: Sam Wood
Cast: Robert Donat, Greer Garson

Plot: Seorang bekas guru dan kepala sekolah mengenang kembali karier dan kehidupannya selama lebih dari lima dasawarsa (IMDb).

Mr. Chips berpesan kepada murid-2nya:
I do remember you ... as you are now. In my mind, you remain boys.

Lambat dan sentimental, adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya James Hilton ini -- penulis yang sama dari "Lost Horizon" -- akan terasa antik untuk generasi jaman sekarang. Tetapi, penonton yang sabar akan menemukan film ini sebagai studi karakter yang sangat baik. Robert Donat dapat memainkan karakter yang flamboyan, seperti dalam The 39 Steps (1935) di bawah arahan Alfred Hitchcock, tetapi dia juga dapat memainkan karakter yang sifatnya 180 derajat terbalik, Mr. Chips. Meskipun hampir di seluruh film Donat harus mengenakan makeup yang berat untuk tampil tua, dia berhasil menangkap personalitas Mr. Chips dengan sempurna -- dan untuk ini dia memperoleh Oscar untuk Aktor Terbaik. Tahun 1939 adalah salah satu dari tahun-2 keemasan Hollywood, dan kompetisi Oscar untuk Aktor Terbaik termasuk Clark Gable dalam Gone with the Wind, Laurence Olivier dalam Wuthering Heights, dan James Stewart dalam Mr. Smith Goes to Washington. Kompetisi yang berat ... dan kemenangan Donat, yang menerima nominasi setahun sebelumnya untuk perannya dalam The Citadel (1938), adalah di luar dugaan para penebak Oscar. Greer Garson, yang memainkan debut-nya sebagai Katherine, kekasih Mr. Chips, berhasil bersinar tetapi tanpa mengambil alih perhatian penonton dari pemeran utama. Romans antara Chips dan dirinya betul-2 menyenangkan untuk ditonton. Chips begitu kikuk, dan dia begitu terhibur dengan tingkah laku tersebut. Donat dan Garson menampilkan chemistry yang hebat di antara keduanya.

Mr. Chips berkata kepada Katherine:
Up here, there's no time, no growing old, nothing lost.
Transformasi Donat dari pria yang tidak percaya diri ketika dia single ke pria yang percaya diri setelah dia bertemu dengan istrinya betul-2 mulus dan meyakinkan. Dan Garson betul-2 pantas menjadi wanita yang membangkitkan kepercayaan diri tersebut. Untuk penampilannya ini Garson menerima nominasi Oscar untuk Aktres Terbaik -- dalam waktu enam tahun berikutnya, dia menerima lima kali nominasi untuk Aktres Terbaik dan memenangkan satu kali untuk perannya dalam Mrs. Miniver (1942).

Salah satu aspek yang indah dari film ini adalah pandangan perkawinannya yang ideal: film ini menunjukkan bagaimana sebuah perkawinan dapat menjadi ideal, yaitu dua orang yang menjadi lebih baik ketika mereka bersatu daripada ketika mereka hidup sendiri-2. Kalau anda merasa depressed menyaksikan super-hero yang kehebatannya eksplisit, seperti yang sering ditampilkan dalam film-2 modern, film ini justru menampilkan sebaliknya, yaitu orang biasa yang kehebatannya implisit, yaitu kesederhanaan! Goodbye, Mr. Chips menerima enam nominasi Oscar yang lain, termasuk Fim Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Screenplay Terbaik.

Cerita (****)
Screenplay (****)
Karakter (****)
Akting (****)

Keseluruhan: ****/4

Goodbye, Mr. Chips dapat anda temukan di eBay.com

Thursday, 20 October 2011

Rosemary's Baby

Resensi Film: Rosemary's Baby (****/4)

Tahun Keluar: 1968
Negara Asal: USA
Sutradara: Roman Polanski
Cast: Mia Farrow, John Cassavetes, Ruth Gordon

Plot: Sepasang suami istri memulai rumah tangganya di sebuah apartemen kuno di New York. Sang istri menginginkan bayi, tetapi suaminya sedang kesulitan dalam kariernya. Setelah berkenalan dengan tetangga seberang, karier suaminya pelan-2 berubah, dan mereka kemudian merencanakan mempunyai bayi (IMDb).

Jika anda mengharapkan horor yang eksplisit, anda akan kecewa dengan film ini. Adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Ira Levin, Rosemary's Baby adalah film kedua dari "Trilogi Apartemen" Roman Polanski, setelah Repulsion (1965) dan sebelum The Tenant (1976). Film horor/thriller psikologis ini mempunyai subtlety dan suspense yang mirip seperti film arahan Alfred Hitchcock -- in fact, nuansa horornya mirip seperti Psycho (1960). Subtlety adalah kunci dari film ini, karena pengarahan yang eksplisit justru merusak segalanya. Sementara ketegangan meningkat, kita ikut merasakan apa yang dirasakan Rosemary: mula-2 firasat, kemudian curiga, kemudian teror setelah semuanya terungkap. Dari awal sampai akhir, film berhasil mempertahankan subtlety ini.

Selain arahan Polanski yang Hitchcockian, film ini ditandai dengan setting gothic yang sangat pas dengan cerita yang ada. Gedung apartemen yang digunakan, "The Bramford", adalah "The Dakota" yang terletak di sudut antara 72nd Street dan Central Park West, New York. Berlokasi di tengah-2 Manhattan, gedung ini mempunyai detil gothic yang indah, sekaligus menyeramkan, yang menyediakan atmosfir yang sempurna untuk peristiwa horor dengan latar belakang modern. Polanski menyadari hal ini dan memanfaatkannya dengan sangat efektif, yaitu dengan membuka film dengan shot aerial yang menampilkan skyline Manhattan, kemudian zoom-in ke gedung gothic tersebut yang terletak di antara gedung-2 pencakar langit.

Film ini juga ditandai dengan casting yang sangat pas dengan karakterisasi yang ada. Mia Farrow, dengan perawakannya yang kurus/lemah dan pembawaannya yang naif, sangat pas menjadi sasaran teror. Karakter dia tertransformasi dengan mulus dari tidak tahu ke curiga, ke takut, ke hampir gila -- dan kita ikut terhanyut bersamanya sampai akhir film. Penampilan Farrow ini menemukan tandingan yang setara dari Ruth Gordon yang menyediakan humor yang segar, sekaligus sinister, dengan nasehat-2nya yang no non-sense dan cespleng, bantuan-2nya yang tidak diinginkan, dan minuman-2 buatannya yang berwarna kehijau-2an ... :-) Dia kocak, sekaligus mengerikan -- wanita tua yang nampak manis dari luar, tetapi jahat di dalam. Penampilannya ini memberi Gordon penghargaan Oscar untuk Aktres Pendukung Terbaik. Cast pendukung yang lain termasuk aktor karakter veteran Elisha Cook Jr. sebagai pemilik apartemen, Maurice Evans sebagai Hutch, Ralph Bellamy sebagai Dr. Sapirstein, Charles Grodin muda sebagai Dr. Hill, dan Tony Curtis yang menyediakan suara untuk Baumgart. Selain tampil, Farrow juga menyanyikan lullaby yang membangkitkan bulu kuduk yang membuka film ini.

Cerita (****)
Screenplay (****)
Karakter (****)
Akting (****)

Keseluruhan: ****/4

Rosemary's Baby dapat anda temukan di eBay.com

Wednesday, 19 October 2011

Notorious

Resensi Film: Notorious (****/4)

Tahun Keluar: 1946
Negara Asal: USA
Sutradara: Alfred Hitchcock
Cast: Cary Grant, Ingrid Bergman, Claude Rains, Leopoldine Konstantin

Plot: Seorang wanita -- anak seorang agen Nazi yang tertangkap -- mendapat tawaran untuk memata-2i teman-2 ayahnya yang sekarang beroperasi di Rio de Janeiro. Sampai seberapa jauh dia mesti memasukkan dirnya ke dalam lingkungan mereka? (IMDb)

Dimulai sebagai proyek dari David O. Selznick, Notorious memegang logo RKO dan menampilkan Alfred Hitchcock sebagai produser, untuk pertama kalinya dalam kariernya, ketika keluar pada bulan Agustus 1946. Mengapa Selznick menjual proyek ini ke RKO? Konon karena Selznick mengalami kesulitan memahami MacGuffin yang ada dalam film ini, yaitu bijih uranium yang disembunyikan di dalam botol anggur (saat itu belum banyak diketahui bahwa uranium digunakan dalam pembuatan bom atom). Penjualan tersebut menguntungkan semua pihak: Selznick, RKO, dan ... Hitchcock -- walaupun dia tidak menerima uang dari transaksi tersebut, dia memperoleh kebebasan keluar dari pengawasan Selznick; dia juga memperoleh kesempatan menjadi produser, sebuah langkah penting dalam kariernya: "mengawasi segala sesuatu, dari penyusunan script sampai ke post-production", juga kesempatan bagi dirinya untuk menunjukkan kemampuannya, tidak hanya sebagai sutradara tetapi juga sebagai eksekutif.

Hitchcock pernah berkata:
Cerita dalam Notorious adalah cerita konflik antara cinta dan tugas. Cary Grant tugasnya, ironisnya, adalah mendorong Ingrid Bergman masuk ke dalam pelukan Claude Rains. Tidak mengherankan Grant menjadi gundah di sepanjang film. Sedang Rains justru karakter yang menarik simpati, karena kepercayaannya dikhianati dan cintanya terhadap Bergman mungkin lebih tulus daripada cinta Grant. Semua elemen dari drama psikologis terjalin rapi dalam cerita espionase.

Mendapatkan inspirasinya dari cerita pendek dengan judul "The Song of the Dragon" karya John Taintor Foote yang terbit dalam surat kabar Saturday Evening Post pada bulan November 1921, Hitchcock mula-2 mempunyai ide bahwa agen rahasia wanita yang ada akan mirip seperti Mata Hari -- "cerita tentang wanita yang 'dijual' untuk kepentingan politik ke dalam perbudakan seksual", dan satu judul yang menyimpulkan seluruh cerita tersebut adalah "notorious" (tercemar). Meskipun cerita pendek tersebut adalah titik awal dari inspirasi Hitchcock, cerita selanjutnya adalah 100% Hitchcock. Dalam biografinya disebutkan Notorious adalah usaha pertama Hitchcock -- pada usia 46 tahun -- menggunakan bakatnya untuk menyusun kisah cinta yang serius. Juga disebutkan Notorious adalah film pertama Hitchcock yang sempurna, yang dipenuhi emosi, struktur, dan arti.

Cerita dimulai dengan Alicia Huberman (Ingrid Bergman) keluar dari ruang pengadilan setelah ayahnya (seorang keturunan Jerman) ditemukan bersalah telah mengkhianati negara. Untuk melupakan hal tersebut Huberman menghabiskan waktu minum-2 dengan teman-2nya. Di pesta tersebut dia berkenalan dengan seorang pria bernama Devlin (Cary Grant), yang ternyata seorang agen CIA. Devlin mengetahui masa lalu Huberman yang suka gonta-ganti pasangan; dan Huberman curiga Devlin menginginkan sesuatu dari dirinya, khususnya yang berkaitan dengan ayahnya. Devlin menjelaskan maksud kedatangannya, yaitu -- tanpa mengetahui detil keseluruhannya -- boss-nya menawarkan tugas kepada Huberman untuk memata-2i teman-2 ayahnya yang sekarang beroperasi di Rio de Janeiro. Dari penyadapan yang mereka lakukan, mereka mengetahui bahwa Huberman mempunyai perbedaan pendapat dengan ayahnya. Selain itu, Devlin menjanjikan bahwa jika dia bersedia membantu, dia dapat membantu meringankan hukuman ayahnya. Huberman setuju, dan mereka terbang ke Rio. Dalam penerbangan tersebut, Devlin memberitahu Huberman bahwa ayahnya telah meninggal dunia pagi itu karena bunuh diri.

Nuansa manipulasi dan ketidakpercayaan antara Huberman dan Devlin menjadi tema utama dalam film ini.

Cary Grant & Ingrid Bergman
Setiba di Rio, Huberman dan Devlin jatuh cinta. Ketika boss-nya menjelaskan detil keseluruhan dari tugas tersebut, Devlin menjadi gundah, karena implikasi dari tugas tersebut mengharuskan Huberman mendekati salah satu dari teman-2 ayahnya, Alex Sebastian (Claude Rains), yang ternyata mempunyai masa lalu dengannya. Devlin menyampaikan detil tugas tersebut ke Huberman dan membiarkan dia mengambil keputusan sendiri (sikap dinginnya ini dapat diartikan sebagai ketidakpercayaan Devlin terhadap cinta Huberman, atau ungkapan frustrasinya atas apa yang diminta boss-nya dari Huberman). Huberman bertanya ke Devlin, apakah dia sebaiknya menerima tugas tersebut atau tidak. Tidak bersedia mengungkapkan isi hatinya, Devlin menjawab dengan sinis bahwa mempertimbangkan masa lalunya sangatlah mudah bagi Huberman untuk menjalankan tugas tersebut. Melihat sikap Devlin yang dingin dan tidak peduli, Huberman menerima tugas tersebut.

Dengan setup yang sederhana, Huberman bertemu dengan Sebastian -- dan segera setelah itu mereka menjadi pasangan. Sebastian curiga terhadap Devlin, yang selalu muncul di mana saja mereka berada, tetapi Huberman dengan cepat menyangkal bahwa dia adalah pacar lama. Sebastian bertanya, kalau memang betul Devlin tidak mempunyai arti apa-2 lagi, bersediakah dia mengawininya? Sekali lagi, Devlin menjadi gundah, tetapi sikapnya yang tidak mempercayai cinta Huberman, atau ungkapan frustrasinya atas apa yang diminta boss-nya dari Huberman membuat Devlin pura-2 tidak peduli terhadap Huberman. Sekali lagi, melihat sikap Devlin yang dingin dan tidak peduli, Huberman menerima lamaran Sebastian tersebut. Setelah menikah, Huberman melaporkan ke Devlin bahwa satu-2nya tempat di rumah Sebastian yang dia tidak dapat masuk adalah wine cellar (ruang penyimpanan anggur), dan hanya Sebastian yang mempunyai kunci ke ruang tersebut. Devlin menyarankan Huberman untuk meminta kepada suaminya untuk mengadakan pesta ... dan considered dia diundang, sehingga dia dapat datang dan menyelinap masuk ke ruang tersebut.

Suasana film berubah total dengan pesta tersebut. Romans dan rasa frustrasi antara Huberman dan Devlin sirna dan diganti dengan suspense ... total suspense! Pertama, Huberman harus mencuri kunci dari Sebastian. Kedua, ketika pesta berlangsung, mereka harus menyelinap masuk ke wine cellar. Suspense meningkat ketika para tamu meminum champagne lebih cepat dari yang diharapkan, yang berarti Sebastian harus pergi ke wine cellar untuk mengambil botol-2 anggur lagi. Devlin menyelinap masuk ke ruang tersebut dan secara tidak sengaja menjatuhkan satu botol anggur, yang ternyata tidak berisi anggur, tetapi pasir berwarna hitam. Dia mengambl sebagian pasir tersebut dan secepatnya membersihkan pecahan botol tersebut. Sebelum mereka sempat kembali ke ruang pesta, Sebastian melihat mereka ... Devlin secepatnya mencium Huberman, pura-2 sedang affair dengannya. Sebastian terkejut, tetapi Devlin langsung minta maaf dan mengundurkan diri. Sebastian terkejut lagi ketika dia menemukan kunci ke wine cellar hilang dari gantungan kuncinya. Sebastian mulai mencurigai Huberman dan Devlin. Keesokan harinya, kunci yang hilang tersebut tiba-2 muncul kembali di gantungan kuncinya. Ketika Sebastian memeriksa wine cellar, dia menemukan pecahan botol yang disembunyikan di bawah rak anggur ... bukti yang cukup yang menunjukkan bahwa Huberman dan Devlin adalah mata-2 musuh.

Khawatir teman-2 Nazinya akan membunuhnya jika mereka mengetahui hal tersebut, ibu Sebastian (Leopoldine Konstantin) menyarankan untuk melenyapkan Huberman secara pelan-2, yaitu dengan meracuninya. Segera setelah itu Huberman mulai sakit-2an, dan ketika dia akhirnya tidak dapat lagi menemui Devlin, Devlin menjadi curiga. Devlin akhirnya datang ke rumah Sebastian dan menemukan Huberman terbaring sakit di tempat tidurnya. Huberman mengatakan bahwa dia telah diracun dan terlalu lemah untuk melarikan diri dari tempat tersebut. Devlin akhirnya mengakui cintanya terhadap Huberman dan membawanya keluar dari kamarnya. Ketika mereka turun dari tangga, Sebastian mencegat mereka -- tetapi karena teman-2 Nazinya menyaksikan apa yang sedang terjadi, Sebastian tidak dapat mengatakan apa yang sesungguhnya terjadi. Devlin dan Huberman akhirnya berhasil meninggalkan rumah Sebastian, meninggalkan Sebastian di tangan teman-2nya yang curiga dengan situasi yang baru saja terjadi.

Notorious adalah kisah cinta yang serius dan gelap, yang terjalin rapi dalam konteks espionase, dengan Grant dan Bergman sebagai mata-2 yang mungkin paling glamorous dalam sejarah perfilman -- kharisma dan chemistry di antara mereka menjamin 'ledakan' di box office setara dengan ledakan bom atom. Satu tema yang meliputi Notorious adalah kepercayaan, yaitu kepercayaan yang tidak diberikan atau kepercayaan yang diberikan terlalu mudah. Hitchcock dan penulis script Ben Hecht menempatkan romans dalam konteks espionase, dimana eksploitasi kepercayaan menjadi ciri utama dalam tugas mereka. Devlin membutuhkan waktu lama untuk memberikan kepercayaan tersebut, sedang Sebastian sebaliknya memberikannya dengan terlalu mudah -- dan dia akhirnya harus membayar dengan harga yang mahal. Cerita menunjukkan kebutuhan wanita untuk dipercaya dan dicintai, dan pria untuk membuka dirinya terhadap cinta.

Notorious adalah satu dari film-2 Hitchcock yang memiliki visual yang indah -- dengan shot-2 kamera yang diletakkan pada posisi yang strategis. Dalam scene awal, ketika Huberman terbangun setelah semalaman mabuk, kita melihat Devlin berdiri di pintu kamar tidurnya, terbalik 180 derajat, dengan kamera diletakkan pada POV (point of view) Huberman. Dua scene paling terkenal dalam film ini adalah: 1) Scene ciuman antara Huberman dan Devlin, dimana Hitchcock berhasil mengelabui aturan sensor yang melarang ciuman yang lebih dari tiga detik, yaitu dengan membuat Huberman dan Devlin berciuman secara berhenti-2, tetapi kontinyu selama 2,5 menit -- membuat scene ini lebih erotis daripada satu ciuman yang lebih dari tiga detik, 2) Scene pesta di rumah Sebastian, dimana kamera diletakkan di atas katrol, mengambil gambar dari lantai atas, kemudian secara perlahan-2 zoom-in ke lantai bawah, dan melanjutkan close-up ekstem ke tangan Huberman yang memegang kunci. Tidak disangsikan lagi, Notorious adalah film yang di-choreograph dengan indah.

Notorious juga ditandai dengan cast yang gemilang. Cary Grant, superstar romantik komedi, menampilkan kemampuan aktingnya yang lain dari biasanya dengan memainkan peran gelapnya di sini -- setelah peran gelapnya di thriller psikologis, Suspicion (1941). Grant memerankan Devlin, hero yang tidak simpatik, dingin dan manipulatif -- menjebak wanita yang dia cintai ke dalam pelukan pria lain. Claude Rains, aktor karakter berpengalaman, memainkan peran Sebastian dan mentransformasi peran tersebut ke dalam villain Hitchcock yang klasik: simpatik, multi-dimensional, dan in some ways ... terhormat seperti seorang protagonist. Sedang Leopoldine Konstantin, aktres veteran dari Jerman, memainkan peran ibu Sebastian dan menyediakan keberadaan yang mengancam dalam rumah tangga Sebastian yang membuat dirinya sebagai salah satu dari villain-2 Hitchcock yang paling gelap -- membuat Sebastian nampak semakin simpatik. Karakterisasi untuk cast pendukung yang lain juga menyediakan detil yang menarik, misalnya ketika Huberman pertama kali datang ke rumah Sebastian, dia disambut dengan agen-2 Nazi sementara musik klasik dari Schumann dan Chopin melantun merdu -- walaupun jahat, mereka mempunyai selera artistik yang tinggi :-) Grant dan Bergman mempunyai chemistry yang luar biasa -- scene romans mereka, pada jamannya, dapat dianggap sangat berani dan seksi. Tetapi pujian jatuh ke Rains, penampilannya yang penuh penghayatan berhasil memanusiakan karakternya -- memberinya gambaran yang komplit: multi-dimensional, riel dan kompleks.

Secara pribadi, tiga scene yang paling menghantui dari film ini adalah:
3) Ketika Huberman mengetahui bahwa dirinya diracun, tetapi terlalu lemah untuk melawan ketika dia dibawa ke tempat tidurnya.
2) Ketika Devlin membawa Huberman keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga, dan akhirnya meninggalkan rumah Sebastian. Siapa bilang Hitchcock tidak romantis? Scene ini betul-2 romantis.
1) Ketika Sebastian dengan perasaan takut berjalan masuk ke rumahnya, sementara teman-2 Nazinya menunggu di pintu rumahnya, dan kemudian menutup pintu tersebut.

Notorious tampil pertama kali di Radio City Music Hall, New York pada bulan Agustus 1946 dan langsung menjadi hit di kalangan awam dan kritikus film; sekarang, Notorious tetap bertahan di posisi atas sebagai hit untuk penonton baru. Hitchcock gembira menerima resensi positif dari para kritikus film tersebut, tetapi satu resensi yang membuat dia especially gembira adalah resensi dari kritikus film favoritnya, yaitu anak perempuannya sendiri, Patricia. Di antara semua film ayahnya, Notorious adalah film favoritnya. Dalam biografi ayahnya, Patricia mengatakan:
What a perfect film!
The more I see Notorious, the more I like it.

Pada tahun 2006, Notorious terpilih masuk dalam United States National Film Registry sebagai film yang "culturally, historically, or aesthetically significant."

Menerima nominasi Academy Award untuk:
  • Best Actor in a Supporting Role (Claude Rains)
  • Best Writing, Original Screenplay (Ben Hecht)

Cerita (****)
Screenplay (****)
Karakter (****)
Akting (****)

Keseluruhan: ****/4

Notorious dapat anda temukan di eBay.com

Monday, 17 October 2011

Gunga Din

Resensi Film: Gunga Din (***/4)

Tahun Keluar: 1939
Negara Asal: USA
Sutradara: George Stevens
Cast: Cary Grant, Victor McLaglen, Douglas Fairbanks Jr., Sam Jaffe, Joan Fontaine

Plot: Tiga prajurit Inggris dan seorang tukang angkut air berusaha menghentikan segerombolan penjahat yang bertujuan mengacau keamanan India (IMDb).

Anda penggemar Indiana Jones? Well, jangan pernah mengira bahwa Indiana Jones adalah film pertama dalam genre-nya. Berdasarkan puisi terkenal dengan judul yang sama karya Rudyard Kipling, Gunga Din adalah film petualangan yang dapat dinikmati oleh seluruh keluarga -- tua dan muda, yang dipenuhi dengan setting yang eksotik, karakter-2 yang eksentrik, petualangan yang menarik, dan action yang mendebarkan hati. Menonton film ini anda akan heran memikirkan bagaimana mereka membuat film ini ketika teknologi special effects belum secanggih seperti sekarang. Film dimulai dengan sequence pembuka seperti film-2 lama yang lain, tetapi ditutup dengan sequence action dengan skala besar yang tetap terasa mendebarkan hati bahkan sampai sekarang. Tiga tokoh utama, Cary Grant, Victor McLaglen, dan Douglas Fairbanks Jr. sangat menghibur untuk ditonton; tetapi Sam Jaffe yang memainkan peran sebagai Gunga Din, si tukang angkut air, berhasil menarik simpati dan perhatian penonton. Ada beberapa kelemahan dalam film ini, yaitu musical score-nya di beberapa tempat terasa overpowering (mengalahkan filmnya) -- senyap mungkin akan lebih cocok melayani atmosfir yang ada, dan script-nya di bagian tengah terasa terlalu panjang. Seandainya Howard Hawks yang mengarahkan film ini (dia mula-2 terpilih mengarahkan film ini, sebelum akhirnya dibatalkan), mungkinkah dia akan membuat kesalahan yang sama? Sejak dikeluarkan pada tahun 1939, Gunga Din telah menjadi inspirasi bagi film-2 petualangan yang lainnya -- misalnya, scene-2 dari film Indiana Jones kedua, Indiana Jones and the Temple of Doom (1984), banyak yang diambil dari film ini, termasuk karakter pemimpin gerombolan penjahat yang ada.

Cerita (***)
Screenplay (***1/2)
Karakter (***)
Akting (***)

Keseluruhan: ***/4

Gunga Din dapat anda temukan di eBay.com

Thursday, 13 October 2011

Pride & Prejudice

Resensi Film: Pride & Prejudice (***1/2/4)

Tahun Keluar: 2005
Negara Asal: France, UK
Sutradara: Joe Wright
Cast: Keira Knightley, Matthew Macfadyen, Brenda Blethyn, Donald Sutherland, Tom Hollander, Rosamund Pike, Judi Dench

Plot: Lima gadis Bennet bersaudara, dengan bimbingan ibunya yang ambisius dan ayahnya yang 'alon-alon asal kelakon', berusaha menemukan suami untuk memastikan masa depan mereka (IMDb).

Secara keseluruhan, versi terbaru dari adaptasi dari kisah cinta klasik karya Jane Austen ini adalah interpretasi modern yang cukup mengesankan, dan sebaiknya tidak dibandingkan secara 'line by line' dengan versi sebelumnya, Pride and Prejudice (1940) dari Greer Garson dan Laurence Olivier, atau versi serial TV BBC (1995) dari Jennifer Ehle dan Colin Firth. Namun demikian, penulis merasa modernisasi dialog dari kisah cinta klasik ini sesungguhnya 'membunuh' esensi (jiwa) dari dialog itu sendiri. Penulis menyadari, sangatlah sulit membuat film yang waktu putarnya hanya dua jam yang memasukkan semua isi novel secara persis, dengan demikian penulis tidak keberatan melihat revisi atau bahkan alterasi, kecil atau bahkan besar -- seperti misalnya, script untuk Sense and Sensibility (1995) dari Emma Thompson, tetapi melihat script film ini penulis merasa seakan-2 membaca buku petunjuk terjemahan untuk bahasa Shakespearean. Akibatnya, seluruh subtlety yang menyimpan keorisinilan, detil, ironi, dan nuansa dari Jane Austen hilang, dan yang tersisa adalah terjemahan yang literal dan gamblang. Mungkin pendapat pribadi ini terasa sombong atau berlebihan, tetapi betul-2 menjadi 'kerikil' yang mengganggu keindahan cerita klasik ini. Sebagai contoh, ketika Jane Bennet (Rosamund Pike) mengungkapkan patah hatinya terhadap Mr. Bingley dengan dialog:
I'm quite over him, Lizzy.
dan kemudian dibarengi dengan tundukan kepala yang santun ... campuran antara dialog modern à la abad ke 21 dan sikap santun à la abad ke 19 terasa janggal atau tidak pas. Contoh yang lain adalah ketika Charlotte Lucas (Claudie Blakley) memberitahu Elizabeth Bennet (Keira Knightley) bahwa dia akan menikah dengan Mr. Collins. Dalam film ini, dialog antara Charlotte dan Lizzy betul-2 menghantam kepala dengan kalimat-2 yang 'full frontal' yang secara telak membedakan antara Charlotte yang pragmatis dan Lizzy yang idealist. Dalam novelnya, Charlotte adalah wanita yang lembut dan bijaksana yang melihat dunia melalui sudut pandang realisme yang pas -- Lizzy secara pribadi terkejut dan kecewa dengan keputusan temannya itu, tetapi kemudian dengan tidak kentara berekonsiliasi dengan sudut pandang yang berbeda tersebut. Mungkin pendapat yang lain mengatakan bahwa detil seperti ini tidaklah penting, tetapi IMHO ... keindahan cerita klasik ini justru terletak di dalam detilnya.

Anyway, Keira Knightley membawakan perannya sebagai Elizabeth Bennet versi penonton modern dengan mempesona. Matthew Macfadyen, walaupun kalah jauh jika dibandingkan dengan Colin Firth, dan di awal film nampak kaku dan tidak ada chemistry antara dirinya dan Knightley, akhirnya berhasil menjadi Mr. Darcy sementara film berjalan. Brenda Blethyn memainkan perannya sebagai Mrs. Bennet dengan meyakinkan. Donald Sutherland, walaupun tidak selucu Edmund Gwenn; Tom Hollander; dan Judi Dench, walaupun tidak se-multi-dimensional seperti Edna May Oliver, masing-2 memainkan perannya dengan baik. Dan Rosamund Pike, dia bersinar di antara saudara-2 Bennet-nya yang lain.

Cerita (****)
Screenplay (***1/2)
Karakter (***1/2)
Akting (***1/2)

Keseluruhan: ***1/2/4

Pride & Prejudice dapat anda temukan di eBay.com

Wednesday, 12 October 2011

Lost Horizon

Resensi Film: Lost Horizon (***1/2/4)

Tahun Keluar: 1937
Negara Asal: USA
Sutradara: Frank Capra
Cast: Ronald Colman, Jane Wyatt, Edward Everett Horton, John Howard, Thomas Mitchell

Plot: Sekelompok survivor dari pesawat yang jatuh di pegunungan Himalaya menemukan daerah terisolasi yang nampak bagaikan utopia yang bernama Shangri-La (IMDb).

Arahan sutradara Frank Capra yang menyukai tema idealisme dalam film-2nya, Lost Horizon adalah adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya James Hilton -- Hilton memperoleh inspirasinya ketika dia melakukan perjalanan ke Himalaya, daerah yang saat itu belum banyak dikenal orang. Lost Horizon adalah campuran yang aneh dan menghantui dari drama, fantasi dan romans, dengan setting yang surealistik/futuristik dan latar belakang yang mengesankan. Cerita dalam Lost Horizon menyajikan utopia ('surga') yang bernama Shangri-La kepada lima survivor, termasuk seorang kriminal, yang dihadapkan pada kesempatan untuk memperbaiki hidupnya; seorang sekarat, yang dihadapkan pada kesempatan untuk hidup lebih lama; seorang palaeontologist, yang dihadapkan pada kesempatan untuk mempelajari kehidupan -- yang jauh lebih menarik daripada fosil yang dia simpan di dalam kopernya; dan, last but not least, seorang pacifist (Ronald Colman), yang dihadapkan pada kesempatan untuk mewujudkan cita-2nya -- yang pembicaraanya dengan High Lama (Sam Jaffe) membangkitkan firasatnya:

Did you ever go to a totally strange place and feel certain you'd been there before?

Jika anda menemukan utopia seperti itu, apa yang akan anda lakukan?

Subteks dari Lost Horizon sesungguhnya bukan utopia itu sendiri, tetapi semacam Noah's Ark yang berfungsi menyimpan kehidupan sebagai cadangan/'new renaissance' ketika kehidupan di dunia akhirnya hancur karena keserakahan manusia. Plot ini kemudian dipinjam oleh penulis sci-fi Isaac Asimov dalam serial ceritanya, "Foundation". Ini adalah tema yang serius, yang masih relevan sampai saat ini -- membuat penonton berpikir tentang perang, perdamaian, dan arti dari kehidupan.

Ronald Colman berhasil membawa seluruh film dari awal sampai akhir, sedang Jane Wyatt berhasil menyediakan sensualitas dengan dosis yang pas untuk utopia yang bernama Shangri-La ini. Meskipun terasa lambat, Lost Horizon adalah visi cinematic yang mengesankan dan berhasil menyampaikan pesannya.

Beberapa tahun setelah dikeluarkan, Lost Horizon kehilangan popularitasnya karena Shangri-La dianggap berkonotasi komunis (juga dianggap pro-China, yang ironisnya berarti ... pro-Tibet). Sebagai reaksi atas kritik-2 tersebut, scene-2 penting terpaksa dipotong dan sebagian dari mereka tidak pernah ditemukan lagi sehingga tidak dapat dikembalikan ketika film di-restorasi. Sebagai gantinya, foto-2 set disisipkan untuk menggantikan scene-2 yang hilang tersebut sementara audio tetap berjalan.

Cerita (****)
Screenplay (***1/2)
Karakter (***)
Akting (***)

Keseluruhan: ***1/2/4

Lost Horizon dapat anda temukan di eBay.com

Tuesday, 11 October 2011

The Good Earth

Resensi Film: The Good Earth (****/4)

Tahun Keluar: 1937
Negara Asal: USA
Sutradara: Sidney Franklin
Cast: Paul Muni, Luise Rainer, Walter Connolly

Plot: Kisah perjalanan hidup Wang Lung -- dari miskin ke kaya, dari ceroboh ke bijaksana -- sampai dia menemukan esensi dari seluruh hidupnya tersebut, The Good Earth (IMDb).

Adaptasi yang setia dari novel dengan judul yang sama, pemenang penghargaan Pulitzer dan Nobel untuk Sastra, karya Pearl S. Buck, MGM mengerahkan cast terbaik mereka. Pearl Buck mula-2 menginginkan seluruh cast-nya adalah Chinese, atau paling tidak ... Chinese-American. Produser Irving Thalberg mempunyai visi yang sama, tetapi dia akhirnya harus menerima kenyataan bahwa penonton Amerika saat itu belum siap dengan casting seperti itu. Untuk pemeran utama pria, Wang Lung, MGM memilih Paul Muni yang saat itu adalah bintang besar Hollywood -- dia baru saja memenangkan Oscar untuk Aktor Terbaik dalam The Story of Louis Pasteur (1936). Untuk pemeran utama wanita, O-Lan -- istri Wang Lung, MGM mula-2 memilih aktres Chinese-American, Anna May Wong; tetapi karena aturan sensor MPPC (Motion Picture Production Code) melarang karakter yang dimainkan aktor kulit putih mempunyai karakter pasangan yang dimainkan aktor bukan kulit putih, casting akhirnya jatuh ke Luise Rainer yang saat itu juga bintang besar Hollywood -- dia baru saja memenangkan Oscar untuk Aktres Terbaik dalam The Great Ziegfeld (1936). Untuk pemeran-2 pendukung, sebagian dimainkan oleh aktor-2 kulit putih -- yang kemudian dimake-up sehingga nampak Chinese dengan menggunakan teknik make-up yang diciptakan oleh Jack Dawn, sebagian yang lain dimainkan oleh aktor-2 Chinese-American.

The Good Earth adalah film yang sempurna di segala segi. Ceritanya orisinil, menarik, dan sekaligus menyentuh, tetapi tidak sampai terjerumus ke dalam sentimentalisme. Arahannya efektif dalam mentransformasikan cerita dari bentuk tulisan ke bentuk visual. Setting produksinya riel, membuat penonton merasa seakan-2 berada di China. Special effect-nya mengesankan untuk ukuran saat itu (pra-Computer Generated Graphics), misalnya scene ketika hama wereng menyerang, penonton merasa seakan-2 hama wereng betulan menyerang set yang ada. Pengambilan gambar dan penyuntingan filmnya efektif dalam menampilkan visi sutradara ke dalam film. Musical score-nya dengan pas mengiringi cerita yang ada dan menjaga tempo tersebut dari awal sampai akhir. Akhirnya, last but not least, penampilan dari seluruh anggota cast-nya: Paul Muni adalah pilihan yang tepat untuk Wang Lung, dengan gerakan tubuhnya dan ekspresi wajahnya. Sebagian kiritikus film menilai penampilannya rada berlebihan, tetapi body language tersebut justru menambah kedalaman aktingnya dan kenikmatan penonton dalam menyaksikannya. Cast pendukung Walter Connolly, Charley Grapewin, dan yang lainnya memainkan masing-2 perannya dengan sangat baik. Tetapi "jiwa" dari film ini adalah Luise Rainer yang memainkan perannya sebagai O-Lan, yang nampak lemah dan tidak berdaya dari luar, tetapi menyimpan kekuatan dan kebijaksanaan di dalam, dengan nuansa wanita Chinese yang sangat pas, tanpa terjerumus ke dalam cliché. Sangatlah pantas Rainer memenangkan Oscar lagi untuk Aktres Terbaik untuk penampilannya dalam film ini.

Ketika film ini dibuat, film ini adalah film paling mahal yang diproduksi oleh MGM setelah Ben-Hur (1925) -- membutuhkan sekitar tiga juta dollar AS, jumlah yang sangat besar untuk ukuran saat itu. Tidak ada bagian atau biaya yang dikurangi, semuanya dilaksanakan: 1500 extra untuk scene kerusuhan, 200 hektar dari San Fernando Valley di California (sekarang adalah bagian dari metropolitan Los Angeles) diubah menjadi mirip seperti pedesaan di China, dan 18 ton material untuk setting produksi didatangkan dari China. The Good Earth adalah film yang menarik untuk segala umur dan semua orang yang menganggap dirinya film buff. Betul-2 klasik!

Cerita (****)
Screenplay (****)
Karakter (****)
Akting (****)

Keseluruhan: ****/4

The Good Earth dapat anda temukan di eBay.com

Wednesday, 5 October 2011

Repulsion

Resensi Film: Repulsion (****/4)

Tahun Keluar: 1965
Negara Asal: UK
Sutradara: Roman Polanski
Cast: Catherine Deneuve, Yvonne Furneaux, Ian Hendry, John Fraser

Plot: Seorang gadis pemalu dan penakut menjadi gila setelah ditinggal sendirian oleh saudara perempuannya yang pergi bertamasya (IMDb).

Film horor/thriller psikologis ini adalah film pertama dari "Trilogi Apartemen" Roman Polanski, sebelum Rosemary's Baby (1968) dan The Tenant (1976). Repulsion adalah film pertama Polanksi yang di-shot dalam bahasa Inggris, yang membuka jalan baginya untuk memasuki sinema Barat, dan film yang menarik perhatian dunia terhadap Catherine Deneuve dengan aktingnya yang mengesankan. Cerita berpusat pada pemeran utamanya, Carole Ledoux (Deneuve), yang tampil hampir di setiap scene, tetapi dia sendiri tidak banyak berbicara -- semua pembicaraan berasal dari orang-2 lain yang berusaha mengajak dia berbicara atau menarik dia keluar dari "dunianya". Faktor yang memperkuat nuansa horor dari film ini adalah seorang psychopath ternyata tidak selalu orang yang secara agresif memburu korbannya; tetapi justru orang yang nampak seperti korban-lah yang psychopath! Mirip seperti karakter Norman Bates dalam karya Alfred Hitchcock, Psycho (1960) -- di sini, Carole, sudah sedemikian jauhnya masuk ke dalam "dunianya", sampai dia tidak menyadari lagi apa dia lakukan (tindak kriminal yang dia lakukan mengerikan, tetapi sekaligus dapat diargumentasikan sebagai tindakan bela diri). Repulsion lebih merupakan thriller psikologis daripada horor 'per se'. Meskipun film bergerak lambat -- ada banyak scene menampilkan Carole dengan pandangan kosongnya, nuansa horor yang abstrak/surealis terasa dominan.

Cerita (***1/2)
Screenplay (****)
Karakter (****)
Akting (****)

Keseluruhan: ****/4

Repulsion dapat anda temukan di eBay.com

Tuesday, 4 October 2011

Pride and Prejudice

Resensi Film: Pride and Prejudice (****/4)

Tahun Keluar: 1940
Negara Asal: USA
Sutradara: Robert Z. Leonard
Cast: Greer Garson, Laurence Olivier, Mary Boland, Edna May Oliver, Edmund Gwenn

Plot: Lima gadis Bennet bersaudara, dengan bimbingan ibunya yang ambisius dan ayahnya yang 'alon-alon asal kelakon', berusaha menemukan suami untuk memastikan masa depan mereka (IMDb).

Jika anda menyukai cerita manis dengan sopan-santun yang indah gaya Inggris abad ke 19, adaptasi dari novel klasik dengan judul yang sama karya Jane Austen ini adalah film untuk anda. Austen, yang menulis cerita ini pada awal abad ke 19, adalah cewek single dengan pengamatan yang tajam dan passionate terhadap sikap dan polah-tingkah dari orang-2 di sekitarnya. Pada jaman dimana satu-2nya jalan bagi seorang gadis dari kelas menengah untuk memastikan masa depannya adalah dengan menikah, Austen berhasil menampilkan kekonyolan dari masyarakat dari kelas sosialnya: kegembiraan dan sekaligus kepanikan yang terjadi dalam keluarga dengan lima anak gadis ketika seorang pria single dan berprospek masuk ke dalam "perangkap" mereka. Dan Austen memiliki kepandaian dengan penanya untuk menuliskan semua yang dia lihat dan dia rasakan dalam salah satu dari novel-2 klasik paling manis sepanjang masa. Film ini berhasil menyelamatkan jiwa dan nuansa humor dari novel Austen tersebut sampai ke detil kostumnya ... sampai ke detil polah-tingkahnya. Hal ini tercapai melalui arahan dari Robert Z. Leonard yang sensitif; script dari Aldous Huxley yang berhasil menampilkan detil-2 indah dari novel Austen tersebut: mulai dari subtleties dari karakter-2nya, dialog-2nya, sampai ke detil kostumnya ... sampai ke detil polah-tingkahnya, dan menampilkannya hampir di setiap scene; dan penampilan dari seluruh cast yang sempurna. Greer Garson sebagai Elizabeth Bennet seakan-2 "keluar" dari novel Austen: pandai, percaya diri, punya prinsip, kadang-2 keras kepala, dan sekaligus manis. Laurence Olivier sebagai Mr. Darcy memainkan perannya dengan pas: kaku, selalu jaga penampilan, dan sering disalahartikan sebagai ketinggi-hatian. Mary Boland sebagai Mrs. Bennet memainkan perannya dengan meyakinkan: mendominasi, ambisius, konyol, dan sekaligus protektif terhadap anak-2 gadisnya -- yang termasuk Maureen O'Sullivan, Ann Rutherford dan Heather Angel. Edmund Gwenn sebagai Mr. Bennet, Edna May Oliver sebagai Lady Catherine de Bourgh, Frieda Inescort sebagai Miss Bingley, dan Bruce Lester sebagai Mr. Bingley memainkan masing-2 perannya dengan sangat baik. Sedang Melville Cooper sebagai Mr. Collins dan Marsha Hunt sebagai Mary Bennet, walaupun terasa karikaturis, menyediakan humor yang segar pada saat yang tepat dalam film ini. Mempertimbangkan semua kualitas ini, Pride and Prejudice keluaran tahun 1940 ini adalah mutiara!

Cerita (****)
Screenplay (****)
Karakter (****)
Akting (****)

Keseluruhan: ****/4

Pride and Prejudice dapat anda temukan di eBay.com

Sunday, 2 October 2011

Spellbound

Resensi Film: Spellbound (***/4)

Tahun Keluar: 1945
Negara Asal: USA
Sutradara: Alfred Hitchcock
Cast: Ingrid Bergman, Gregory Peck, Michael Chekhov, Leo G. Carroll

Plot: Seorang psikiater berusaha mengembalikan ingatan seorang pasien amnesia yang dicurigai melakukan pembunuhan (IMDb).

Alfred Hitchcock pernah berkata:
Spellbound adalah cerita kejar-2an yang dibungkus dalam pseudo-psychoanalysis. Ceritanya kompleks dan saya menemukan penjelasan menuju akhir film cukup membingungkan.

Hmmm ... kalau Hitchcock sendiri terkesan kurang antusias dengan Spellbound, ini terjadi karena alasan-2 yang dapat dimengerti.

Setelah meminjamkan Hitchcock ke produser-2 yang lain, kali ini David O. Selznick menginginkan dia mengerjakan proyek barunya, yaitu adaptasi dari novel thriller psikologis berjudul The House of Dr. Edwardes karya Francis Beeding. Selznick "menyodorkan" proyek ini ke Hitchcock. Saat itu Selznick baru saja menjalani terapi psychoanalysis dengan seorang psikiater bernama Dr. May E. Romm dan sangat puas dengan hasilnya -- sedemikian puasnya sampai-2 dia mengangkat psikiater tersebut sebagai anggota crew (sebagai konsultan atau penasehat ahli). Kembali bekerja di bawah Selznick -- manajer mikro yang menginginkan segala sesuatunya sesuai dengan caranya -- mempunyai arti Hitchcock sedikit banyak kehilangan kebebasan artistiknya sebagai sutradara. Namun demikian, kompensasi dari "pengorbanan" tersebut adalah Hitchcock memperoleh bintang ternama, Ingrid Bergman, yang saat itu juga berada di bawah kontrak Selznick.

Spellbound adalah salah satu dari beberapa film Hitchcock yang pamornya turun dengan berjalannya waktu. Ini disebabkan karena ceritanya bertumpu pada ide dream analysis (analisis mimpi) yang pada saat film ini dibuat sangat populer, tetapi sekarang tidak diakui keefektifannya. Akibatnya, penonton masa kini merasa plot psychoanalysis yang ada kurang substansinya dan lemah kredibilitasnya -- amnesia dapat disembuhkan dengan analisis mimpi? mimpi dapat dianalisis? roda adalah simbol dari pistol? tujuh clubs memberi angka 21? dan angka 21 adalah simbol dari klub 21 di New York??? Penulis script ternama Ben Hecht tidak dapat menolong film ini dari kelemahan-2 tersebut, sedemikian rupa sampai film ini terasa lebih sebagai parodi daripada cerita yang riel. Namun demikian, Spellbound bukanlah film yang tidak memiliki elemen-2 menarik dalam aspek-2 yang lain -- Hitchcock adalah seorang profesional yang mampu mengesampingkan urusan pribadinya dengan Selznick demi kesuksesan film ini.

Gregory Peck & Ingrid Bergman
Cerita dimulai di rumah sakit jiwa, Green Manors, dimana Dr. Petersen (Ingrid Bergman) bekerja. Menurut Dr. Fleurot (John Emery), Petersen tidak akan pernah menjadi psikiater yang baik, yang betul-2 memahami jiwa manusia, sebelum dia mengenal cinta. Seraya memeluk Petersen dan mengharap ketertarikannya berbalas, Fleurot berkata: tidaklah cukup memahami jiwa manusia dari text-book saja. Sayangnya Peterson tidak tertarik terhadap Fleurot. Sementara itu direktur RS yang ada, Dr. Murchison (Leo G. Carroll), setelah mengalami gangguan mental, terpaksa mengundurkan diri dari posisinya dan digantikan oleh Dr. Edwardes (Gregory Peck). Ketika Edwardes tiba di Green Manors, banyak yang tidak menyangka kalau dia ternyata masih muda. Dalam waktu sekejap, Petersen jatuh cinta dengan Edwardes yang rupawan, demikian juga sebaliknya.

Beberapa saat kemudian, Petersen mulai mencium keganjilan dalam diri Edwardes -- dia dengan mudah menjadi kalap karena hal-2 yang sederhana. Dalam satu kesempatan, ketika mereka berada di ruang operasi, Edwardes menjadi kalap dan pingsan. Petersen diam-2 menemukan, dengan membandingkan tanda tangannya dan tanda tangan Edwardes dalam text-booknya, bahwa dia ternyata bukan Edwardes yang sesungguhnya. Petersen bertanya: siapa dirinya? Dia mengatakan bahwa dia mengalami amnesia dan tidak ingat siapa dirinya atau bagaimana dan mengapa dia mengambil identitas Edwardes. Dia menerka-2 -- ada kemungkinan dia telah membunuh Edwardes dan mengambil identitasnya. Dia kemudian menunjukkan kotak rokok dengan inisial "JB" -- ada kemungkinan dia adalah JB, tetapi tidak ingat singkatan apa JB itu. Pada saat yang bersamaan, sekretaris Edwardes yang sesungguhnya datang ke Green Manors untuk mencari bossnya. Dia menunjukkan foto bossnya ... kontan saja seluruh staf di Green Manors terkejut karena dokter yang mengaku Edwardes ternyata bukan Edwardes yang sesungguhnya. Polisi kemudian turun tangan dan mengejar JB untuk dimintai keterangan tentang keberadaan Edwardes yang sesungguhnya.

Sebelum polisi sempat menangkapnya, JB melarikan diri ke New York. Petersen, sudah terlanjur cinta padanya, menyusul JB dan berusaha membantunya dengan menelusuri kembali masa lalunya. Pelarian mereka membawa mereka ke Dr. Brulov (Michael Chekhov), bekas dosen Petersen. Sesampai di sana, Petersen minta tolong kepada Brulov untuk menangani kasus amnesia JB. Dari mimpi yang menghantui JB, Brulov dan Petersen menganalisis mimpi tersebut dan berhasil memperoleh clue tentang lokasi dimana JB bertemu dengan Edwardes. Petersen kemudian mengantar JB ke lokasi tersebut dan merekonstruksi kejadian yang sama untuk membangkitkan kembali ingatannya. Ketika mereka melakukan rekonstruksi tersebut, terungkap bahwa JB pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan tewasnya saudara kandungnya. Sejak peristiwa itu JB menderita guilt complex -- yaitu, situasi kejiwaan dimana dia mempersalahkan dirinya atas kejadian yang bukan kesalahannya. Terungkap pula, kecelakaan yang sama juga menimpa Edwardes. Mereka kemudian melaporkan hal tersebut ke polisi. Beberapa saat kemudian polisi mengkonfirmasi bahwa mereka menemukan jasad Edwardes di tempat yang mereka sebutkan, tetapi Edwardes ternyata tidak tewas karena kecelakaan, tetapi karena tembakan. JB, sekarang ingat namanya adalah John Ballantyne, menjadi tertuduh dan ditahan polisi.

Tidak dapat lagi menolong Ballantyne, Petersen kembali ke Green Manors dengan putus asa. Ketika Dr. Murchison menyambutnya, Murchison tanpa disengaja mengatakan bahwa dia pernah mengenal Edwardes. Petersen terkejut karena Murchison sebelumnya mengatakan bahwa dia tidak pernah mengenal Edwardes. Petersen kemudian menganalisis mimpi Ballantyne sekali lagi. Kali ini dia menyimpulkan bahwa Murchison-lah orang bertopeng dalam mimpi Ballantyne yang menghardik Edwardes. Ketika Petersen mengkonfrontasi Murchison tentang hal tersebut, Murchison akhirnya mengaku bahwa dialah yang membunuh Edwardes ... dia kemudian menodongkan pistolnya ke Petersen.

Bagian paling menarik dari Spellbound adalah sequence mimpi bergaya ekspresionis yang mengesankan, yang didesain oleh pelukis surealis ternama, Salvador Dalí -- sayangnya tidak diarahkan oleh Hitchcock, tetapi oleh William Cameron Menzies, sutradara film science fiction klasik Things To Come (1936). Namun demikian, sequence mimpi tersebut tetap memiliki sentuhan Hitchcock, misalnya kartu tujuh clubs yang berukuran jumbo -- sebuah trik kamera yang membuat kartu tersebut dapat dibaca oleh penonton dan menambah kualitas keanehan dari mimpi tersebut. Sequence mimpi ini adalah titik artistik tertinggi dalam film ini.

Selain itu, tema orang tidak bersalah menjadi tertuduh adalah tema favorit Hitchcock, dimana pemeran utama wanita harus mengungkap misteri yang ada untuk menyelamatkan pemeran utama pria -- membuat cerita menjadi menarik dan penuh suspense. Hitchcock juga mengambil shot-2 dari sudut-2 yang berani, misalnya ketika JB melihat calon korbannya dari gelas susu yang dia minum, dan ketika Murchison menodongkan pistolnya ke Petersen, sebelum akhirnya mengarahkannya ke dirinya sendiri (untuk membuat efek yang mulus, Hitchcock menggunakan model, sehingga gerakannya dapat berbalik dengan mulus). Sentuhan Hitchcock tampil di sana sini, misalnya ketika Ballantyne akhirnya teringat kembali tentang kecelakaan yang mengakibatkan tewasnya saudara kandungnya, dan ketika Ballantyne dan Petersen berciuman untuk pertama kalinya.

Ingrid Bergman dan Gregory Peck memiliki chemistry yang baik -- Bergman tampil mengesankan, dia memberi kehangatan yang pas pada cerita yang ada, dan transformasinya dari psikiater yang dingin ke kekasih yang hangat cukup meyakinkan; sedang Peck tampil rada kaku, mungkin karena karakternya yang menghabiskan sebagian besar waktunya menggaruk-2 kepala seraya berusaha mengingat siapa dirinya, kemudian pingsan. Sedang Michael Chekhov berhasil mencuri centre stage dengan penampilan no-nonsense-nya sebagai Dr. Brulov. Sentuhan jenius yang lain dalam film ini adalah musical score dari Miklós Rózsa yang catchy, yang mengiringi naik turunnya ketegangan dalam film ini secara pas (memenangkan satu-2nya Oscar untuk film ini)

Ketika pertama kali dikeluarkan, Spellbound meraih popularitas yang tinggi di antara penonton dan para kritikus film.

Memenangkan Academy Award untuk:
  • Best Music, Scoring of a Dramatic or Comedy Picture (Miklós Rózsa)

Menerima nominasi Academy Award untuk:
  • Best Actor in a Supporting Role (Michael Chekhov)
  • Best Cinematography, Black-and-White (George Barnes)
  • Best Director (Alfred Hitchcock)
  • Best Effects, Special Effects (Jack Cosgrove)
  • Best Picture (Selznick International Pictures)

Cerita (***)
Screenplay (***)
Karakter (***)
Akting (***1/2)

Keseluruhan: ***/4

Spellbound dapat anda temukan di eBay.com